Peningkatan prestasi belajar matematika materi bangun datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN Banjarnegoro III semester II tahun pelajaran 2011/2012.
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PADA SISWA KELAS V SDN BANJARNEGORO III SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kartini, A.Ma.Pd Universitas Sanata Dharma
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan prestasi belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SDN Banjarnegoro III semester II tahun ajaran 2011/2012. Dan (2) sejauh mana tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling membantu dalam hal menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Banjarnegoro III yang berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda dan isian singkat yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji data yaitu dengan cara mengumpulkan hasil tes siswa, mengubah skor mentah menjadi nilai jadi, mencari rata-rata kemudian membandingkannya dengan keadaan pada kondisi sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus pertama terdiri dari satu pertemuan, sedangkan siklus dua terdiri dari satu pertemuan. Pada siklus satu 22 siswa (73,3%) memperoleh nilai diatas KKM dan rata – rata kelas hanya mencapai 73,7. Sedangkan hasil evaluasi siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan, yaitu 30 siswa (100%) memperoleh nilai diatas KKM dan nilai rata- rata mencapai 84,6.
(2)
ABSTRACT
IMPROVED PERFORMANCE MATERIALS MATHEMATICS LEARNING TO BUILD FLAT WITH MODEL TYPE STAD COOPERATIF STUDENTS IN CLASS V SDN BANJARNEGORO III SEMESTER II SCHOOL YEAR 2011/2012
Kartini, A.Ma.Pd Sanata Dharma University
2012
This study aimed to determine: (1) an increase in mathematics achievement using cooperative learning model type STAD fifth grade students of SDN Banjarnegoro III semester academic year 2011/2012. And (2) the extent to which type STAD can improve student achievement. Type STAD cooperative learning model is a cooperative learning technique that aims to encourage students to discuss, help each other in terms of completing the task, control and ultimately implement a given skill.
This research is a class act. The subjects were students of class V SDN Banjarnegoro III, amounting to 30 people. The instrument used in this study is a multiple-choice test and a short field prepared by the researcher. Data analysis techniques used to assess the data that is by collecting student test results, convert raw scores into value so, find the average and compares the situation to the previous condition.
This study was conducted in two cycles. In the first cycle consisted of one meeting, while two cycles consisted of one meeting. In the cycle of the 22 students (73.3%) scored above the KKM and flat - just reach 73.7 grade average. While the results of the second cycle of evaluation also showed an increase, which is 30 students (100%) scored above the KKM and the average value reached 84.6.
(3)
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI
BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V
SDN BANJARNEGORO III
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
KARTINI, A.Ma.Pd NIM: 101132021
PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
(4)
(5)
(6)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini khusus kupersembahkan untuk :
• Allah SWT tercinta
• Suami dan anak – anak yang senantiasa memberikan semangat dan doa • Teman – teman guru SD Negeri Banjarnegoro III
(7)
MOTTO
“orang – orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. orang – orang yang masih terus belajar,
akan menjadi pemilik masa depan” (Mario Teguh)
(8)
PERNYATAAN KESALIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,
sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31, Januari 2013
Penulis
(9)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatanganan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Kartini, A.Ma.Pd
Nomor Mahasiswa : 101132021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Datar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Siswa Kelas V SDN Banjarnegoro III semester II tahun pelajaran 2011/2012”
Beserta perangkat yang diperlukan. Demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 November 2013 Yang menyatakan
(10)
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PADA SISWA KELAS V SDN BANJARNEGORO III SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kartini, A.Ma.Pd Universitas Sanata Dharma
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan prestasi belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SDN Banjarnegoro III semester II tahun ajaran 2011/2012. Dan (2) sejauh mana tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling membantu dalam hal menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Banjarnegoro III yang berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda dan isian singkat yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji data yaitu dengan cara mengumpulkan hasil tes siswa, mengubah skor mentah menjadi nilai jadi, mencari rata-rata kemudian membandingkannya dengan keadaan pada kondisi sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus pertama terdiri dari satu pertemuan, sedangkan siklus dua terdiri dari satu pertemuan. Pada siklus satu 22 siswa (73,3%) memperoleh nilai diatas KKM dan rata – rata kelas hanya mencapai 73,7. Sedangkan hasil evaluasi siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan, yaitu 30 siswa (100%) memperoleh nilai diatas KKM dan nilai rata- rata mencapai 84,6.
(11)
ABSTRACT
IMPROVED PERFORMANCE MATERIALS MATHEMATICS LEARNING TO BUILD FLAT WITH MODEL TYPE STAD COOPERATIF STUDENTS IN CLASS V SDN BANJARNEGORO III SEMESTER II SCHOOL YEAR 2011/2012
Kartini, A.Ma.Pd Sanata Dharma University
2012
This study aimed to determine: (1) an increase in mathematics achievement using cooperative learning model type STAD fifth grade students of SDN Banjarnegoro III semester academic year 2011/2012. And (2) the extent to which type STAD can improve student achievement. Type STAD cooperative learning model is a cooperative learning technique that aims to encourage students to discuss, help each other in terms of completing the task, control and ultimately implement a given skill.
This research is a class act. The subjects were students of class V SDN Banjarnegoro III, amounting to 30 people. The instrument used in this study is a multiple-choice test and a short field prepared by the researcher. Data analysis techniques used to assess the data that is by collecting student test results, convert raw scores into value so, find the average and compares the situation to the previous condition.
This study was conducted in two cycles. In the first cycle consisted of one meeting, while two cycles consisted of one meeting. In the cycle of the 22 students (73.3%) scored above the KKM and flat - just reach 73.7 grade average. While the results of the second cycle of evaluation also showed an increase, which is 30 students (100%) scored above the KKM and the average value reached 84.6.
(12)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat,
rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Datar Dengan
Menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SDN
Banjarnegoro III Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012’’ sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun tujuan penulisan skripsi adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma.
Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
2. Gregorius Ari nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A., selaku Ketua Program Studi PGSD
3. Drs. Y.B Adimassana, M.A selaku coordinator program PPKHD- Program Studi PGSD
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si dan Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing skripsi, yang
dengan sabar membimbing dan memberikan banyak saran bagi penulis selama
penyusunan skripsi.
5. Para Staf secretariat PGSD yang senantiasa memberikan bantuan dalam mengurus
keperluan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan layanan kepada penulis
dalam mendapat berbagai sumber referensi skripsi ini.
7. Umi Muhtatimah, S.Pd selaku kepala SD Negeri Banjarnegoro III yang telah memberikan
(13)
8. Indarti, A.Ma.Pd selaku guru SD Negeri Banjarnegoro III yang telah bersedia menjadi
kolabolator dalam penelitian ini.
