29
1. Perlu adanya pengawasan lebih pada saat terjadi proses pembelajaran
matematika, karena siswa dapat hanya bermain dengan kartun dan tidak memperlihatka pelajaran.
2. Pemilihan kartun yang sesuai dengan materi sangat menentukan berhasilnya
proses pembelajaran. Hal ini membuat guru membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyiapkan bahan ajar yang akan diberikan.
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada proses pembelajaran
konvensional.
E. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Model Meyer, W. J., dalam Trianto, 2010:73 adalah sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk suatu bentuk yang lebih komprehensif. Arends dalam
Trianto 2010:73 menyatakan istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan-tujuannya, sintaksnya,
lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Selain itu model pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode, ketrampilan,
dan aktivitas peserta didik. Sedangkan Soekamto, dkk. dalam Trianto, 2010 : 74 mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Peneliti
30
menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah strategi dalam proses pembelajaran yang berpola secara sistematis yang berkaitan dengan metode-
metode yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evalusai sehingga mencapai tujuan belajar sesuai keinginan.
Pembelajaran penemuan terbimbing Discovery Learning adalah proses mental dimana siswa mampu menyimpulkan sesuatu konsep atau prinsip dengan
arahan dan bimbingan dari guru Sund dalam Roestiyah 2001:20. Yang dimaksud dengan konsep adalah misalnya lingkaran, trapesium, segitiga, dll.
Didalam model pembelajaran ini, siswa diarahkan untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Siswa diraih untuk
terbiasa menjadi seorang saintis ilmuwan. Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari
pencipta ilmu pengetahuan. Adapun peran guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu pengetahuan, tetapi guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
kognitif dan kreativitas siswa. Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator, fasilitator, dan manajer pembelajaran.
E. Suherman 2003 dalam bukunya mengatakan bahwa model penemuan terbimbing discovery learning merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan arahanpanduan dari guru sehingga peserta didik dapat menemukan sesuatu hal yang baru bagi dirinya sendiri
meskipun hal tersebut bukan merupakan temuan yang benar-benar baru dalam masyarakat. Sani 2014:99 mengemukakan tahapan pembelajaran dengan
31
menggunakan discovery learning secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan hasil percobaan atau pengamatan
Kelompok memaparkan hasil percobaan dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru membimbing siswa dalam mengkonstruksi konsep
berdasarkan hasil investigasi Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, memotivasi, dan
memberikan penjelasan singkat
Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang dikaji
Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS, atau buku. Guru
membimbing dalam perumusan hipotesis dan merencanakan percobaan
Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan