37
direvisi atau diperbaiki, 7 menuangkan ide dan gagasan dalam tulisan atau menulis.
2.2.2.3 Jenis Narasi
Jenis narasi yang dikemukakan oleh Keraf 2004:136 adalah berikut ini. 1.
Narasi Ekspositoris Nilai ekspositoris bertujuan memberi informasi pada pembaca agar
pengetahuannya bertambah luas. Artinya, narasi ini berusaha menggugah pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio,
yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.
Narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian rangkaian- rangkaian perbuatan kepada para pembaca. Narasi ekspositoris dapat bersifat
khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang
dapat dilakukan oleh siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang- ulang. Kemahiran menjadi tujuan utama narasi sifat ini. Sedangkan yang
bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang
tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.
2. Narasi Sugestif
Narasi sugestif bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian
38
peristiwanya berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tujuannya bukan untuk memperluas pengetahuan pembaca tetapi usaha memberi makna atas kejadian
yang disampaikan. Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca.
Dengan demikian, narasi tidak bercerita atau memberikan komentar
mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita. 2.2.2.4
Struktur Narasi
Sesuatu dikatakan mempunyai struktur, bila terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain. Demikian pula dengan narasi
dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya, yaitu perbuatan, penokohan, latar, alur plot, dan sudut pandang Keraf 2003:145.
1. Perbuatan
Ciri utama yang membedakan deskripsi dari sebuah narasi adalah aksi atau tindak-tanduk. Tanpa rangkaian tindak-tanduk, narasi itu akan berubah
menjadi deskripsi, karena semuanya dapat dilihat dari keadaan yang statis. Rangkaian perbuatan atau tindakan menjadi landasan utama untuk
menciptakan sifat dinamis sebuah narasi. Rangkaian tindak-tanduk membuat kisah itu hidup.
Dalam narasi, seperti juga deskripsi tiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya, sehingga pembaca
merasakan seolah-olah mereka sendirilah yang meyakinkan semua itu. Mereka tidak membina kata-kata umum untuk menyebut suatu perbuatan, akan tetapi
mereka menyerap tindakan itu melalui perincian-perincian perbuatan itu.
39
Selanjutnya, perbuatan atau rangkaian tindakan itu harus dijalin satu sama lain dalam suatu hubungan yang logis Keraf 2003: 156-157.
2. Penokohan
Perwatakan karakterisasi dalam pengisahan dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai tindak - tanduk dan ucapan-ucapan para
tokohnya , sejalan tidaknya kata atau perbuatan. Narasi yang baik akan memperhatikan masalah interaksi antara tokoh-
tokohnya dan tindak-tanduk mereka. Kejadian atau peristiwa selalu berlangsung pada manusia, dan manusialah yang menyebabkan terjadinya
peristiwa-peristiwa. Untuk memahami sebuah aksi, kita harus memahami tokoh yang terlibat, wujud fisiknya, motivasinya, tanggapannya dan untuk
mengungkapkan sebuah tindakan sehingga memuaskan, kita harus menampilkan dan menggambarkan tokoh-tokoh melalui karakter-karakternya
itu disebut karakterisasi. 3.
Latar Latar merupakan lukisan peristiwa yang dialami oleh satu atau beberapa
orang pada suatu waktu di suatu tempat dalam suasana tertentu. Latar dapat digambarkan secara hidup-hidup dan terperinci, dapat pula digambarkan
secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan peranannya pada tindak-tanduk yang berlangsung
4. Alur
Alur merupakan jalinan peristiwa secara beruntutan yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita tersebut merupakan keseluruhan yang
40
padu, bulat, dan utuh. Secara umum alur ada tiga macam, yaitu alur maju, mundur, dan campuran. Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang
didasarkan pada kesinambungan-kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian yang mengawali narasi
itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu mulai dan kapan berakhir. 5.
Sudut Pandang Sudut pandang dalam narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang
pengisah dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh
aksi dalam narasi. Tujuan sudut pandang adalah sebagai suatu pedoman atau panduan bagi pembaca mengenai perbuatan atau tindak-tanduk karakter dalam
sebuah pengisahan. Sudut pandang dalam sebuah narasi dibedakan menjadi dua, yaitu a
sudut pandang orang pertama, dan b sudut pandang orang ketiga. a.
Sudut Pandang Orang Pertama Sudut pandang orang pertama ini disebut juga sudut pandangan
terbatas limited point of view. Sudut pandangan ini disebut demikian karena penulis secara sadar membatasi diri pada apa yang dilihat atau apa
yang dialami sendiri senagai pengisah atau narrator. Kadang-kadang pengisah adalah tokoh utama dalam narasi sehingga kita melihat perbuatan
atau tindak-tanduk tokoh-tokoh dalam narasi itu melalui mata kepala pengisah yang terlibat langsung dalam narasi itu.
41
b. Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut pandangan orang ketiga secara eksplisit dinyatakan dengan mempergunakan kata ganti dia. Dalam tipe ini, penulis menyampaikan
secara impersonal pengalaman tokoh-tokoh yang terlibat dalam interaksi dalam narasi. Mengisahkan sesuatu secara impersonal maksudnya
pengarang tidak terampil sebagai pengisah, tetapi untuk itu ia menghadirkan seorang narator yang tak berbadan, yang menyaksikan
berlangsungnya gerak dan tindak-tanduk dalam seluruh narasi. Relasi antara pengisah yang tak terwujud ini dengan seluruh tindak tanduk itu
adalah bahwa ia sebagai penonton.
2.2.2.5 Kriteria Karangan Narasi