9. Siswa – siswi kelas V SD Negeri Banjarnegoro III terima kasih atas kerjasamanya.
10.Seluruh pihak yang (mungkin) belum saya sebutkan, terimakasih atas bantuannya selama
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai penyempurnaan
skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 22 November 2012
Penyusun
Kartini, A.Ma.Pd
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Pemecahan Masalah ... 3
(15)
F. Tujuan Penelitian ... 5
G. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Prestasi belajar ... 6
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 7
C. Pembelajaran Matematika ... 10
1. Hakikat Matematika ... 10
2. Pembelajaran Matematika di SD ... 11
3. Bangun Datar dan Sifat- sifatnya ... 15
D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 24
E. Penerapan STAD dalam Pembelajaran Matematika ... 32
F. Penelitian yang Relevan ... 34
G. Kerangka Berpikir ... 35
H. Hipotesis Tindakan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Jenis Penelitian... 37
B. Setting Penelitian ... 38
C. Waktu Penelitian ……….. 39
D. Rencana Tindakan ……… 40
E. Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, dan Analisis Data ………… 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 51
(16)
B. Pembahasan ………. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 67
A. Kesimpulan ……….. 67
B. Saran………. 67
DAFTAR PUSTAKA ……….. 68
(17)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Unsur – unsur Dalam Segitiga ... 16
Tabel 2.2 Fase- fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 30
Tabel 2.3 Perhitungan Skor Perkembangan ... 31
Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan kelompok ... 31
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 39
Tabel 3.2 Kisi- kisi Instrumen Soal Siklus I ... 46
Tabel 3.3 Kisi- kisi Instrumen Soal Siklus II ... 47
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 48
Tabel 3.5 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 49
Tabel 3.6 Kriteria Keberhasilan ... 49
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Prasiklus ... 51
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siklus I ……….. ... 57
Tabel 4.3 Data Hasil Analisis Data Siklus I ... 58
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siklus II ... 63
Tabel 4.5 Data Hasil Analisis Data Siklus II ... 64
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ... 70
Lampiran 2 Kisi – kisi Instrumen Soal Siklus I ……….. ... 72
Lampiran 3 Kisi – kisi Instrumen Soal Siklus II ………. ... 73
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… ... 74
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………... 88
Lampiran 6 Ketuntasan Siklus I SDN Banjarnegoro III ……….. ... 99
Lampiran 7 Ketuntasan Siklus II SDN Banjarnegoro III ………. ... 100
Lampiran 8 Surat Permohonan Ijin Penelitian ………... 101
Lampiran 9 Surat Keterangan Kepada Sekolah ………. 102
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar
kompetensi matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan
daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi
di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Tujuan mata pelajaran matematika dalam standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah adalah diharapkan membantu peserta didik memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah. Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan
pendidikan SD/MI meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan
data (KTSP, 2008: 134). Dalam penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada
permasalahan sifat – sifat bangun ruang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Toni di SDN 3 Keden bahwa
rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru dalam menerangkan materi matematika
kurang jelas dan kurang menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat
dalam menerangkan materi pelajaran. Di samping itu, penggunaan metode pengajaran
yang salah, sehingga siswa dalam memahami dan menguasai materi masih kurang dan
(20)
nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah. (http://etd.eprints.ums.ac.id/3259/2/A4
10020040.pdf, diunduh 21 april 2012: 16.00 ).
Dari temuan penelitian di atas senada dengan permasalahan yang terjadi di SDN
Banjarnegoro III. Pembelajaran Matematika pada aspek bangun datar belum optimal,
karena cara mengajar guru menggunakan metode ceramah yang hanya memusatkan
kegiatan pada guru, kurang memanfaatkan media dan belum menggunakan pembelajaran
yang bervariasi sehingga mengakibatkan minat belajar siswa rendah.
Hasil evaluasi siswa SDN Banjarnegoro III tahun 2010/2011 pada mata pelajaran
matematika siswa kelas V menunjukkan bahwa masih banyak di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Data prestasi belajar
ditunjukkan dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80 dengan rerata kelas 57,3. Pada
data awal terdapat 20 siswa dari 30 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Dengan
melihat data hasil belajar mata pelajaran tersebut maka perlu sekali proses pembelajaran
untuk ditingkatkan kualitasnya, agar siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
berkaitan dengan sifat-sifat bangun datar sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika di SDN Banjarnegoro III.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, yang dapat mendorong keterlibatan
siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kreatifitas guru. Maka peneliti
menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari
(21)
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Adapun salah satu model pembelajaran yang digunakan peneliti yaitu
dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Division). Model kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana.
Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan mengajukan
penelitian tindakan kelas dengan judul peningkatan prestasi belajar matematika melalui
model kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Division) pada siswa kelas V SDN Banjarnegoro III.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti akan membahas tentang soal
bangun datar menggunakan pembelajara kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN
Banjarnegoro III.
C. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Banjarnegoro III dalam
hal soal bangun datar.
D. Pemecahan Masalah
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
(22)
E. Batasan pengertian
1. Prestasi belajar
Prestasi belajar adaalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan dengan nilai atau angka
yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yangdiperoleh oleh siswa pada
mata pelajaran matematika dalam bentuk berupa angka yang diberikan oleh guru
kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
2. Soal objektif
Soal objektif merupakan salah satu materi dari mata pelajaran matematika berupa
soal pilihan ganda dari suatu pokok bahasan yang disajikan dengan item-item yang
dijawab dengan jalan memilih salah satu alternative jawaban tersedia atau mengisi
jawaban yang benar.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ( student teams achievment division)
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang paling sedehana. Dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu kelas dipecah menjadi
kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri
laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,memiliki kemampuan akademik
yang beragam sehingga akan saling membantu satu sama lain dalam menuntaskan
materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok.
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model
pembelajaran kooperatiftipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
(23)
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
peneliti dalam menggunakan model kooperatif tipe STAD khususnya mata pelajaran
matematika
2. Manfaat praktis
a. Siswa
Dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD siswa akan
mendapatkan pengalaman baru atau pembelajaran yang lebih bervariasi daripada
pembelajaran sebelumnya sehingga pengalaman baru ini semakin mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran.
b. Guru
Merupakan pengalaman baru yang dapat dijadikan pedoman atas
pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru dapat berbenah diri untuk lebih
mengefektifkan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain dan memotivasi guru
untuk berpikir inovatif.
c. Lembaga / sekolah
Memberi masukan atau sumbangan pikiran kepada sekolah untuk proses
perbaikan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan mutu
pendidikan dapat meningkat.
d. Bagi prodi
Memberikan informasi tentang penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan prestasi siswa dalam pemecahan
(24)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi belajar
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah
mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga
diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang
menghasilkan pengetahuan atau nilai–nilai kecakapan. Sunartana (1992) mengatakan
bahwa prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi.
Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah
yang lebih umum yaitu kemampuan (ability) (http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/
prestasi-belajar/).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil pengertian umum tentang prestasi
belajar, yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah
yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi
pelajaran. Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan belajar
siswa dalam mempelajari setiap mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk
skor.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) faktor intern
yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, meliputi kecerdasan, bakat,
minat, dan motivasi; 2) faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar siswa meliputi
(25)
Menurut pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar dan tes belajar. Prestasi
belajar tersebut dapat dinilai baik apabila dalam proses belajar siswa melakukan kegiatan
belajar tersebut dengan baik.
