Kompon Kajian Tentang Komunikasi Interpersonal

26 b. Adanya umpan balik atau feedback. Umpan balik merupakan pesan yang dikirim kembali oleh penerima kepada pembicara. Hubungan umpan balik yang langsung antara sumber dan penerima merupakan bentuk unik bagi komunikasi interpersonal yang dinamakan simultaneous message atau co- stimulation. c. Tidak harus tatap muka. Komunikasi interpersonal yang sudah terbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu, kehadiran fisik dalam berkomunikasi tidak terlalu penting. Menurut Weaver dalam Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, 2011: 16 bahwa komunikasi tanpa interaksi tatap muka tidaklah ideal walaupun tidak harus dalam komunikasi interpersonal. Kehilangan kontak secara langsung berarti kehilangan faktor utama dalam umpan balik, sarana dalam penyampaian emosi menjadi hilang. Bentuk ideal memang adanya kehadiran fisik dalam berinteraksi secara interpersonal, walaupun tanpa kehadiran fisik masih dimungkinkan. d. Tidak harus bertujuan. Individu bisa saja mengkomunikasikan segala sesuatu tanpa sengaja atau sadar sehingga terkadang apa yang dikomunikasikan tidak ada tujuan, tetapi apa yang dilakukan itu merupakan pesan-pesan sebagai isyarat yang dapat mempengaruhi individu. 27 e. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect. Sebuah pesan harus menghasilkan atau memiliki efek atau pengaruh agar dapat dianggap sebagai komunikasi interpersonal yang benar. Efek atau pengaruh tidak harus segera dan nyata, tetapi harus terjadi. Pesan yang disampaikan tidak diterima dan tidak menghasilkan efek tidak termasuk dalam komunikasi interpersonal. f. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata. Pesan-pesan non verbal, seperti menatap, menyentuh, memukul, mengedipkan mata, membelai, menendang kepada individu, memiliki makna yang jauh lebih besar daripada sebuah kata. g. Dipengaruhi oleh konteks. Menurut Verderber et al dalam Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, 2011: 18 konteks merupakan tempat di mana pertemuan komunikasi terjadi termasuk apa yang mendahului dan mengikuti apa yang dikatakan. Konteks mempengaruhi harapan- harapan partisipan, makna yang diperoleh para partisipan, dan perilaku selanjutnya. Konteks meliputi: 1 Jasmaniah. Konteks jasmaniah atau fisik meliputi lokasi, kondisi lingkungan, seperti suhu, udara, pencahayaan, dan tingkat kebisingan, jarak antara para komunikator, pengaturan tempat, dan waktu mengenai hari. Masing-masing faktor ini dapat mempengaruhi komunikasi. 28 2 Sosial. Konteks sosial merupakan bentuk hubungan yang mungkin sudah ada di antara partisipan. Menempatkan serta membedakan posisi ketika berkomunikasi dengan individu yang lebih tua dan ketika dengan yang lebih muda. 3 Historis. Konteks historis merupakan latar belakang yang diperoleh melalui peristiwa komunikasi sebelumnya antara para partisipan dan akan mempengaruhi saling pengertian pada pertemuan yang sekarang. 4 Psikologis. Konteks psikologis meliputi suasana hati dan perasaan di mana setiap individu membawakan perasaan tersebut ke pertemuan interpersonal yang terjadi. 5 Keadaan kultural yang mengelilingi peristiwa komunikasi. Menurut Samovar Porter dalam Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, 2011: 19 konteks kultural meliputi keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, sikap-sikap, makna, hierarki sosial, agama, pemikiran mengenai waktu, dan peran para partisipan. Budaya atau kultur dapat mempengaruhi bagaimana individu berpikir, berbicara, dan berperilaku. Individu merupakan bagian dari satu atau lebih budaya-budaya etnik, meskipun berbeda dari seberapa besar mengidentifikasikan diri dengan budaya-budaya etnik. Dua individu dari kultur yang berbeda melakukan interaksi, maka kesalahpahaman bisa saja terjadi karena perbedaan kultural. 29 h. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise. Kegaduhan atau noise adalah setiap rangsangan atau stimulus yang mengganggu dalam proses pembuatan pesan. Kegaduhan atau noise dapat bersifat eksternal, internal, atau sematik. 1 Kegaduhan eksternal berupa penglihatan-penglihatan, suara- suara, dan rangsangan-rangsangan lainnya di dalam lingkungan yang menarik perhatian individu jauh dari apa yang dikatakan atau diperbuat. Kegaduhan eksternal tidak harus selalu dalam bentuk suara, tetapi bisa juga melalui visual. 2 Kegaduhan internal, berupa pikiran-pikiran dan perasaan- perasaan yang bersaingan untuk mendapat perhatian dan mengganggu proses komunikasi. 3 Kegaduhan sematik, adalah gangguan yang ditimbulkan oleh lambang-lambang tertentu yang menjauhkan perhatian individu dari pesan yang utama. Menurut Judy C. Pearson dalam Nia Kania Kurniawati, 2014: 6, komunikasi interpersonal memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Komunikasi interpersonal dimulai dari diri sendiri self. Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri sendiri, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan individu.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

4 25 84

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 3 KENDAL TAHUN AJARAN 2012 2013

0 12 235

UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA MENGIKUTI KONSELING INDIVIDU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 BATANG TAHUN PELAJARAN 2012 2013

1 10 286

Upaya Meningkatkan Komunikasi Antarpribadi Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Permainan Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pemalang Tahun Pelajaran 2008-2009.

0 0 1

EFEKTIVITAS STRATEGI MODELING MELALUI KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VII DI SMP N 1 PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARTA.

0 1 157

PENINGKATAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL MELALUI PERMAINAN PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA.

0 0 161

PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK (BUZZ-GROUP) PADA SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI 2 KALASAN.

0 4 181

View of PENGARUH TEKNIK DISKUSI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VII H SMP NEGERI 21 SURABAYA

0 1 8

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLEPLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN SISWA KELAS VIII B SMP 1 JATI KUDUS

1 3 22

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF (PISK) PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1

0 0 16