30
Berdasarkan kelebihan yang dimiliki metode Index Card Match tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan metode Index Card Match
khususnya pada mata pelajaran PKn, maka akan menjadikan pembelajaran semakin menarik dan materi pembelajaran akan mudah diserap oleh siswa sehingga
berdampak pada meningkatnya prestasi belajar siswa.
D. Karakteristik Siswa SD
Salah satu faktor yang dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan proses belajar adalah pembelajaran itu sendiri, dalam hal ini adalah siswa. Karakteristik
siswa yang berbeda-beda itulah yang menjadikan cara belajar yang berbeda pula. Sri Anitah, 2009: 2.13
Pembelajaran yang efektif haruslah berdasar pada karekteristik siswa, maka sebaiknya guru dapat memilih metode yang tepat dalam pembelajaran.
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 116 siswa sekolah dasar dibagi menjadi dua fase. Fase pertama, masa kelas rendah yang berlangsung antara usia 67 – 910
tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3. Fase yang kedua, masa kelas tinggi yang berlangsung antara usia 910 – 1213 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5
dan 6 sekolah dasar. Mengacu pada hal tersebut, maka siswa kelas IV termasuk dalam kategori siswa kelas tinggi dimana memiliki ciri-ciri yang khas. Ciri khas siswa kelas
tinggi tersebut antara lain: 1.
Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari 2.
Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
31
3. Adanya minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
4. Memandang nilai sebagai ukuran mengenai prestasi belajarnya
5. Suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama dan
membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Dalam memahami karekteristik siswa sekolah dasar tidak hanya dilakukan
dengan memperhatikan ciri atau tahapan anak tersebut, tetapi juga memperhatikan aspek perkembangan anak itu sendiri. Menurut Syamsu Yusuf 2004: 101 beberapa
aspek perkembangan yang perlu diperhatikan tersebut antara lain: 1.
Perkembangan Sosial Perkembangan sosial diartikan sebagai proses belajar untuk
meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya, baik orangtua, keluarga, lingkungan tempat tinggal, maupun teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial memberikan dampak perkembangan
anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang, begitu sebaliknya. Namun, apabila lingkungan sosial kurang
kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar, sering memarahi, tidak memberikan bimbingan, maka anak akan cenderung menampilkan perilaku
maladjustment, seperti : bersifat minder, senang mendominasi orang lain,
egois, sering menyendiri.
32
2. Perkembangan Emosi
Menurut Sarlito Wirawan dalam Syamsu Yusuf 2004: 115 emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik
pada tingkat lemah maupun tingkat yang mendalam. Emosi sangat berperan penting dalam kehidupan anak. Akibat dari emosi ini juga dapat dirasakan
oleh fisik anak terutama jika emosi itu kuat dan berulang-ulang. John B. Waston mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar emosi, yaitu takut, marah,
dan cinta fear, anger and love. Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan respons tertentu pada stimulus tertentu pula, tetapi kemungkinan terjadi pula
modifikasi perubahan. Menurut Rita Eka Izzati 2008: 112 ciri-ciri emosi pada anak antara lain:
a. Emosi anak berlangsung relatif singkat
b. Terlihat lebih kuat
c. Bersifat sementara atau mudah berubah
d. Terjadi secara berulang-ulang
e. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
f. Kekuatan emosi mengalami perubahan
g. Perubahan dalam ungkapan emosional.
33
Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Emosi Anak dan Orang Dewasa Emosi Anak
Emosi Orang Dewasa
1. Berlangsung singkat dan
berakhir tiba-tiba 2.
Terlihat lebih kuat 3.
Bersifat sementara 4.
Sering terjadi 5.
Dapat dilihat dengan jelas dari tingkah lakunya
1. Berlangsung lama dan berakhir
lambat 2.
Tidak kuathebat 3.
Lebih mendalam dan tahan lama 4.
Jarang terjadi 5.
Sulit diketahui karena orang dewasa lebih pandai
menyembunyikan 3.
Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata “mos” moris yang berartiadat sitiadat, kebiasaan, peraturannilai-nilai atau tatacara kehidupan Syamsu Yusuf, 2004:
132. Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku
moral ini banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang disekitarnya.
Perkembangan moral dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut:
a. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman secara langsung
kepada anak mengenai pengertian tingkah laku yang benar atau salah. Selain itu juga keteladanan yang dapat dicontoh dari orang
tua, guru dan orang lain.
34
b. Identifikasi, yaitu dengan cara meniru atau mencontoh tingkah
laku seseorang. c.
Proses coba-coba trialerror, yaitu biasanya anak akan mencoba suatu tingkah laku. Tingkah laku yang mendapat pujian akan terus
dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan.
Berdasar dari penjelasan diatas maka guru dapat lebih mudah menentukan metode yang tepat sesuai dengan usia perkembangan siswa itu
sendiri. Karena untuk mengetahui metode yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar maka perlu adanya pengetahuan tentang karakteristik siswa itu
sendiri. Sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan tahap perkembangannya setra apa yang menjadi kebuutuhan siswa itu sendiri.
E. Penelitian yang Relevan