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar dapat menjadi baik dan kurang baik. menurut Natawidjaya (1999)
dalam Florianus Wisnu (2007: 6) ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak tersebut. Faktor
internal meliputi:
1. Aspek fisiologis
Aspek fisiologis merupakan aspek dalam diri seseorang yang berhubungan dengan
keadaan fisiknya. Aspek ini bersifat jasmaniah. Aspek fisiologis yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak adalah:
a. Fungsi panca indera
Dengan panca indera yang berfungsi dengan baik, maka dalam mencapai prestasi
belajar yang diharapkan dapat berjalan dengan lancar. Dan sebaliknya, jika terdapat
panca idera yang berfungsi kurang baik, maka dalam mencapai prestasi belajar akan
terjadi kendala.
b. Kesehatan
Kesehatan anak akan berpengaruh dalam kegiatan belajar untuk mencapai prestasi
yang diinginkan. Jika anak sering sakit-sakitan, secara otomatis anak tersebut tidak
dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik. dengan demikian, prestasi yang
(26)
c. Kondisi tubuh
Kondisi tubuh yang normal akan lebih mudah mencapai prestasi belajar yang
diharapkan. Dan sebaliknya, jika terdapat organ tubuh yang kurang normal atau
sakit, maka dapat menggangu kegiatan belajar anak sehingga hasil belajar tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis merupakan aspek yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang.
Aspek ini bersifat rohaniah. Aspek psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar anak antara lain
a. Kondisi mental
Kondisi ini dapat berupa kemampuan mental dan taraf kecerdasan anak. Anak yang
memiliki taraf kecerdasan yang tinggi dan mental yang sehat, lebih mudah
mencapai hasil yang diharapkan. Kegiatan belajar yang dilakukan anak akan
berjalan dengan lancar. Dan sebaliknya, jika mental anak terganggu dan taraf
kecerdasan relative rendah, maka dalam mencapai hasil belajar kurag sesuai dengan
yang diharapkan.
b. Emosi anak
Emosi anak dapat berupa cara penyesuaian dirinya, kematangan emosi perasaan dan
sikap terhadap teman sekelas, dan sebagainya
c. Kebiasaan dan sikap terhadap pelajaran
Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang baik, anak harus memiliki kebiasaan
dan sikap yang antusias terhadap pelajaran. Jika anak kurang perhatian dan kurang
berminat terhadap pelajaran, maka akan menyebabkan kegiatan belajar menjadi
(27)
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri anak. Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak dapat berasal dari:
a. Sekolah
Sekolah adalah tempat anak melakukan kegiatan belajar. Dari lingkungan
sekolah ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajaranak
antara lain:
1) Sifat kurikulum
2) Interaksi guru dengan murid
3) Media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
b. Keluarga
Keluarga adalah tempat pendidikan utama dari anak. Faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar di keluarga antara lain:
1) Cara yang digunakan orang tua untuk mendidik anak-anaknya
2) Suasana atau keharmonisan keluarga
3) Perhatian orang tu terhadap pendidikan anak-anaknya
4) Keadaan social ekonomi keluarga
Dari penjelasan di atas, anak dipengaruhi beberapa faktor dalam mencapai
prestasi belajar. Dalam keluarga, orang tua memegang peranan penting dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan anak dari masih dalam kandungan sampai
anak tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Sebelum sekolah, anak melakukan
pendidikan yang pertama di lingkungan keluarga. Keluarga terutama orang tua
mendidik anak-anaknya dengan membina dan mengarahkan sesuai dengan minat
(28)
Pendidikan dari orang tua berpengaruh besar terhadap anak di kemudian
harinya. Bila pendidikan yang diterima anak dalam keluarga tidak memberikan
kesempatan anak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dalam dirinya,
Maka hal tersebut akan mempengaruhi kehidupan dan tingkah laku anak di
kemudian hari. Jika anak memperoleh kesempatan untuk megembangkan
potensinya, maka anak memiliki modal bagi kehidupan dan perkembangannya kelak
di kemudian harinya.
Jadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan faktor
external, faktor internal antara lain fungsi panca indera, kesehatan dan kondisi tubuh
tubuh harus stabil. Selain itu faktor external juga mempengaruhi diantaranya adalah
sekolah, krluarga yang kondusif. Jadi antara faktor internal dan external harus
seimbang.
C. Pembelajaran matematika
1. Hakikat Matematika
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2008 : 1), matematika adalah bahasa
simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang
pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke
dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi yaitu memiliki objek tujuan
abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang dedukatif.
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa
perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori
siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk
(29)
pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini
akan mudah dilupakan siswa.
2. Pembelajaran Matematika di SD
Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi
reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah penemuan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan
tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui
sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang
baru.
Bruner dalam Heruman (2008: 4), metode penemuannya mengungkapkan
bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang diperlukannya. ‘Menemukan’ di sini terutama adalah ‘menemukan
lagi’ (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak
diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih
banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.
Menurut Hudoyo dalam Aisyah (2007: 1) matematika berkenaan dengan ide
(gagasan–gagasan), aturan–aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis
sehingga matematika berkaitan dengan konsep–konsep abstrak. Pada pembelajaran
matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya
dengan konsep yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan “Pembelajaran spiral”,
sebagai konsekuensi dalil Burner. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan
(30)
karena itu, siswa harus lebih, banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan
tersebut.
Siswa harus dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur
berpikirnya yang berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang ia hadapi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparno dalam Heruman (2008: 5) tentang belajar
bermakna, yaitu “…kegiatan siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu
pada pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya”. Akan tetapi, siswa
dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru tersebut, tanpa
menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Hal
ini terjadi belajar hafalan.
Kaitan antara matematika di sekolah dengan penelitian ini yaitu matematika
merupakan pengetahuan dasar sebagai bekal belajar siswa di sekolah dan berguna
dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari khususnya dalam materi bangun datar
dan sifat-sifatnya. Selain itu, matematika juga sebagai bekal siswa untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan selanjutnya sehingga matematika merupakan mata pelajaran
yang pokok untuk diajarkan di sekolah khususnya sekolah dasar.
Ruseffendi dalam Heruman (2008: 5) membedakan antara belajar menghafal
dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa dapat belajar dengan
menghafalkan apa yang sudah diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna adalah
belajar memahami apa yang sudah diperoleh, dan dikaitkan dengan keadaan lain
sehingga apa yang ia pelajari akan lebih dimengerti. Adapun Suparno menyatakan
bahwa belajar bermakna terjadi apabila siswa mencoba menghubungkan fenomena
baru ke dalam struktur pengetahuan mereka dalam setiap penyelesaian masalah.
