commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tangguh, mandiri, kreatif dan inovatif sehingga mampu
menyesuaikan perkembangan zaman. Pendidikan sangat penting dalam menyiapkan manusia untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas
kehidupan sebagai bangsa yang bermartabat. Pendidikan Nasional berfungsi mangembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab Depdiknas, 2007:11.
Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Indonesia sangat memerlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam rangka mencari struktur
kurikulum, sistem pendidikan dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan bagi peserta didik khususnya bagi anak usia sekolah dasar.
Pada umumnya di dalam proses pendidikan selalu diarahkan untuk menciptakan tenaga terdidik yang terampil, dinamis, kreatif dan mengikuti serta
melibatkan diri dalam proses perkembangan dunia pendidikan. Sehingga keberhasilaan suatu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya faktor
individu, tenaga didik, lingkungan , dan sarana yang menunjang dalam proses pembelajaran. Suatu metode pembelajaran juga sangat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran serta menentukan prestasi belajar peserta didik. Depdiknas mengembangkan suatu sistem pendidikan yang dapat membekali
peserta didik dengan kecakapan hidup dalam kehidupan yang berorientasi pada tujuan dan proses agar sejalan dengan perkembangan nasional dan global.
commit to user 2
Menurut Muljono Abdurrachman 2007:3 ada tiga jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah yaitu : 1 pendidikan dasar, 2 pendidikan
menengah dan, 3 pendidikan tinggi. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah
Ibtidaiyah MI atau bentuk yang lain serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs atau bentuk lain yang sederajat.
Sedangkan untuk pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas SMA, Madrasah Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan
SMK dan Madrasah Aliyah Kejuruan MAK atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh
pendidikan tinggi. Depdiknas, 2007:11 Tujuan pendidikan dasar adalah mengembangkan sikap dan memberi
kemampuan dasar untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikaan menengah. Maka
untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu mengembangkan kurikulum dan sistem pembelajaran. Pembelajaran matematika di tingkat Sekolah
Dasar SD, dipelajari rumus-rumus dan metode-metode penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian.
Matematika merupakan mata pelajaran yang menduduki peran penting dalam pendidikan terutama di Sekolah Dasar. Siswa di kelas rendah Sekolah
Dasar SD dirasa belum mengalami kesulitan bahkan cenderung senang dengan mata pelajaran matematika. Namun di kelas tinggi, siswa mulai mengalami
kesulitan dalam pelajaran matematika. Salah satu materi yang diajarkan di kelas tinggi yang dirasa sulit bagi siswa adalah materi bangun datar. Sehingga
penguasaan siswa pada materi kurang. Materi bangun datar harus dikuasai oleh siswa karena materi bangun datar adalah materi dasar yang diperlukan siswa
sebelum siswa mempelajari materi jaring-jaring bangun datar serta materi bangun ruang yang merupakan materi yang saling berkesinambungan. Hal ini berakibat
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah. Demikian pula yang terjadi di SD Negeri Ngreco 05, khususnya kelas V.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, para siswa kurang menguasai materi bangun datar sehingga prestasi belajar matematika khususnya
commit to user 3
pada materi bangun datar rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain : 1 cara mengajar yang dirasa siswa kurang menarik, karena guru hanya mengajar
dengan metode ceramah , 2 siswa belum menguasai materi bangun datar pada kelas sebelumnya 3 siswa kurang tertarik dengan pembelajaran matematika,
khususnya materi sifat-sifat bangun datar. Data yang diambil dari Standar Kompetensi 6.1 tentang pemahaman sifat-sifat bangun datar terlihat bahwa siswa
yang telah mencapai kriteria KKM Kriteria Ketuntasan Minimal 64 sebanyak 4 siswa dari 16 siswa sehingga perlu diadakan peningkatan KKM melalui
pembelajaran yang menarik data nilai terlampir dilampiran hal 142. Menurut Degeng dalam Sugiyanto 2008:1 daya tarik suatu mata
pelajaran dalam pembelajaran ditentukan oleh dua hal , pertama, oleh mata pelajaran itu sendiri, kedua, oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas
professional guru adalah menjadikan pelajaran yang diajarkan menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna.
Untuk menjadikan siswa tertarik pada suatu mata pelajaran, maka guru harus pandai-pandai mengelola kelas, dan menerapkan metode belajar yang sesuai
dengan kondisi kelasnya. Suatu metode belajar yang sudah seringkali digunakan adalah diskusi kelompok kecil. Namun, metode diskusi kelompok kecil ini belum
mampu meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini disebabkan karena metode diskusi kelompok kecil yang digunakan masih bersifat tradisional yang
masih didominasi oleh kelompok siswa pandai dan aktif sedangkan kelompok siswa kurang pandai dan tidak aktif cenderung memperoleh hasil diskusi serta
nilai tanpa melakukan apa-apa dalam diskusi kelompok tersebut, sehingga siswa masih merasa kurang tertarik dengan matematika.
Melihat kondisi ini penulis tertarik untuk dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD Student Teams Achievement Division . Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena model pembelajaran ini
dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif Slavin, 2008:143 . STAD merupakan
commit to user 4
metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkins.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah peserta didik membentuk tim yang masing-masing anggotanya 4-5
kelompok. Setiap tim menggunakan lembar kerja dan kemudian tanya jawab atau diskusi untuk saling membantu. Secara periodik guru memantau perkembangan
tim atau individu. Tim atau individu yang telah mencapai kriteria tertentu diberi penghargaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Tahun Pelajaran 20102011.
B. Rumusan Masalah