VI. EVALUASI DAMPAK SUBSIDI SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI DAN PENINGKATAN PENAWARAN PKO
TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN PKO DI INDONESIA
6.1. Hasil Validasi Model
Hasil validasi model tahun 2001-2011 menunjukkan bahwa variabel endogen yang memiliki nilai RMSPE 1-30 sebesar 90 persen dan yang bernilai 35
sebesar 10 persen. Nilai rata-rata U-Theil dari hasil validasi model ini yaitu sebesar 0.4006. Berdasarkan kondisi tersebut, sebagian besar persamaan di dalam
model memiliki daya prediksi yang baik dan valid untuk melakukan simulasi historis.
6.2. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model
Evaluasi dilakukan dengan dua skenario simulasi historis pada tahun 2001- 2011. Tujuan skenario simulasi yaitu untuk mengetahui bagaimana dampak
perubahan dari pemberian subsidi suku bunga kredit investasi sehingga suku bunga kredit investasi yang diterima investor sebesar 10 persen dan peningkatan
penawaran PKO yaitu sebesar 10 persen terhadap perubahan produksi, permintaan, penawaran, dan harga riil dari PKO dan turunannya yaitu Cocoa
Butter Substitue CBS. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 16.
6.2.1. Pemberian Subsidi Suku Bunga Kredit Investasi
Tabel 16 menunjukkan pemberian subsidi suku bunga kredit investasi sehingga suku bunga kredit investasi yang diterima investor sebesar 10 persen.
Hal ini mengakibatkan peningkatan terhadap produksi PKO yaitu sebesar 5.0630 persen, kemudian diikuti oleh produk turunan PKO yaitu CBS sebesar 0.0675
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan adanya pemberian subsidi suku bunga kredit investasi dapat meningkatkan investasi pada industri CBS.
Meningkatnya investasi pada industri CBS akan meningkatkan kapasitas produksi pada industri CBS dengan meningkatkan teknologi yang digunakan dan
penambahan jumlah industri CBS. Peningkatan produksi PKO Indonesia menyebabkan penawaran PKO
meningkat sebesar 7.0043 persen. Kenaikan penawaran PKO akan mengakibatkan
penurunan harga komoditas tersebut yaitu sebesar 0.6975 persen. Kemudian rendahnya harga riil PKO akan menyebabkan peningkatan permintaan PKO yaitu
sebesar 0.1020 persen. Peningkatan Produksi PKO juga akan meningkatkan permintaan PKO oleh
industri CBS yaitu sebesar 0.1113 persen. Kemudian hal ini berdampak terhadap peningkatan produksi CBS yaitu sebesar 0.0675 persen. Selanjutnya penawaran
CBS Indonesia turut meningkat yaitu sebesar 0.1444 persen. Penawaran CBS yang meningkat kemudian mengakibatkan turunnya harga riil CBS yaitu sebesar
0.0226 persen. Harga riil CBS yang turun berdampak kepada permintaan CBS yaitu meningkat sebesar persen.
Tabel 16. Hasil Simulasi Historis terhadap Penawaran dan Permintaan PKO di Indonesia Tahun 2001-2011
Variable Nilai Dasar
Perubahan dari Setiap Skenario Simulasi SBKI 10
SPKOI Naik 10
SBKI 10 dan SPKOI Naik
10
Produktivitas PKO Indonesia 0.4365
5.0630 -0.0458
5.0171 Produksi PKO Indonesia
2867.6000 5.0634
-0.0488 5.0146
Penawaran PKO Indonesia 2073.0000
7.0043 10.0000
17.0043 Permintaan PKO Indonesia
2840.4000 0.1020
1.0350 1.1371
Harga Riil PKO Indonesia 6609.1000
-0.6975 -6.9601
-7.6576 Produksi CBS Indonesia
89.7047 0.0675
0.6904 0.7580
Penawaran CBS Indonesia 41.9593
0.1444 1.4761
1.6206 Permintaan CBS Indonesia
89.7867 0.0082
0.0827 0.0909
Harga Riil CBS Indonesia 23005.0000
-0.0226 -0.2229
-0.2455 Permintaan PKO oleh industri
CBS Indonesia 2603.8000
0.1113 1.12911
1.2404 Keterangan : SBKI = Suku bunga kredit investasi
SPKOI = Penawaran PKO Indonesia Sumber : Penulis, diolah 2014
6.2.2. Peningkatan Penawaran PKO Indonesia
Dampak peningkatan penawaran PKO sebesar 10 persen Tabel 16 mengakibatkan harga riil CBS Indonesia sebagai produk turunannya mengalami
penurunan sebesar 0.2229 persen. Hal ini dikarenakan kenaikan penawaran PKO Indonesia menyebabkan kenaikan penawaran CBS Indonesia 1.4761 persen
yang lebih besar daripada kenaikan permintaan CBS Indonesia 0.0827 persen. Berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat bahwa penurunan harga riil CBS lebih
rendah daripada penurunan harga riil PKO Indonesia, yaitu 6.9601 sehingga