(31)
terjadi pula belajar secara “konstruktivisme” Piaget. Dalam konstruktivisme,
konstruksi pengetahuan dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang kondusif.
Konsep matematika yang diberikan pada siswa sekolah dasar (SD) sangatlah
sederhana dan mudah, tetapi sebenarnya materi matematika SD memuat
konsep-konsep yang mendasar dan penting serta tidak boleh dipandang gampang. Diperlukan
kecermatan dalam menyajikan konsep-konsep tersebut, agar siswa mampu
memahaminya secara benar, sebab kesan dan pandangan yang diterima siswa
terhadap suatu konsep di sekolah dasar dapat terus terbawa pada masa-masa
selanjutnya. Misalnya, jika sejak semula dalam suatu gambar segitiga guru selalu
menunjuk bahwa alas suatu segitiga adalah sisi yang berada di bagian bawah dan
tinggi selalu ditunjukkan oleh segmen garis vertikal yang tegak lurus terhadap sisi
alas dan berujung di titk sudut diatas sisi tersebut, maka untuk selanjutnya siswa akan
terus melakukan hal serupa. Contoh tersebut menunjukkan bahwa konsep-konsep
matematika harus diberikan secara benar sejak awal siswa mengenal suatu konsep,
sebab kesan yang pertama kali ditangkap oleh siswa akan terus terekam dan menjadi
pandangannya di masa-masa selanjutnya (Prihandoko 2006: 1).
Siswa sekolah dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12
atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir
untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek
yang bersifat konkret.
Berdasarkan usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan
(32)
matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat
peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih
cepat dipahami dan dimengerti siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat
melalui tahapan konkret, semi konkret, dan selanjutnya abstrak.
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman
konsep, dan pembinaan ketrampilan. Memang, tujuan akhir pembelajaran
matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi untuk menuju tahap
keterampilan tersebut harus memulai langkah-langkah benar yang sesuai dengan
kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang
ditekankan pada konsep-konsep matematika.
Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu
konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.
Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata
“mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus
dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru
matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau
alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu pola pikir siswa.
Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep,
yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman
konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran
penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran
(33)
lanjutan dari pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep
dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas
sebelumnya.
Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan
agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti
halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep
dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan
dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari
penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan
pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di
semester atau kelas sebelumnya.
3. Bangun Datar dan Sifat-sifatnya
Pada penelitian kali ini, peneliti akan mengambil materi bangun datar
berdasarkan macam dan sifat-sifat yang dimilikinya, yaitu:
1. Segitiga
Gambar 1
Segitiga merupakan bangun geometri yang dibentuk oleh 3 buah garis
saling bertemu dan membentuk 3 buah titik sudut. Segitiga dapat dibentuk dari 3
(34)
dibentuk dari tiga sisi yang panjangnya berbeda dengan syarat panjang salah satu
sisinya tidak boleh lebih besar dibanding jumlah panjang dua sisi yang lainnya.
Contoh apabila ada sisi-sisi yang masing-masing panjangnya 4 cm, 6 cm, dan 20
cm sisi-sisi tersebut apabila disusun tidak akan terbentuk sebuah segitiga karena
karena salah satu panjang sisinya lebih besar dibanding jumlah panjang dua sisi
yang lainnya. Sudut terbesar suatu segitiga terbentuk di antara dua sisinya yang
panjangnya terkecil di antara ketiga sisinya atau sudut yang terletak di depan sisi
terpanjang dalam segitiga. Jumlah sudut pada segitiga besarnya 180°. Segitiga
terdiri dari enam unsur yaitu tiga sudut dan tiga sisi. Suatu segitiga dapat dilukis
jika tiga dari lima unsurnya sudah diketahui, sebagai berikut.
Tabel 2.1
Unsur-unsur dalam segitiga
Ketiga buah sisi (s.s.s)
Dua buah sisi dan sudut apitnya (s.sd.s)
Sebuah sisi dan kedua sudut yang terletak pada sisi tersebut (sd.s.sd)
Dua buah sisi dan sebuah sudut yang salah satu kakinya adalah salah satu sisi tadi (bukan sudut apit) (s.s.sd)
Sebuah sisi, sebuah sudut pada sisi itu dan sebuah sudut di hadapan sisi yang diketahui (s.sd.sd)
(35)
a) Bentuk-bentuk segitiga
1) Segitiga Siku-Siku
Segitiga siku-siku dapat dibentuk dari sebuah persegi panjang dengan
menarik salah satu garis diagonalnya.
Perhatikan gambar berikut:
Gambar 2
Bidang ABCD adalah persegi panjang. Dengan menarik diagonal AC,
akan terbentuk dua segitiga siku-siku yang sama dan sebangun (konruen)
yaitu ABC dan ADC.
Segitiga siku-siku mempunyai dua sisi siku-siku yang mengapit sudut
siku-siku dan satu sisi miring (hypotenusa).
Gambar 3
ABC mempunyai ciri-ciri:
(a) mempunyai 2 sisi yang saling tegak lurus.
(b) mempunyai 1 sisi miring.
(36)
(d) tidak mempunyai simetri lipat dan putar.
AB dan BC sebagai sisi siku-siku, AC sebagai hypotenusa dan sudut
ABC atau sudut A adalah sudut siku-siku (= 90°). Dalam sebuah segitiga
siku-siku, hypotenusa selalu terletak di depan sudut siku-siku.
2) Segitiga Sama Kaki
Dua buah segitiga siku-siku yang kongruen dapat membentuk sebuah
segitiga sama kaki dengan mengimpitkan salah satu sisi siku-siku yang sama
panjang dari kedua segitiga tersebut.
Perhatikan gambar berikut:
Gambar 4
ABD dan DBC adalah dua segitiga siku-siku yang kongruen. Sisi
BD adalah sisi siku-siku yang sama panjang dari kedua segitiga tersebut.
Jadi ACD adalah segitiga sama kaki dengan sisi AD=DC.
Di dalam segitiga sama kaki terdapat :
(a) Dua sisi yang sama panjang, sisi tersebut sering disebut kaki segitiga. (b) Dua sudut yang sama besar yaitu sudut yang berhadapan dengan sisi
yang panjangnya sama.
(37)
Segitiga sama kaki merupakan bangun simetri lipat dan dapat
menempati bingkainya dalam dua cara.
Gambar 5
Dari gambar di atas terlihat bahwa :
1. CD sebagai sumbu simetri
2. A pindah ke B; B pindah ke A dan C tetap.
3. AC pindah ke BC, maka AC=BC.
4. CAB pindah ke ABC maka CAB = ABC
3) Segitiga Sama Sisi
Tiga buah garis lurus yang sama panjang dapt membentuk sebuah
segitiga sama sisi dengan cara mempertemukan setiap ujung garis satu sama
lainnya.
