62 d.
Unsur konfidensialitas yang sangat esensial bagi kelompok yang efektif sulit untuk dicapai dalam konseling kelompok.
e. Modeling perilaku yang tidak diinginkan sulit untuk dihilangkan.
f. Meningkatkan ketegangan, kecemasan, dan keterlibatan yang terjadi
dapat menimbulkan beberapa akibat yang tidak diinginkan. g.
Kombinasi yang tepat dari anggota kelompok adalah penting, namun sulit untuk dicapai.
h. Beberapa kelompok dapat menerima perhatian individual yang tidak
memadai. i.
Kesulitan untuk menjadwal konseling kelompok dalam adegan sekolah, dikarenakan menyangkut kepentingan dan keperluan orang
banyak. j.
Konselor kelompok harus terlatih dengan baik dan sangat terampil. Kelebihan konseling kelompok menurut Winkel dan Sri Hastuti
2007: 593-594 antara lain: a.
Melalui interaksi dengan semua anggota kelompok, maka para anggota dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis, seperti
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya, bertukar pikiran dan berbagi perasaan, mengemukakan nilai-nilai
kehidupan sebagai pegangan, dan kebutuhan untuk menjadi lebih mandiri.
b. Anggota kelompok merasa lebih mudah membicarakan persoalan
mendesak yang sedang dihadapi.
63 c.
Lebih mudah untuk memberi dan menerima masukan dari anggota kelompok maupun konselor yang memimpin kelompok.
d. Anggota kelompok merasa lebih bersedia membuka isi hatinya,
terbina hubungan sosial yang lebih baik, dan terciptanya suasana kebersamaan yang lebih memuaskan.
e. Bagi konselor memperoleh kesempatan untuk mengobservasi perilaku
para konseli yang sedang berinterkasi dalam kelompok. f.
Membuktikan bahwa konselor sebagai orang yang bersdia melibatkan diri dalam seluk-beluk kehidupan dengan ikut berbicara sebagai
seorang partisipan dalam diskusi kelompok. g.
Konselor dapat meyakinkan para konseli akan kegunaan layanan konseling.
Konseling kelompok juga dapat mengandung beberapa kelemahan, menurut Winkel dan Sri Hastuti 2007: 594 kelemahan konseling
kelompok antara lain: a.
Tidak semua anggota kelompok mampu berinteraksi dalam suatu kelompok secara memuaskan.
b. Suasana dalam kelompok bisa saja dirasakan oleh sebagian anggota
kelompok sebagai paksaan moral untuk membuka isi hatinya di hadapan anggota kelompok yang lain.
c. Persoalan pribadi sebagian anggota kelompok mungkin kurang
mendapatkan perhatian dan tanggapan sebagaimana mestinya, karena perhatian kelompok terfokus pada suatu masalah umum.
64 d.
Sebagian anggota kelompok kurang merasa puas karena perhatian kelompok kadang-kadang terpaut pada anggota lain.
e. Bagi konselor lebih sulit memberikan perhatian penuh pada masing-
masing konseli dalam kelompok. f.
Khusus di Indonesia konselor dapat menghadapi kendala budaya yang mempersulit kedudukannya sebagai partisipan dalam diskusi
kelompok.
7. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Konseling Kelompok
Menurut M. Edi Kurnanto 2013: 144 sebelum sebuah kelompok mengawali sebuah pertemuan konseling kelompok, terdapat hal-hal
tertentu yang harus diputuskan, seperti menetapkan tempat pertemuan yang tepat dan menetapkan kebijakan mengenai penerimaan anggota baru,
frekuensi pertemuan, durasi setiap sesi, dan jumlah anggota kelompok. a.
Setting fisik. Maksudnya adalah setting ruangan yang akan digunakan sebagai
tempat proses konseling kelompok. Konseling kelompok dapat dilakukan dalam sembarang setting fisik ruangan asalkan ruangan itu
menjamin rahasia dan terbebas dari gangguan perhatian, sehingga konseling kelompok dapat berjalan lancar, aman dan nyaman.
b. Kelompok terbuka dan tertutup.
Pemimpin kelompok dapat menetapkan apakah kelompok ini terbuka atau tertutup dalam proses konseling kelompok. Kelompok
tertutup adalah suatu kelompok dalam proses konseling kelompok,
65 dimana ketika proses konseling sudah dimulai, tidak menerima
anggota baru untuk masuk dan mengikuti konseling kelompok, dan biasanya mengadakan pertemuan untuk jumlah sesi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kelompok terbuka adalah proses konseling kelompok dimana dalam proses perjalanan konseling, konselor dengan
kesepakatan anggota kelompok berusaha untuk tetap mempertahankan jumlah anggota sesuai target, sehingga menerima anggota baru untuk
menggantikan anggota yang keluar. c.
