Model Work Family Conflict sebagai Mediator

Tabel 19 Koefisien Korelasi Sperman’s Rho: Perceived Organizational Support dan Stres Kerja POS Unstandardized Residual Spearmans rho POS Correlation Coefficient 1.000 .045 Sig. 2-tailed . .656 N 100 100 Unstandardized Residual Correlation Coefficient .045 1.000 Sig. 2-tailed .656 . N 100 100 Pada tabel ini didapatkan bahwa nilai korelasi variabel independen dengan Unstandardize Residual selisih antar variabel lebih dari 0,05 p = 0,656 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi homogenitas yaitu himpunan data penelitian ini memiliki karakteristik yang sama atau berada dalam satu kelompok. 4 Perceived Organizational Support dan Work Family Conflict dengan tres Kerja Gambar 8 Pola Titik Scatterplots Regresi: Perceived Organizational Support, Work Family Conflict dan Stres kerja Tabel 20 Koefisien Korelasi Sperman’s Rho: Perceived Organizational Support, Work Family Conflict dan Stres Kerja WFC POS Unstandardized Residual Spearman s rho WFC Correlation Coefficient 1.000 - .614 -.011 Sig. 2-tailed . .000 .917 N 100 100 100 POS Correlation Coefficient - .614 1.000 -.038 Sig. 2-tailed .000 . .708 N 100 100 100 Unstand ardized Residual Correlation Coefficient -.011 -.038 1.000 Sig. 2-tailed .917 .708 . N 100 100 100 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Pada tabel ini didapatkan bahwa nilai korelasi variabel independen dengan Unstandardize Residual selisih antar variabel lebih dari 0,05 p = 0,917 dan 0,708 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi homogenitas yaitu himpunan data penelitian ini memiliki karakteristik yang sama atau berada dalam satu kelompok. c. Uji Linieritas 1 Perceived Organizational Support dengan Work Family Conflict Gambar 9 Pola Titik Scatterplots Regresi: Perceived Organizational Support dan Work Family Conflict Berdasarkan pola titik Scatterplots di atas menunjukkan adanya sebaran data tidak menunjukkan pola non-linier. Pola non- linier adalah pola data yang menunjukkan bentuk pola U atau S. Hasil data antara variabel perceived organizational support dan work family conflict di atas dapat dikatakan linier karena membentuk pola tertentu. Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara perceived organizational support dan work family conflict Santoso, 2010. 2 Work Family Conflict dengan Stres Kerja Gambar 10 Pola Titik Scatterplots Regresi: Work Family Conflict dan Stres Kerja Berdasarkan pola titik Scatterplots di atas menunjukkan adanya sebaran data tidak menunjukkan pola non-linier. Pola non- linier adalah pola data yang menunjukkan bentuk pola U atau S. Hasil data antara variabel work family conflict dan stres kerja di atas dapat dikatakan linier karena membentuk pola tertentu. Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara work family conflict dan stres kerja Santoso, 2010. 3 Perceived Organizational Support dengan Stres Kerja Gambar 11 Pola Titik Scatterplots Regresi: Perceived Organizational Support dan Stres Kerja Berdasarkan pola titik Scatterplots di atas menunjukkan adanya sebaran data tidak menunjukkan pola non-linier. Pola non- linier adalah pola data yang menunjukkan bentuk pola U atau S. Hasil data antara variabel perceived organizational support dan stres kerja di atas dapat dikatakan linier karena membentuk pola tertentu. Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara perceived organizational support dan stres kerja Santoso, 2010. 4 Perceived Organizational Support dan Work family conflict dengan Stres Kerja Gambar 12 Pola Titik Scatterplots Regresi: Perceived Organizational Support, Work Family Conflict dan Stres Kerja Berdasarkan pola titik Scatterplots di atas menunjukkan adanya sebaran data tidak menunjukkan pola non-linier. Pola non- linier adalah pola data yang menunjukkan bentuk pola U atau S. Hasil data antara perceived organizational support dan work family conflict terhadap stres kerja dapat dikatakan linier. Hal tersebut berarti bahwa terdapat hubungan antara perceived organizational support dan work family conflict dengan stres kerja Santoso, 2010. d. Analisis Regresi Work Family Conflict sebagai Mediator Berdasarkan analisis regresi yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Variabel perceived organizational support dapat menjadi prediktor yang baik untuk variabel work family conflict F = 49,425 dan p= 0,000. Selain itu, pada tabel coefficient diketahui bahwa terdapat korelasi yang signifikan antar kedua variabel tersebut B = - 0,414 dan p= 0,000. Variabel work family conflict dapat menjadi prediktor yang baik untuk variabel stres kerja F= 220, 694 dan p = 0,000. Berdasarkan tabel coefficient diketahui bahwa kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang signifikan B = 1,640 dan p = 0,000. Variabel perceived organizational support dapat menjadi prediktor yang baik untuk variabel stres kerja F= 33,785 dan p = 0,000. Selain itu, berdasarkan tabel coefficient didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel perceived organizational support dan stres kerja B = -0,713 dan p = 0,000 Sedangkan untuk hasil regresi dari variabel work family conflict dan perceived organizational support dengan stres kerja didapatkan bahwa work family conflict dan perceived organizational support dapat menjadi prediktor yang baik untuk variabel stres kerja F = 109, 685 dan p = 0,000. Selain itu pada tabel coefficient diketahu bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel work family conflict dengan variabel stres kerja B= 1,598 dan p = 0,000. Sementara itu, terdapat korelasi yang tidak signifikan antara variabel perceived organizational support dan stres kerja B= -0,052 dan p = 0,594. Pada syarat model mediasi, semua tahap regresi yang dilakukan harus menghasilkan parameter yang signifikan p ≤ 0,05 kecuali hubungan antara variabel perceived organizational support dan stres kerja ketika terdapat variabel work family conflict dalam persamaan regresi. Pada penelitian ini, satu-satunya parameter yang tidak signifikan hanya terdapat pada korelasi antara variabel perceived organizational support dan stres kerja yang merupakan bagian dari hasil regresi variabel work family conflict dan perceived organizational support dengan stres kerja. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model mediasi dianggap memenuhi syarat yang menunjuka variabel work family conflict sebagai mediator.