(38)
Gambar (i) di atas menunjukkan gambar tiga garis lurus yang sama
panjang, yaitu AB= BC=CA. Apabila ujung-ujung ketiga garis tersebut saling
dipertemukan, A dengan A, B dengan B, dan C dengan C, maka akan
terbentuk segitiga sama sisi ABC seperti terlihat pada gambar (ii) di atas.
Di dalam segitiga sama sisi terdapat :
(a) Tiga sisi yang sama panjang.
(b) Tiga sudut yang sama besar.
(c) Tiga sumbu simetri.
2. Persegi
Persegi adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah
rusuk yang sama panjang dan memiliki empat buah sudut yang kesemuanya
adalah sudut siku-siku.
Gambar 7
3. Persegi Panjang
Persegipanjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku atau
jajargenjang yang salah satu sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegipanjang ABCD
AD// BC dan AB//DC
(39)
Gambar 8 AC= BD; AS= SC dan BS= SD
4. Trapesium
Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat
buah rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun tidak sama panjang.
Trapesium adalah bangun 2 dimensi berbentuk segiempat yang
mempunyai sepasang sisi yang sejajar. Ada 3 jenis trapesium, yaitu:
a) Trapesium sama kaki
Gambar 9
Trapesium sama kaki adalah trapesium yang memiliki pasangan sisi yang
sama.
b) Trapesium siku-siku
Gambar 10
Trapesium siku-siku adalah trapesium yang memiliki sudut siku-siku.
c) Trapesium sembarang
(40)
Ciri-ciri trapesium:
(a) Memiliki tepat sepasang sudut siku-siku.
(b) Sudut alas dan atas sama besar.
(c) Diagonalnya sama panjang.
(d) Tepat sepasang sisi sama panjang.
(e) Jumlah sudut yang berdekatan adalah 180 derajat.
(f) Jumlah semua sudut adalah 360 derajat. 5. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang sejajar,
atau segiempat yang memiliki tepat dua pasang sisi yang sejajar.
Sifat-sifat jajargenjang
AD// BC ; DAB= BCD
AP= PC ; AD= BC
AB// DC ; ABC= ADC
Gambar 12 BP= PD ; AB= DC
6. Belah Ketupat
Belahketupat adalah segiempat yang keempat sisi-sisinya sama panjang,
atau belahketupat adalah jajargenjang yang dua sisinya yang berdekatan sama
panjang, atau belahketupat adalah layang-layang yang keempat sisi-sisinya sama
(41)
Sifat-sifat belahketupat ABCD AB= BC= CD= DA
BAD= BCD ABC= ADC BS=SD ; AS= SC AB// DC ; AD// BC
Gambar 13
7. Layang-layang
Layang-layang adalah segiempat yang dua sisinya yang berdekatan sama
panjang, sedangkan kedua sisi yang lain juga sama panjang.
Sifat-sifat layang-layang ABCD
AB= BC ; AD= DC
Sudut-sudut yang berhadapan sama
ACB= CAB
BAD= BCD
Gambar 14 ACD= CAD
8. Lingkaran
Lingkaran adalah bangun datar yang jarak semua titik pada lingkaran dengan titik pusat (P) sama panjang.
Gambar 15
P : titik pusat lingkaran.
BA : garis tengah lingkaran (diameter, d). PA = PB : radius (r) atau jari-jari.
(42)
D. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di
mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010: 4). Dalam sebuah kelas
kooperatif diharapkan semua siswa saling membantu, saling berdiskusi dan berpendapat
untuk mengasah pengetahuan yang mereka miliki. Cara belajar kooperatif sering
menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual dan
dorongan yang individual. Jika hal ini diatur dengan baik siswa dalam kelompok
kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa setiap orang dalam
kelompok telah menguasai konsep yang dipikirkan.
Pembelajaran kooperatif memang meningkatkan kontak di antara para siswa,
memberikan mereka dasar untuk saling berbagi kesamaan dengan anggota kelompoknya
(Slavin, 2010: 134). Maka dalam pembelajaran kooperatif siswa dilibatkan dalam
kegiatan bersama yang menyenangkan dan membuat mereka bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Dengan realitas seperti itu, jelas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa semuanya ini dapat meningkatkan pengaruh positif di antara para
siswa.
Penggunaan pembelajaran kooperatif antara lain dapat meningkatkan pencapaian
prestasi para siswa dan juga memiliki dampak positif yang dapat mengembangkan
hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dan dalam
akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Slavin, 2010: 4-5).
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
(43)
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Dan setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. (Joyce dalam Trianto, 2007:5).
Dan salah satu model pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial utama dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif
(Trianto, 2007: 41). Berdasarkan asumsi tersebut, dalam kelas kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan, jenis kelamin dan satu sama lain saling membantu. Tujuannya
memberikan kesempatan kepada semua siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses
berfikir dan kegiatan belajar. Selama belajar dengan kelompok tugas siswa yaitu
menuntaskan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompoknya
untuk menyelesaikan ketuntasan belajar.
Lungren (dalam Trianto, 2007:46) menyusun keterampilan-keterampilan
kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan ketrampilan yaitu :
1. Ketrampilan kooperatif tingkat awal , yaitu :
a. Berada dalam tugas yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya
b. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas
(44)
c. Mendorong adanya partisipasi yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk
memberikan kontribusi
d. Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat / persepsi
2. Ketrampilan kooperatif tingkat menengah, yaitu :
a. Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan peran fisik dan verbal agar
pembicara mengetahui bahwa informasi diserap secara energik
b. Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut
c. Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda
d. Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban
tersebut benar
3. Ketrampilan kooperatif tingkat mahir
Ketrampilan kooperatif tingkat mahir ini antara lain mengolaborasi, yaitu
memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat
dengan topik tertentu.
Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah model pembelajaran yang membantu guru mencapai sasaran belajar
yang mengutamakan kerjasama antar siswa.Siswa dilibatkan dalam kegiatan bersama
yang menyenangkan dan membuat mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut Trianto (2007: 52) Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
(45)
secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.
Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(Trianto, 2007: 54) meliputi: a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, b)
Menyampaikan atau menyajikan informasi, c) Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar, d) Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar, e)
Evaluasi dan f) Memberikan penghargaan.
Sedangkan menurut Slavin (2010: 143) STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik
untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
Selanjutnya Slavin (2010: 143) menuliskan bahwa STAD terdiri dari lima komponen
utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu, rekognisi tim.
Masing-masing komponen akan dijabarkan secara singkat sebagai berikut :
1. Presentasi kelas
Materi pelajaran dalam STAD disampaikan dalam presentasi kelas. Biasanya
guru menggunakan pengajaran langsung atau ceramah. Presentasi kelas dapat juga
memakai audiovisual.
2. Tim
Sebuah tim terdiri dari empat atau lima siswa, dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan, jenis kelamin dan ras. Tim dibentuk agar anggota tim
terlibat aktif dalam kegiatan belajar dan dapat menjawab kuis (tes) dengan benar.
