Simbol dan Makna Wanita Simbol dan Makna Pemimpin

85 hilanglah kewibawaannya tanpa mengenal tempat seperti orang gila, walaupun memberi kegembiraan orang banyak jika tak pantas akan membuat cela. Kutipan di atas menunjukkan makna dan simbol orang yang tidak mempunyai pendirian dalam melakukan sesuatu tidak dipikirkan terlebih dahulu dan seringkali berbuat yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaan orang kebanyakan. Pengarang memberikan simbol pada orang yang tidak mempunyai pendirian tersebut seperti orang gila yang ditertawakan saja.

4.2.6 Simbol dan Makna Wanita

Unsur yang hadir in praesentia dalam Serat Panitibaya dilambangkan dengan simbol wanita yang diumpamakan pohon bedaun lebat tetapi buah dan bunganya tidak berguna. Unsur yang tidak hadir in absentia dalam simbol tersebut memiliki makna seorang wanita tidak hanya kecantikannya saja yang menjadi penting untuk seorang lelaki, akan tetapi wanita yang benar-benar bisa berguna dan menghasilkan dari kesemuanya yang ada dimiliki wanita tersebut. Kutipan yang menerangkan hal tersebut dalam Serat Panitibaya tercermin pada kutipan pupuh Pangkur bait 78 berikut ini. 78. Ping sapta dasa sapta aja, manut ing dyah kang during asisiwi, sanadyan asih kalangkung, myang endah warnanra, umpamanya wreksa pelag angrembayung, tanpa guna who sekarnya, sayektinya aniwasi. Terjemahan: 78. Ketujuh puluh tujuh jangan, menuruti wanita yang belum beranak, walaupun sangat kasih padanya, dikarenakan wajahnya cantik seumpama pohon yang bagus berdaun lebat, tetapi buah dan bunganya tidak berguna, sebenarnya ini mencelakakan. 86 Kutipan di atas memiliki makna apabila menuruti wanita yang belum mempunyai anak, meskipun kau sangat mengasihinya karena paras cantiknya, maka akan pecuma saja karena hanya yang dilihat dari fisik saja tidak dari keseluruhan. Pengarang memberikan simbol pohon. Unsur yang tidak hadir in absentia dalam simbol tersebut memiliki makna dari ungkapan pohon yang bagus berdaun lebat tetapi buah dan bunganya tidak berguna adalah bahwa seorang wanita tidak hanya kecantikannya saja yang menjadi penting untuk seorang lelaki, akan tetapi wanita yang benar-benar bisa berguna dan menghasilkan dari kesemuanya yang ada dimiliki wanita tersebut.

4.2.7 Simbol dan Makna Pemimpin

Unsur yang hadir in praesentia dalam Serat Panitibaya dilambangkan dengan simbol penyakit hati. Unsur yang tidak hadir in absentia dalam simbol tersebut memiliki makna seorang pemimpin tentunya harus bertindak bijaksana dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Tidak diperbolehkan memiliki penyakit hati sebagaimana terdapat dalam ajaran Serat Panitibaya. Kutipan yang menerangkan simbol dan makna pemimpin terdapat pada pupuh Pangkur bait 102 sebagai berikut: 102. Kaping satus eka iku aja, kereng drengki mara tangan cengkiling, mala anak rabi batur, wayah bengi lan rina, gawe gita yen tangga cedhak wong agung, yen ora den kahruhana, lamun sinaru niwasi. Terjemahan: 102. Keseratus satu, jangan suka marah, iri hati, rintangan, menghajar anak, istri, dan pembantu, baik diwaktu siang dan malam hari, dapat menimbulkan ketegangan. Lebih-lebih bila dicampuri oleh tetangga, akan membuat celaka. 87 Kutipan ini menerangkan bahwa seorang pemimpin yang bijaksana tidak boleh melakukan hal-hal yang menjadi penyakit hati yang disimbolkan ringan tangan suka menagani, suka marah, iri hati, menghajar anak, istri dan pembantu, baik di malam maupun siang hari. Ringan tangan suka menangani merupakan perbuatan yang dilakukan dengan tindakan secara fisik memukul, menampar, dsb. Pemimpin yang bijak haruslah menjadi suri tauladan mampu mengayomi dan membimbing terhadap yang di pimpin keluarga maupun lainnya.

4.2.8 Orang yang Bersifat Sombong serta Bermulut Besar