Urutan Logis dan Temporal

63

4.1.2 Urutan Logis dan Temporal

Urutan logis merupakan urutan kronologis melalui urutan tokoh serta terjadinya peristiwa yang tampak pada teks cerita. Urutan logis dapat dikatakan juga hubungan waktu dan sebab akibat. Dalam analisis urutan logis ini menggunakan peristiwa dalam wejangan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita secara runtut. Peristiwa di sini diartikan sebagai urutan kronologis kejadian suatu cerita mulai awal hingga akhir cerita. Urutan peristiwa pertama yang terdapat dalam Serat Panitibaya yang ditulis menggunakan bahasa Jawa dalam bentuk tembang macapat bertujuan agar isi nya dapat dipahami oleh masyarakat dan melaksanakan nasihat-nasihat yang terdapat di dalamnya. Ajaran Serat Panitibaya ditulis karena pengaruh pola pikir dan perkembangan jaman yang semakin tidak sesuai dengan adat ketimuran bahkan masyarakat Jawa khususnya. Dari berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat membuktikan bahwa norma sosial dalam hubungannya dengan Tuhan maupun manusia sudah menjadi sesuatu yang langka. Manusia sebagai masyarakat yang berbudaya sudah seharusnya menjunjung nilai-nilai etika moral, misalnya masyarakat Jawa yang selalu menjunjung norma sosial masyarakat yang terkenal dengan lemah lembut tutur katanya, menjunjung nilai-nilai kehormatan Jawa, memegang erat budaya dan tradisi sebagai warisan leluhur. Masyarakat Jawa sudah saatnya mengetahui dan melaksanakan ajaran-ajaran yang sesuai dengan masyarakat Jawa yang luhur dan bijaksana, bersatu tekad dan pikiran demi tercapainya masyarakat yang sejahtera dengan senantiasa memohon kepada Tuhan. 64 Tujuan tersebut dapat diketahui melalui pupuh Pangkur bait 1 sebagai berikut: 1. Kang serat panitibaya, Panembahan agung wau kang nganggit, Bhatara Khatong kang sunu,Panaraga nagara, Ingkang wayah jeng Sunan Giri kadhatun, Binatuwuh putra wayah, Ilujenga saingking-wingking, selasa legi ping limalas, Madilawal tahun alip lumaris, angka sewu wolungatus Seket langkung setunggal, wuku mangsa tampineā€¦rang, duk winangun dening ulun pun tanaya, ing Surakarta nagari. Ingkang kasedya kang saya, nganggit layang kang sebab aniwasi, ingkang anyun akrap taruna taruna siwi, supaya rinegem kukuh, dadi jati pusaka, sapangisor kang sia turun-temurun, iki kawit kang winilang, sabarang nama niwasi, pamurunge wriya guna, aja lali lire sawiji-wiji, Terjemahan: 1. Serat Panitibaya pengarangnya adalah Panembahan Agung Bhatara Khatong dari negara Panaraga, beliau adalah cucu dari Sunan giri. semoga selamat untuk anak-cucu kita dikelak kemudian hari. selasa Legi, tanggal lima belas, bulan Madiwal Tahun Alip Lumaris, seribu delapan ratus lima puluh satu, pada masa wuku, kiranya oleh abdi tanaya,di negara Surakarta. Adapun maksud pembuat uraian ini saya, yang sebenarya ingin sekali akrab berdekatan hati dengan anak-anak muda, janganlah hal petuah ini sampai hilang, genggamlah yang kuat, agar dapat dijadikan pusaka sesuatu yang dihormati benar-benar, seterusnya bagi semua hal-hal yang terhitung tergolong, semuanya dapat mencelakakan diri, untuk mengurungkannya ada cara yang dapat menuju ke keselamatan, dan ini hendaklah jangan kau lupakan artinya satu-persatu. Kutipan di atas menerangkan bahwa diharapkan agar manusia selalu berhati-hati dan dapat bertindak bijaksana, serta mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Serat Panitibaya ini berisikan 176 larangan agar dalam menjalani hidup bisa lebih baik dan mencapai keselamatan dikemudian hari dalam berkehidupan. larangan yang terdapat dala teks ini diperuntukkan bagi 65 generasi muda untuk menjalankan kebaikan agar dalam mengarungi kehidupan tidak terjerumus dalam kesalahan dan dosa. Selanjutnya urutan logis dan temporal akan dituangkan mengenai ajaran keutamaan dalam kehidupan dalam Serat Panitibaya sebagai berikut.

a. Kewajiban Manusia pada Sang Pencipta