Yang termasuk dalam belajar tim adalah mendiskusikan masalah, membandingkan
(46)
3. Kuis
Siswa diberikan kuis (tes) individual pada saat setelah presentasi kelas dan
kerja tim. Siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu pada saat kuis (tes)
berlangsung.
4. Skor kemajuan individu
Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa
tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis
mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
5. Rekognisi tim
Tim mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor
rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Trianto, 2007: 52-56) ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
a. Perangkat pembelajaran
Meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
b. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya.
c. Membentuk kelompok kooperatif
Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras,
(47)
ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademik, yaitu :
1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata
pelajaran matematika. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai
kemampuan matematikanya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke
dalam kelompok.
2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok
menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh
siswa yang diambil dari siswa rangking satu, kelompok tengah 50% dari
seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan
kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa
setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur dengan baik,
hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif.
Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk maka mengakibatkan kekacauan
yang menyebabkan gagalnya pembelajaran.
e. Kerja kelompok
Terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan
untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
Langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada
langkah langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase
(48)
Tabel 2.2
Fase – fase Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Fase Kegiatan guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siwa
Menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
(Sumber: Ibrahim, dkk dalam Trianto, 2007:54)
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan
(49)
1. Menghitung skor awal
Menurut Slavin (dalam Ibrahim,dkk 2000) untuk memberikan skor perkembangan
individu dihitung seperti tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.3
Perhitungan Skor Perkembangan
Skor kuis Skor
perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin
10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal) 30 poin
2. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh
anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata
skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum
pada tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.4
Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata – rata tim Predikat
0 x 5 5 x 15 15 x 25 25 x 30
- Tim baik Tim hebat Tim super ( Sumber : Ratumanan dalam Trianto, 2007: 56)
(50)
3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing – masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan
hadiah / penghargaan kepada masing – masing kelompok sesuai dengan predikatnya.
Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah tiap anggota 4 – 5 orang siswa secara
heterogen yang menekankan pada aktifitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komponen yang diuraikan oleh
Trianto bahwa STAD mencakup berbagai komponen yaitu presentasi kelas, tim, kuis,
skor kemajuan individu, dan rekognisi tim. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.
E. Penerapan STAD dalam pembelajaran matematika
Penerapan cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran matematika tepat diterapkan, dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari siswa
secaraheterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran matematika dengan
cooperative learning tipe STAD. Seperti halnya pelajaran lainnya, cooperative learning
tipe STAD ini jugamembutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan, diantaranya: a) Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran mata
pelajaran matematika perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, lembar kegiatan siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya. b) Menentukan anggota kelompok diusahakan agar siswa
dalam kelompok adalah heterogen dan antar satu kelompok kooperatif perlu
(51)
terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademis, yaitu siswa dalammata pelajaran matematika terlebih
dahulu dirangking sesuai kepandaian. c) Menentukan skor awal yang dapat digunakan
dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah
setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebihlanjut dan setelah diadakan tes, maka
hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skorawal.d) Pengaturan tempat duduk
dalam kelas kooperatif perlu juga di atur dengan baik, hal inidilakukan untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat
menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas dalam
kelompok.
Setelah persiapan dilakukan, guru melakukan kegiatan belajar mengajar yang terdiri
dari langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi.
2. Guru menjelaskan materi.
3. Siswa melakukan kegiatan kelompok yang meliputi:
a. Guru membagi siswa secara heterogen, jumlah kelompoknya yaitu sebanyak 6
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.
b. Guru kemudian memberikan lembar kerja yang harus didiskusikan oleh
masing-masing kelompok.
c. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.
4. Siswa mengerjakan kuis. Kuis itu sendiri berbentuk potongan kertas yang berisi
soal-soal yang dimasukkan ke dalam amplop. Kemudian siswa membagi potongan kertas
tersebut kepada teman kelompoknya untuk dikerjakan.
(52)
F. Penelitian yang relevan
Beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini diantaranya sebagai berikut.
Penelitian yang dilakukan oleh Budhiyati pada tahun 2009 ditemukan bahwa
penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika sudah baik,
dimulai dari membentuk kelompok, presentasi kelas, belajar tim, kuis individual, dan
rekognisi tim (skor kemajuan individual siswa dan penghargaan tim). Hasil aktivitas siswa
menunjukkan bahwa siklus I rerata persentase aktivitas siswa sebesar 64,25% dan pada
siklus II sebesar 80,7%. Selain itu, hasil belajar matematika siswa pada siklus I diperoleh
nilai rata-rata siswa sebesar 64,37 dengan ketuntasan 62,5% yang masuk dalam kategori
cukup dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 85,38 dengan nilai
ketuntasan belajar 87,5% yang masuk dalam kriteria sangat baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Prayogo pada tahun 2008 diperoleh hasil skor
angket motivasi kondisi awal rata-rata 50,1, pada akhir siklus I 63,8, pada akhir siklus II
72,17, dan pada akhir siklus III 87,54. Sedangkan tes hasil belajar diperoleh hasil di atas
nilai ketuntasan minimal 75.Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas
pembelajaran matematika kelas 5 yang meliputi peningkatan motivasi dan prestasi belajar.
Peningkatan motivasi tercermin dari keaktifan dan partisipasi siswa selama proses
pembelajaran, sedangkan peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh meningkatnya
hasil belajar siswa dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada tiap
siklusnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Rumain pada tahun 2009 untuk meningkatkan
aktifitas dan hasil belajar siswa secara optimal dalam penguasaan konsep penjumlahan
bilangan cacah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(53)
Presentasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas III SDN Pukul
Pasuruan sebelum penelitian tindakan yaitu sebesar 56,2%, (b) Presentasi rata-rata hasil
belajar siswa pada siklus pertama yaitu 68,6%, (c) Presentasi rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus kedua sebesar 79,7% dari skor ideal 100. Semangat, aktifitas, dan
tanggungjawab siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sangat tinggi (skor
tertinggi 90 pada siklus I meningkat menjadi 95 pada siklus II). Hasil skor aktivitas guru
dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I sebesar 73% meningkat menjadi 91% pada
siklus II. Dari hasil penilitian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
G. Kerangka berpikir
Skema kerangka berpikir
Kondisi awal
Pelaksanaan
Kondisi akhir • Keterampilan guru meningkat
• Aktivitas siswa meningkat • Prestasi siswa meningkat
• Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi siswa
• Guru menyajikan / menyampaikan informasi kepada
siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
• Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
• Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka
• Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah diajarkan atau masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
• Guru memberikan penghargaan untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
• Guru kurang melakukan pendekatan pada siswa yang
mengalami kesulitan memahami materi
• Siswa kurang aktif
(54)
Dari hasil balajar siswa kelas V SDN Banjarnegoro III dalam pelajaran
matematika ditemukan adanya masalah dalam pembelajaran yaitu kurangnya prestasi
belajar matematika. Dengan penggunaan model kooperatif tipe STAD diharapkan siswa
mempunyai pengalaman berinteraksi dengan teman untuk saling memotivasi, saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
H. Hipotesis tindakan
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Division) dalam pembelajaran matematika maka prestasi belajar matematika marei bangun datar siswa kelas V SDN Banjarnegoro III dapat meningkat.