3. Model Work Family Conflict sebagai Moderator

a. Uji Normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk mengukur apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi dengan normal atau tidak. Metode uji normalitas ini dilakukan dengan melihat persebaran data pada sumbu diagonal di grafik Normal P-P Plot of Regression Standardize Residual dan melihat nilai signifikansi di tabel Uji One Sample Kolmogrov Smirnov Priyatno, 2012 Tabel 21 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test: Model Moderator Unstandardized Residual N 100 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 10.58475029 Most Extreme Differences Absolute .099 Positive .051 Negative -.099 Kolmogorov-Smirnov Z .987 Asymp. Sig. 2-tailed .285 a. Test distribution is Normal. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansinya sebesar 0,285. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa persebaran datanya normal. b. Uji Homogenitas Homogenitas adalah keadaan dalam model regresi dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual. Cara yang digunakan untuk melihat hetrogenitas ini adalah dengan melihat pola pada scatterplots regresi dan Uji Koefisien Korelasi Sperman’s Rho. Secara umum pembacaan pola pada scatterplots tidak memiliki ukuran yang jelas sehingga digunakan Uji Koefisien Korelasi Sperman’s Rho untuk mengukur pendistribusian menggunakan patokan nilai tertentu Priyatno, 2012. Gambar 13. Pola Titik Scatterplots Regresi: Model Moderator Tabel 22 Koefisien Korelasi Sperman’s Rho: Model Moderator WFC POS moderat Unstandardized Residual Spearmans rho WFC Correlation Coefficient 1.000 - .614 .309 -.017 Sig. 2-tailed . .000 .002 .863 N 100 100 100 100 POS Correlation Coefficient -.614 1.000 .403 -.033 Sig. 2-tailed .000 . .000 .745 N 100 100 100 100 Moderat Correlation Coefficient .309 .403 1.000 -.079 Sig. 2-tailed .002 .000 . .437 N 100 100 100 100 Unstanda rdized Residual Correlation Coefficient -.017 -.033 -.079 1.000 Sig. 2-tailed .863 .745 .437 . N 100 100 100 100 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Pada tabel ini didapatkan bahwa nilai significan antara korelasi variabel independen dan moderat Work Family ConflictPerceving Organizational Support dengan Unstandardize Residual lebih dari 0,05 0,863; 0,745 dan 0,437 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi homogenitas.

