lemak subkutan perut yang lebih besar dibandingkan laki-laki Power dan Jay, 2008. Faktor lain, seperti hormon estrogen dan kurangnya aktivitas fisik
juga memiliki peran dalam terjadinya obesitas sentral pada perempuan Pujiati, 2010.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Veghari dan Howel. Pada penelitian Veghari dkk 2010 terhadap 2471 penduduk dewasa di Iran bagian
utara, diketahui bahwa 57,2 wanita dan 15,8 laki-laki mengalami obesitas sentral. Hasil penelitian Howel 2012 pada penduduk dewasa usia 18 tahun
dalam survei nasional Inggris tahun 1993-2008 juga menunjukkan bahwa 35,7 laki-laki dan 43,9 perempuan mengalami obesitas sentral. Selain itu,
prevalensi obesitas sentral di Indonesia pada usia 15 tahun juga lebih banyak dialami oleh perempuan, yaitu sebesar 42,1 , sedangkan laki-laki
sebesar 11,3 Balitbangkes, 2013. Hasil penelitian Eka dkk 2012 diketahui tidak sejalan, baik dengan hasil penelitian ini, maupun hasil
penelitian Veghari dan Howel. Hal ini dikarenakan pada penelitian Eka dkk 2012 terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Angkatan
2011, menunjukkan bahwa 13,5 mahasiswa dan 4,1 mahasiswi mengalami obesitas sentral.
E. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014
Pada hasil analisis diketahui bahwa aktivitas fisik yang paling banyak dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014 ialah aktivitas fisik berat. Berdasarkan hasil analisis aktivitas fisik menurut jenis kelamin menunjukkan
bahwa aktivitas fisik yang paling banyak dimiliki oleh mahasiswa ialah aktivitas fisik berat. Sedangkan, aktivitas fisik yang paling banyak dimiliki
oleh mahasiswi ialah aktivitas fisik sedang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, dimana terdapat hubungan antara aktivitas fisik
dengan obesitas sentral pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pujiati 2010, dimana terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral pada orang
dewasa. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa orang yang memiliki aktivitas fisik kurang berisiko mengalami obesitas sentral sebesar 1,2 kali
atau OR=1,202. Selain itu, pada penelitian Sugianti dkk 2009 juga menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara aktivitas fisik berat dengan
obesitas sentral, dimana orang yang tidak memiliki aktivitas fisk berat, mengalami obesitas sentral sebesar 26,4 dan orang yang melakukan
aktivitas fisik berat, mengalami obesitas sentral sebesar 18. Aktivitas fisik ialah setiap pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh
otot-otot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energi Gibney dkk, 2008. Aktivitas fisik olahraga yang rutin dapat mendorong penurunan yang cukup
besar pada jaringan lemak, bahkan tanpa adanya penurunan berat badan Tchernof dan Despres, 2013. Hal ini dikarenakan olahraga dapat
meningkatkan masa jaringan bebas lemak. Dalam rangka mencegah peningkatan berat badan dan penumpukan
lemak pada orang dewasa, ACSM The American College of Sports Medicine AHA The American Heart Association merekomendasikan
untuk melakukan aktivitas fisik berupa senam aerobik dengan intensitas sedang sebanyak 5 kali dalam seminggu selama 30 menit atau senam aerobik
dengan intesitas berat sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 20 menit Haskell dkk, 2007. Selain itu, anjuran aktivitas fisik berat dan sedang untuk
orang dewasa juga dapat berupa jalan cepat sebanyak 2 kali dalam seminggu selama 30 menit dan kemudian melakukan jogging selama 20 menit pada 2
hari lainnya.
F. Hubungan Kondisi Mental Emosional dengan Obesitas Sentral pada