(55)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto, dkk
(2009: 58), penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Menurut
Arikunto, dkk, (2009: 74), dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat kegiatan utama
yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Siklus I
Siklus II
Bagan penelitian tindakan kelas (Arikunto, dkk, 2009: 74).
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan
antara lain pertama perencanaan merupakan tindakan awal setiap siklus. Dalam tahap Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Refleksi I Pengamatan atau
pengumpulan data I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan atau pengumpulan data II Refleksi II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya Permasalahan Permasalahan baru hasil refleksi Apabila permasalahan belum terselesaikan
(56)
perencanaan ini meliputi menelaah materi pembelajaran matematika serta menelaah
indikator, menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario
pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD, menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran, menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis, dan lembar kerja siswa,
menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa.
Kedua pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yang telah ditetapkan yaitu mengenai tindakan kelas (Arikunto, 2006:99). Dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus I materi bangun datar
(segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium) dan siklus II materi bangun datar
(jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, lingkaran) dalam kompetensi dasar
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Ketiga observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektifitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai
sasaran (Saminanto, 2010: 12). Keempat refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru (Supardi, 2008: 133).
B. Setting penelitian
1. Tempat penelitian
SDN Banjarnegoro III Mertoyudan Magelang
2. Subjek penelitian
Siswa kelas V SDN Banjarnegoro III tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 30 siswa
terdiri dari 15 siswa laki–laki dan 15 siswa perempuan.
(57)
Penelitian ini memiliki sasaran/objek yang akan diteliti yaitu kemampuan
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD siswa kelas V SDN Banjarnegoro III semester II tahun pelajaran 2011/2012
C. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada kelas V SDN Banjarnegoro III tahun ajaran
2011/2012.
Adapun matrik pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Jadwal pelaksanaan penelitian
No Kegiatan 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Penyusunan kerangka Presentasi kerangka Menyusun proposal Revisi proposal
Bimbingan dengan dosen 2 Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat Melaksanakan tindakan I Melaksanakan tindakan II 3 Penyusunan laporan
Menyusun konsep laporan Perbaikan laporan/ bimbingan Penyusunan dalam bentuk artikel
(58)
D. Rencana tindakan
Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil dua siklus dengan rencana sebagai
berikut:
1. Persiapan
a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri Banjarnegoro III
b. Melakukan observasi pada proses pembelajaran dikelas V SDN Banjarnegoro III
c. Menyusun silabus dengan standar kompetensi “memahami sifat- sifat bangun dan
hubungan antar bangun” dan kompetensi dasar “mengidentifikasi sifat-sifat
bangun datar”
d. Pembatasan materi yang akan diujikan yaitu memilih pokok bahasan
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
e. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Tindakan (RPP) siklus I pokok bahasan
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang,
trapesium)
f. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Tindakan (RPP) siklus II pokok bahasan
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (jajargenjang, belahketupat,
laying-layang, dan lingkaran)
g. Merancang pembentukan kelompok yang dibagi secara heterogen, setiap
kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
h. Membuat rubrik penilaian dan pedoman pnskoran untuk kerja kelompok dan
evaluasi
Penelitian ini menggunakan model kooperatif tipe STAD yang terdiri dari 2 siklus
dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan yaitu perencanaan,
(59)
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Peneliti bersama dengan guru kelas menentukkan materi pokok yang akan
diajarkan. Sumber belajar dari buku paket sekolah
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan materi yang telah
ditetapkan.
3) Refleksi
a) Melakukan evaluasi dari hasil pengamatan tindakan I
b) Memperbaiki pelaksanaan tindakan I sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus II
4) Menyiapkan nilai dasar yaitu nilai matematika siswa pada pre test yang telah
dilakukan sebelum tindakan siklus pertama dilaksanakan
5) Membuat kelompok – kelompok kecil dengan anggota 4-5 orang yang dibagi
secara heterogen
6) Membuat lembar kegiatan siswa yang akan dikerjakan siswa saat siswa belajar
dan bekerja sama dalam kelompok
7) Membuat soal evaluasi untuk dikerjakan secar individual oleh siswa
8) Menyiapkan lembar pengamatan/observasi
9) Menyiapkan daftar nilai
b. Pelaksanaan tindakan
1) Pendahuluan (25 menit)
a) Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
(60)
c) Siswa mendapatkan motivasi dari guru
d) Siswa mendapatkan apersepsi dari guru dengan mengamati berbagai model
bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium).
e) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti (100 menit)
a) Eksplorasi
1) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang cakupan materi yang akan
diajarkan
2) Siswa menanggapi permasalahan yang dikemukakan oleh guru dalam
kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
3) Siswa mendapatkan Lembar Kerja Kelompok dari guru
b) Elaborasi
1) Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi kelompok
2) Pewakilan setiap kelompok membacakan hasil temuannya.
3) Siswa mengerjakan tes yang dikerjakan secara individu
c) Konfirmasi
1) Siswa mendapatkan penghargaan kelompok maupun individu.
2) Siswa membacakan konfirmasi dari hasil kegiatan yang telah dilakukan.
3) Siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang
telah dilakukan.
3) Kegiatan Penutup (15 menit)
a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
(61)
c) Siswa mendapatkan penjelasan tentang kegiatan pada pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi atau lembar pengamatan dan evaluasi yang
telah disusun. Termasuk juga pengmatan yang secara cermat pelaksanaan scenario
pembelajaran dari waktu ke awktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar
siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuatitatif (hasil tes/kuis) dan data
kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa dalam
pembelajaran, kualitas diskusi, dan lain-lain.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan mencermati hasil pengamatan atau observasi dan
mencermati hasil belajar siswa. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan analisis
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus pertama dan untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan yang ada untuk diperbaiki pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Peneliti bersama dengan guru kelas menentukkan materi pokok yang akan
diajarkan. Sumber belajar dari buku paket sekolah
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan materi yang telah
ditetapkan.
3) Menyiapkan nilai dasar yaitu nilai matematika siswa pada pre test yang telah
(62)
4) Membuat kelompok – kelompok kecil dengan anggota 4-5 orang yang dibagi
secara heterogen
5) Membuat lembar kegiatan siswa yang akan dikerjakan siswa saat siswa belajar
dan bekerja sama dalam kelompok
6) Membuat soal evaluasi untuk dikerjakan secar individual oleh siswa
7) Menyiapkan lembar pengamatan/observasi
8) Menyiapkan daftar nilai
b. Pelaksanaan tindakan
1) Pendahuluan (25 menit)
a) Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
b) Doa dan salam
c) Siswa mendapatkian motivasi dari guru
d) Siswa mendapatkan apersepsi dari guru dengan mengamati berbagai model
bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran)
e) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran.
