Hasil Pemberian Pelaksanaan Penelitian Tindakan

173 Tabel 21. Peningkatan Hasil Post-Test I dengan Post-Test II Skala Komunikasi Interpersonal No Nama Post-Test I Kategori Post-test II Kategori Peningkatan Skor Presentase Skor Presentase Skor Presentase 1. ALT 76 63,3 Sedang 93 77,5 Tinggi 17 14,2 2. AML 89 74,2 Sedang 100 83,3 Tinggi 11 9,1 3. AND 72 60 Sedang 91 75,8 Tinggi 19 15,8 4. EVT 93 77,5 Tinggi 107 89,2 Tinggi 14 11,7 5. MLN 91 75,8 Tinggi 102 85 Tinggi 11 9,2 6. RBK 73 60,8 Sedang 91 75,8 Tinggi 18 15 7. SKR 85 70,8 Sedang 96 80 Tinggi 11 9,2 8. YHN 91 75,8 Tinggi 103 85,8 Tinggi 12 10 Rata-rata 83,7 69,8 97,9 81,6 14,2 11,8 Dari data di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan konseling kelompok siklus II berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan, dilihat dari hasil skala diketahui adanya peningkatan rata-rata sebesar 14,2 atau 11,8. Semua siswa mengalami kenaikan dari hasil pre-test dengan hasil post-test I sebesar 69,8 dan post-test II sebesar 81,6 diketahui bahwa tidak ada kriteria rendah dan sedang, semua siswa mengalami kenaikan menjadi tinggi. Berdasarkan hasil post-test II dari siklus II, peningkatan rata-rata pada skor sudah memenuhi kriteris keberhasilan pada penelitian ini. Hasil dari siklus II dapat dilihat bahwa semua siswa meningkat menjadi tinggi. Perbandingan skor pre-test, post-test I, dan post-test II dapat dilihat pada diagram berikut : Gam me dal ter kat me kat tin nil sed 2,5 p sig ser 20 40 60 80 100 120 mbar 5. Dia Tes Diagram emiliki kate lam katego rdapat siswa tegori seda enunjukkan tegori renda nggi. Pening ai Z pada p dangkan pen 533 dan p=0 0,05 yang b gnifikan sete Hal ters rta siswa te 3 Rend agram Perb st II m di atas me egori rendah ori tinggi. a yang term ang, dan 3 bahwa su ah dan seda gkatan ini d engujian pr ngujian sik 0,011. Berd berarti ada p elah tindaka sebut juga d rkait denga 5 dah Pre-Te 174 bandingan enunjukkan h, 5 siswa Post-test I masuk dala 3 siswa m dah tidak a ang, semua didukung de ratindakan d lus I dan si dasarkan has perbedaan p an. didukung ha an topik yan 5 5 Sedang est Post-T Skor Pre-T n bahwa pre kategori se siklus I m am kategori memiliki ka ada lagi si a siswa tela engan hasil dan siklus I iklus II men sil tersebut perilaku kom asil observa ng dibahas 3 Ting Test I Po Test, Post-T e-test terdap edang, dan menunjukka i rendah, 5 ategori ting iswa yang ah termasuk uji wilcoxo sebesar -2,5 nghasilkan dapat diket munikasi in asi sikap da dalam kons 6 3 8 ggi ost-Test II Test I, dan pat 3 siswa tidak ada an bahwa siswa mem ggi. Post-te termasuk d k dalam kat on menunju 524 dan p=0 nilai Z sebe tahui bahwa nterpersonal an perilaku seling kelom

69.7 83.7

97. Rata-Rata Post- yang siswa tidak miliki est II dalam tegori ukkan 0,012 esar - a nilai yang siswa mpok 9 175 yang menunjukkan bahwa telah ada peningkatan komunikasi interpersonal dilihat dari munculnya perilaku menerima kritik dan saran, bersikap dan berkata jujur, bertanggungjawab atas perkataan yang telah disampaikan, merasakan apa yang dirasakan orang lain, mengekspresikan empati dengan tepat, bersikap mendukung, bersikap positif, dan memberikan penghargaan positif tidak bersyarat pada orang lain. Hasil wawancara juga sudah menunjukkan adanya pemahaman siswa secara kognitif dan afektif terhadap komunikasi interpersonal.

