Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

P D Q Sumber: Lipsey et al 1987 Gambar 3. Kurva Permintaan Keterangan : P = Harga Komoditas Q = Kuantitas Komoditas D = Kurva permintaan Kurva permintaan didefenisikan sebagai : “suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik Gambar 3. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa : “Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual begitu juga sebaliknya. ”Kurva penawaran dapat didefenisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan Gambar 4 P S Q Sumber: Lipsey et al 1987 Gambar 4. Kurva Penawaran Harga merupakan sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh satu unit komoditas. Teori harga secara sederhana dikembangkan dalam konteks harga konstan Lipsey et al., 1987. Menurut Nicholson 2002 harga barang ditentukan oleh penawaran dan permintaan, baik yang diperdagangkan di pasar input maupun output. Harga suatu barang terbentuk dari titik keseimbangan perpotongan kurva permintaan dengan penawaran dalam suatu pasar atau disebut juga harga keseimbangan untuk barang tersebut. Pada kondisi ini, kuantitas barang yang diminta oleh pembeli adalah sama dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual. Kurva keseimbangan dapat dilihat pada gambar 5. P D S P e Q e Q Sumber: Lipsey et al 1987 Gambar 5. Kurva Keseimbangan Keterangan : S = Kurva Penawaran Pe = Harga pada saat keseimbangan Qe = Kuantitas pada saat keseimbangan Harga berbagai jenis barang mengalami peningkatan yang berbeda dari waktu ke waktu. Peningkatan dalam seluruh tingkat harga ini disebut inflasi, yang menjadi salah satu perhatian utama para ekonom dan pembuat kebijakan. Dalam analisis ekonomi, sukar untuk mengetahui tingkat kenaikan harga barang konsumsi atau tingkat produksi sektor industri dalam satu tahun tertentu, untuk itu digunakan indeks harga. Indeks harga menunjukkan besarnya perubahan rata-rata harga sekumpulan barang dari suatu waktu ke waktu lainnya. Besarnya perubahan harga dalam penentuannya dibutuhkan suatu tahun yang dijadikan sebagai titik tolak yang dinamakan tahun dasar base year. Tahun dasar yang ditentukan, angka indeksnya 100 pada tahun tersebut dan angka indeks pada tahun sebelum dan sudahnya dihitung berdasarkan pada perubahan harga yang berlaku jika dibandingkan dengan tahun dasar Sukirno, 2008. Menurut Nicholson 2002, harga pasar mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai pemberi sinyal informasi bagi produsen mengenai berapa banyak barang yang seharusnya diproduksi untuk mencapai laba maksimum dan penentu tingkat permintaan bagi konsumen yang menginginkan kepuasan maksimum. Kenaikan dalam permintaan menyebabkan keseimbangan harga meningkat sehingga permintaan mempengaruhi harga secara positif. Penawaran mempengaruhi harga secara negatif, yaitu jika penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun. Hal ini disebabkan kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen lebih besar daripada yang dibutuhkan atau yang diinginkan oleh konsumen.

3.5. Model Persamaan Simultan

Menurut Gujarati 1998 sistem persamaan simultan dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang dunia nyata dibandingkan dengan model persamaan tunggal. Hal ini disebabkan karena peubah-peubah dalam persamaan satu dengan yang lainnya dalam model dapat berinteraksi satu sama lain. Persamaan simultan tidak hanya memiliki satu persamaan yang menghubungkan satu variabel endogen tunggal dengan sejumlah variabel penjelas non stokastik atau didistribusikan secara bebas dari unsur gangguan stokastik. Satu ciri unik dari persamaan simultan adalah variabel endogen dari suatu persamaan mungkin muncul sebagai variabel yang menjelaskan explanatory variabel dalam persamaan lain dari sistem. Bentuk umum dari persamaan simultan dapat dirumuskan sebagai berikut : Y1 i = 10 + 1β Yβ i + 11 X1 i + u1 i .................................................3.11 Y2 i = β0 + β1 Y1 i + β1 X1 i + u2 i .................................................3.12 Dimana Y1 dan Y2 merupakan variabel yang saling bergantung, atau bersifat endogen, dan Xt merupakan variabel yang bersifat eksogen, dimana u1 dan u2 adalah unsur gangguan stokastik, variabel Y1 dan Y2 kedua-duanya stokastik. Pemilihan model yang akan digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran PKO di Indonesia.

3.6. Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia terus meningkatkan produktivitas kelapa sawit untuk memenuhi permintaan dunia akan minyak nabati yang dihasilkan kelapa sawit. Salah satunya dengan cara menambah luas areal perkebunan kelapa sawit. Hal ini tentu saja menjadi ancaman yang berarti bagi Indonesia. Indonesia tidak bisa selamanya hanya mengekspor bahan mentah dari kelapa sawit saja. Perlu adanya pengembangan industri hilir kelapa sawit, untuk menciptakan nilai tambah. Kelapa sawit menghasilkan dua minyak nabati yaitu crude palm oil CPO dan minyak inti sawit atau palm kernel oil PKO. Indonesia cenderung mengekspor PKO ke luar negeri karena tingginya harga dunia PKO diikuti dengan masih rendahnya perkembangan industri hilir PKO di Indonesia. Produksi PKO terus meningkat seiring dengan meningkatnya produksi CPO Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia dan dunia. Kebutuhan domestik terhadap produk turunan PKO seperti CBS semakin meningkat karena meningkatnya kebutuhan masyarakat dan produsen lain terhadap produk-produk turunan PKO yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Pengembangan industri hilir PKO di Indonesia perlu dikembangkan mengingat kebutuhan pasar dan nilai tambahnya. Pengembangan produksi hilir harus didukung pemerintah melalui subsidi suku bunga kredit investasi. Sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa dengan pemberian subsidi suku bunga kredit investasi akan meningkatkan investasi karena bunga yang diterima investor menjadi lebih rendah. Meningkatnya invetasi diharapkan dapat meningkatkan modal bagi perusahaan hilir PKO sehingga dapat meningkatkan produksinya dan produk turunannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat model persamaan produksi produk turunan kelapa sawit. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan simultan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi produk turunan PKO yang dominan yaitu CBS. Hasil analisis yang diperoleh diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengambil kebijakan dalam pengembangan industri hilir kelapa sawit. Secara garis besar, kerangka pemikiran operasional dapat ditunjukkan pada Gambar 6.