Durasi dan frekuensi pertemuan. Penentuan berapa lama proses terapi kelompok dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi kapan dan dimana proses terapi itu dilakukan. Durasi yang dianggap efektif untuk proses
konseling kelompok dalam satu sesi adalah sekitar 80 sampai 90 menit, sesi yang lebih lama akan mengakibatkan keletihan, yang
membuat terapi menjadi kurang efektif dalam sesi-sesi berikutnya pada hari yang sama. Frekuensi dalam konseling kelompok
disesuaikan dengan kebutuhan konseli dalam seminggu. Yalom dalam M. Edi Kurnanto, 2013: 146 lebih menyukai dua kali dalam
seminggu frekuensi pertemuannya. d.
Kelompok marathon. Istilah terapi marathon ini diperkenalkan oleh G. Bach. Kelompok
marathon ini bertemu selama 24 hingga 48 jam tanpa henti. Partisipan harus mengikuti pertemuan ini selama waktu yang ditentukan, makan
66 dihidangkan di tempat terapi, dan jika diperlukan tempat tidur pun
disediakan, partisipan hanya diberi waktu untuk istirahat hanya secukupnya saja, tidak terlalu lama.
e. Jumlah anggota kelompok.
Jumlah anggota kelompok dapat berkisar antara 5 hingga 10 orang, tetapi jumlah yang ideal untuk kelompok terapi interaksional adalah 7
atau 8 orang. Menurut Totok Santoso 1987: 15-21 terdapat hal-hal yang perlu
dilakukan sebelum proses konseling kelompok, seperti penyeleksian anggota, ukuran kelompok, lama seringnya pertemuan, jenis kelompok,
tempat pertemuan, dan peran komunikasi. Lebih rinci mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam konseling kelompok sebagai berikut:
a. Penyeleksian anggota.
Konseling kelompok mempunyai tujuan yang akan dicapai, dan untuk mencapai tujuan tersebut anggota kelompok pun perlu diadakan
seleksi. Mencari info-info mengenai siswa yang akan diikutkan dalam konseling kelompok dapat diperoleh dengan mencari atau
mengumpulkan data mengenai calon, dengan melihat catatan-catatan yang ada, dokumen-dokumen atau file-file yang sudah ada atau
dengan melakukan wawancara dengan guru yang bersangkutan, seperti wali kelas dan guru pembimbing untuk mengenal anggota
lebih dalam lagi.
67 Syarat- syarat yang dapat diajukan menjadi anggota kelompok
adalah: 1
Individu dalam keadaan normal, dalam arti belum pernah atau menderita tekanan batin yang berat.
2 Terdiri dari putra dan putri dan jumlahnya relatif seimbang.
3 Hubungan persahabatan atau saudara dalam kelompok sebaiknya
dipisah, dikhawatirkan dapat menimbulkan klik dalam kelompok tersebut atau mungkin bisa saja terjadi malu saat mengemukakan
sesuatu dikarenakan ada orang yang dikenali akrab dalam kelompok.
4 Kelompok bisa sama atau berbeda dalam hal minat, bakat,
tingkatan umur, asalkan jarak diantaranya tidak terlalu jauh. b.
Ukuran kelompok. Anggota kelompok yang ideal adalah 6 orang, tidak kurang dari 4
orang, dan apabila lebih dari 10 orang maka terlalu berat bagi konselor untuk dapat memimpin konseling kelompok dengan baik dan hasilnya
kurang maksimal. c.
Lama seringnya pertemuan. Konseling kelompok untuk siswa SMP memerlukan waktu 60-90
menit dan perlu memperhatikan konsentrasi dari anggota kelompok. Faktor kelelahan dan kebosanan bisa saja terjadi jika waktu konseling
terlalu lama dan jangan mengabaikan faktor tersebut dikarenakan proses konseling akan menjadi tidak efektif. Pertemuan dalam
68 konseling kelompok bisa saja dilakukan seminggu dua kali dengan
jarak waktu yang cukup. d.
Jenis kelompok. Terdapat dua jenis kelompok dalam konseling kelompok, yaitu
kelompok terbuka dan tertutup. Kelompok terbuka yang dimaksud dalam konseling kelompok adalah adanya perubahan anggota ketika
proses konseling telah berjalan. Penelitian kali ini menggunakan kelompok tertutup, yang dimaksud dengan kelompok tertutup
Latipun, 2008: 186 yaitu dalam keanggotaannya tidak memungkinkan adanya anggota baru saat proses konseling, sehingga
dari awal sampai akhir konseling anggota yang mengikuti tetap sama. e.
Tempat pertemuan. Idealnya dalam proses konseling disediakan tempat khusus untuk
melakukan konseling, lingkungan yang paling enak, dapat membuat anggota kelompok merasa nyaman dan aman karena tidak ada
gangguan orang lain yang melewati ruangan. Penyusunan tempat duduk sebaiknya melingkar, agar setiap anggota konseling dapat
melihat anggota lainnya. f.
Peran komunikasi. Komunikasi merupakan sarana untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan melalui bahasa lisan atau tingkah laku dalam proses konseling, di mana ada makna yang terkadung di dalamnya. Peran
mendasar dari komunikasi dalam proses konseling adalah untuk