E. Pembahasan Hasil Penelitian.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah layanan konseling kelompok mampu meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Pakem. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa terdapat peningkatan komunikasi interpersonal siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Pakem setelah adanya kegiatan konseling kelompok. Peningkatan yang terjadi dari rata-rata pre-test sebesar 69,8 setelah post-test II maka rata-ratanya menjadi 97,9. Angka 97,9 signifikan dikarenakan rata-rata post-test ≥ 90 untuk kategori komunikasi interpersonal tinggi, sehingga penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis konseling kelompok dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Pakem terbukti, seperti yang telah diungkapkan oleh Winkel dalam M. Edi Kurnanto 2013: 10-11 bahwa tujuan diadakannya konseling 176 kelompok adalah agar setiap anggota kelompok mampu mengembangkan komunikasi antara satu dengan yang lain. Konseling kelompok dilakukan peneliti sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prayitno 1995: 40-58 mengelompokkan konseling kelompok dalam empat tahapan, yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap penutupan. Siswa akan melaksanakan konseling kelompok sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan. Konseling kelompok untuk meningkatkan komunikasi interpersonal merupakan hal yang baru bagi kelas VII B SMP Negeri 1 Pakem. Sesuai dengan pendapatnya Dewa Ketut Sukardi dan Desak P. E. Nila Kusmawati 2008: 69 mengenai permasalahan yang dapat dibahas dalam konseling kelompok salah satunya adalah mengenai komunikasi. Konseling kelompok dilakukan dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada sekelompok individu yang homogen. Hasil penelitian di SMP Negeri 1 Pakem menujukkan bahwa siswa memiliki komunikasi interpersonal yang rendah. Menurut Suranto Aw 2011: 93-102 kemampuan komunikasi interpersonal yang tinggi memiliki beberapa kriteria, yaitu: membangun hubungan positif, keterampilan dalam berbicara, kecakapan dalam bertanya, cakap dalam membuka atau mengawali percakapan, mampu menjaga sopan santun, meminta maaf pada saat merasa bersalah, penuh perhatian dan kepedulian, empati yang tinggi, memberikan umpan balik positif, cakap dalam mendengarkan dan menyampaikan informasi, memiliki sikap tanggap cepat dan bertanggung jawab. Berdasarkan 177 pendapat Suranto Aw, peneliti mengambil tema komunikasi dengan teman sebaya dan tiga subtema, yaitu : membangun hubungan yang baik dengan komunikasi, berkata dan bersikap jujur, dan rela memaafkan serta mengakui kesalahan. Penelitian dilakukan selama 2 siklus, siklus I dilakukan empat pertemuan dengan membahas dua subtema, yaitu: membangun hubungan yang baik dengan komunikasi dan berkata serta bersikap jujur. Siklus II dilaksanakan empat pertemuan dengan membahas satu subtema yaitu rela memaafkan dan mengakui kesalahan. Sebagian siswa yang memiliki masalah terkadang bercerita dengan teman dekatnya, namun sebagian lagi cenderung untuk diam dan membiarkan masalah tersebut. Siswa menganggap bercerita dengan teman dekat dapat membantu untuk mengurangi permasalahannya, mereka dapat menceritakan permasalahan yang sedang dialami. Siswa juga dapat menceritakan kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah dan apabila terdapat siswa lain yang memiliki permasalahan yang sama, maka guru bimbingan dan konseling dapat melakukan konseling kelompok sebagai wadah siswa untuk berbagi dan memberi kepada sesama siswa yang mengikuti konseling kelompok. Sesuai dengan pendapat Dewa Ketut Sukardi dan Desak P. E. Nila Kusmawati 2008: 66 bahwa konseling kelompok memanfaatkan dinamika kelompok yang terdapat dalam sebuah kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang sama. 178 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses konseling pada siklus I, siswa belum aktif dalam menanggapi permasalahan, masih suka berprasangka buruk, belum bisa berkata jujur, siswa masih malu, masih terdapat siswa yang mendominasi dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk berpendapat, memberikan saran, dan komentar, serta anggota kelompok belum nyaman untuk menceritakan