c. Uji Linearitas

Gambar 14 Pola Titik Scatterplots Regresi: Model Moderator Berdasarkan pola titik Scatterplots tersebut ,diketahui bahwa tidak terlihat pola non-linier pada gambar tersebut. Pola non-linier adalah pola data yang menunjukkan bentuk pola U atau S. Hasil data antara model moderator tersebut dapat dikatakan linier karena tidak membentuk pola U ataupun S. Artinya terdapat hubungan antara variabel prediktor dengan stres kerja Santoso, 2010. d. Analisis Regresi Work Family Conflit sebagai Moderator Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan variabel prediktor perceived organizational support, work family conflict dan perceived organizational supportwork family conflict dengan variabel terikat stres kerja menunjukkan bahwa variabel prediktor dapat menjadi variabel yang kurang baik F = 72,737 dan p = 0,053. Sehingga dapat diartikan bahwa model ini dapat digunakan untuk memprediksi stres kerja pada karyawan bank melalui variabel perceived organizational support, work family conflict dan perceived organizational supportwork family conflict. Bila dilihat secara parsial dari tabel coefficient dimana terdapat korelasi yang tidak signifikan antara variabel stres kerja dengan work family conflict B = 1,235 dan p = 0,056. Selain itu terdapat pula korelasi yang tidak signifikan antara variabel stres kerja dengan perceived organizational support B = - 0,277 dan p = 0,489. Dan terdapat pula korelasi yang tidak signifikan antara variabel stres kerja dengan perceived organizational supportwork family conflict B = 0,004 dan p = 0,562. Pada penelitian ini, tidak terdapat parameter yang nilainya signifikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model moderator ini dianggap tidak memenuhi syarat.

E. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penelitian ini menunjukkan bahwa syarat model mediator lebih terpenuhi dalam penelitian ini dibandingkan model moderator. Hal tersebut dikarenakan nilai dari prameter di model mediasi signifikan, sementara nilai regresi pada variabel hasil perkalian dari variabel work family conflict tidak signifikan pada model moderator. Peran work family conflict sebagai mediator menunjukkan bahwa semua parameter berpengaruh secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Raharjo 2009, Fujimoto et al 2012, Kusendi 2008 dan Foley 2009 yang menyatakan bahwa stres kerja memiliki hubungan yang positif dengan work family conflict, sedangkan work family conflict memiliki hubungan negatif dengan perceived organizational support dan perceived organizational support memiliki hubungan negatif dengan stres kerja. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa perceived organizational support pada karyawan bank dapat digunakan untuk memprediksi tingkat work family conflict yang terjadi. Semakin tinggi perceived organizational support dari karyawan bank tersebut maka akan semakin rendah tingkat work family conflict. Sebaliknya, semakin rendah perceived organizational support dari karyawan bank tersebut maka akan semakin tinggi tingkat work family conflict yang mereka alami. Berdasakan data karakteristik subjek, diketahu bahwa 40 karyawan memiliki jam kerja diatas delapan jam per hari. Hal tersebut dapat menjadi