masalahnya. Konseling kelompok memiliki kelemahan yang diungkapkan oleh Winkel dan Sri Hastuti 2007: 594 salah satunya adalah suasana dalam kelompok bisa saja dirasakan oleh sebagian anggota kelompok sebagai paksaan moral untuk membuka isi hatinya di hadapan anggota kelompok yang lain, ini yang menyebabkan pada awal pertemuan anggota kelompok masih ragu dan belum nyaman untuk menceritakan permasalahan yang dialaminya. Konseling kelompok yang dilakukan pada siklus II sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari siklus I. Komunikasi yang terjalin selama proses konseling membuat siswa semakin akrab satu sama lain, sesuai dengan yang diungkapkan oleh DeVito 2007: 15 mengenai tujuan komunikasi interpersonal salah satunya adalah untuk membangun suatu ikatan pertemanan relationship. Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan konseling dan menunjukkan peningkatan, ditunjukkan dengan mulai mampu untuk menghargai satu sama lain, menjaga rahasia, peduli dengan lainnya, berperan aktif, mau membantu temannya dan bersikap positif. Siswa mulai peduli dengan lingkungannya dan mulai mau membantu ketika temannya membutuhkan bantuan, seperti yang dijelaskan oleh DeVito 2007: 15 m memb yaitu oleh a umpa 2008 memb kelom pada s skor r G test, p interp renda sebesa katego 5 10 mengenai tu bantu orang makin terb anggota kel an balik fe 8: 178 bah bantu dan m mpok. Konseling siswa kelas rata-rata kom Gambar 6. Grafik di a post-test I, personal dap ah. Hasil sk ar 69,7 atau ori komuni 50 00 P Skor ujuan dari g lain. Angg buka, sudah ompok lain eedback. S hwa konse memberikan kelompok VII B SMP munikasi in Grafik Sk Kelas VII atas menunju , dan post- pat dilihat kor rata-rat u dengan pr ikasi interp 69.7 Pre-test Rata-rat 179 komunikas gota kelomp h bisa mene nnya, memb Sesuai deng ling kelom n umpan ba dapat me P Negeri 1 P nterpersonal kor Rata-ra I B SMP Ne ukkan adan -test II. Pa skor atau ta skala ko resentase 58 personal ren Po a Komun si interpers pok semakin erima kritik bantu teman gan yang mpok mema alik feedba eningkatkan Pakem,hal t l pada grafik ata Komun egeri 1 Pak nya peningk ada tabel 2 presentase omunikasi i 8,1 denga ndah dan 5 83.7 ost-test I nikasi Inte sonal adalah n menunjuk k dan saran n yang lain d diungkapka anfaatkan k ck kepada n komunika tersebut dap k berikut ini nikasi Inter kem. katan skor ra 21 hasil sk siswa yang interpersona an rincian 3 5 siswa m Post erpersona h salah sat kkan pening n yang dibe dan membe an oleh La kelompok u sesama an asi interper pat diketahu i : rpersonal S ata-rata dari kala komun g memiliki al pada pr 3 siswa mem memiliki kat 97,9 t-test II al tunya gkatan erikan erikan atipun untuk ggota rsonal ui dari Siswa i pre- nikasi skor re-test miliki tegori

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

4 25 84

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 3 KENDAL TAHUN AJARAN 2012 2013

0 12 235

UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA MENGIKUTI KONSELING INDIVIDU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 BATANG TAHUN PELAJARAN 2012 2013

1 10 286

Upaya Meningkatkan Komunikasi Antarpribadi Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Permainan Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pemalang Tahun Pelajaran 2008-2009.

0 0 1

EFEKTIVITAS STRATEGI MODELING MELALUI KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VII DI SMP N 1 PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARTA.

0 1 157

PENINGKATAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL MELALUI PERMAINAN PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA.

0 0 161

PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK (BUZZ-GROUP) PADA SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI 2 KALASAN.

0 4 181

View of PENGARUH TEKNIK DISKUSI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VII H SMP NEGERI 21 SURABAYA

0 1 8

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLEPLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN SISWA KELAS VIII B SMP 1 JATI KUDUS

1 3 22

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF (PISK) PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1

0 0 16