2) Kegaiatan Inti (100 menit)
a) Eksplorasi
1) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang cakupan materi yang akan
diajarkan
2) Siswa menanggapi permasalahan yang dikemukakan oleh guru dalam
kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
3) Siswa mendapatkan Lembar Kerja Kelompok dari guru
b) Elaborasi
(63)
2) Pewakilan setiap kelompok membacakan hasil temuannya.
3) Siswa mengerjakan tes yang dikerjakan secara individu
c) Konfirmasi
a) Siswa mendapatkan penghargaan kelompok maupun individu.
b) Siswa membacakan konfirmasi dari hasil kegiatan yang telah dilakukan.
c) Siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang
telah dilakukan.
3) Kegiatan Penutup (15 menit)
a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Siswa mendapatkan tugas rumah.
c) Siswa mendapatkan penjelasan tentang kegiatan kegiatan pada pertemuan
selanjutnya.
c. Observasi
Peneliti melakukaka pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi atau lembar pengamatan dan evaluasi yang
telah disusun. Termasuk juga pengmatan yang secara cermat pelaksanaan scenario
pembelajaran dari waktu ke awktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar
siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuatitatif (hasil tes/kuis) dan data
kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa dalam
pembelajaran, kualitas diskusi, dan lain-lain.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan mencermati hasil pengamatan atau observasi dan
(64)
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan model kooperatif
tipe STAD pada siklus kedua dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang
ada untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya.
E. Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian dan Analisis Data
1. Pengumpulan data
Pada pra tindakan, teknik pengumpulan data yag digunakan adalah wawancara
dengan guru kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian tindakan
kelas ini adalah kinerja dalam kelompok dan evaluasi. Skor dari kinerja kelompok, dan
skor evaluasi dijumlah didapat skor akhir. Dari skor akhir diunah menjadi nilai.
2. Instrumen penelitian
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa peneliti menggunakan tes objektif
berupa pilihan ganda dan isian singkat. Jika benr mendapat skkor 1 dan jika salah
mendapat skor 0.
1) Rubrik evaluasi Siklus I
Tabel 3.2
Kisi – kisi Instrumen Soal Siklus I
No. Indikator Nomor soal
1. Menyebutkan sifat-sifat empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium).
1, 3, 12
2. Menjelaskan sifat-sifat dari empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)
5
3. Menentukan sifat-sifat dari empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)
7, 11, 14, 13
4. Menganalisis sifat-sifat dari empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)
2, 4, 6, 8, 9, 15
(1)
INSTRUMEN VALIDASI DESAIN PEMBELAJARAN
Yth
Mohon Bapak / Ibu berkenan untuk menilai dengan cara melingkari pada salah satu angka 1 , 2 , 3 , 4 atau 5 serta memberi komentar desain pembelajaran berikut pada kolom yang tersedia.
A.SILABUS
NO KOMPONEN
PENILAIAN
SKOR KOMENTAR
1 Kelengkapan unsur – unsur silabus
1 2 3 4 5
2 Kesesuaian antara SK KD dan indikator
1 2 3 4 5
3 Kualitas perumusan pengalaman belajar
1 2 3 4 5
4 Ketepatan pilihan perilaku esensial dalam indikator
1 2 3 4 5
5 Kualitas perilaku yang dituntut dalam indikator mencerminkan
keutuhan
perkembangan pribadi siswa
1 2 3 4 5
6 Tingkat kecukupan sumbar belajar yang digunakan
1 2 3 4 5
7 Ketepatan dalam memilih media
(2)
8 Kesesuaian teknik penilaian yang digunakan dengan indikator
1 2 3 4 5
9 Penggunaan bahasa Indonesia dan tata tulis baku
1 2 3 4 5
B.RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
NO KOMPOMEN
PENILAIAN
SKOR KOMENTAR
1 Kelengkapan unsur – unsur RPP
1 2 3 4 5
2 Kesesuaian rumusan tujuan pembelajaran dengan indikator
1 2 3 4 5
3 Pemenuhan syarat – syarat dalam perumusan tujuan pembelajaran
1 2 3 4 5
4 Isi rumusan tujuan meliputi keutuhan perkembangan pribadi siswa
1 2 3 4 5
5 Ketepatan dalam memilih pendekatan/model
pembelajaran
1 2 3 4 5
6 Ketepatan dalam memilih metode / model
pembelajaran
(3)
7 Kemenarikan , variasi dan ketepatan teknik yang digunakan dalam membuka pelajaran
1 2 3 4 5
8 Rumusan kegiatan pembelajaran mencerminkan pendekatan
/model/metode/teknik pembelajaran yang dipilih
1 2 3 4 5
9 Rumusan kegiatan pembelajaran
mencerminkan kegiatan Ekslorasi,Elaborasi dan Kolaborasi(EEK)
1 2 3 4 5
10 Perumusan kegiatan pembelajaran berpotensi untuk memberdayakan siswa
1 2 3 4 5
11 Rumusan kegiatan pembelajaran berpotensi untuk terciptanya
pembelajaran yang menyenangkan/bermakna
1 2 3 4 5
12 Tingkat variasi dalam kegiatan pembelajaran
1 2 3 4 5
13 Pengorganisasian materi sistimatis ,logis dam
(4)
psykologis
14 Pengaturan alokasi waktu tiap kegiatan
pembelajaran proporsional
1 2 3 4 5
15 Kelengkapan rumusan kegiatan akhir pelajaran (rangkuman,evaluasi,refl eksi,tindak lanjut)
1 2 3 4 5
16 Tingkat kesesuaian indikator,tujuan,dan item penilaian.
1 2 3 4 5
17 Penggunaan ragam teknik penilaian
(penilaian bersifat otentik )
1 2 3 4 5
18 Kualitas kisi – kisi penilaian
1 2 3 4 5
19 Tingkat kecukupan sumber belajar yang digunakan
1 2 3 4 5
20 Ketepatan pemilihan media pembelajaran
1 2 3 4 5
21 Penggunaan bahasa Indonesia dan tata tulis buku
(5)
C.LEMBAR KEGIATAN SISWA ( LKS )
NO KOMPOMEN
PENILAIAN
SKOR KOMENTAR
1 Kelengkapan unsur – unsur LKS
1 2 3 4 5
2 Rumusan petunjuk LKS sederhana sehingga mudah dipahami siswa
1 2 3 4 5
3 Rumusan kegiataan Pembelajaran dalam LKS singkat, sederhana
sehingga mudah dipahami siswa
1 2 3 4 5
4 Urutan kegiatan dalam LKS runtut
1 2 3 4 5
5 Kegiatan Pembelajaran dalam LKS
memungkinkan tercapainya indikator/tujuan pembelajaran
1 2 3 4 5
6 Bahasa yang digunakan dalam LKS sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
1 2 3 4 5
7 Tersedia beberapa
pertanyaan untuk refleksi
1 2 3 4 5
8 Tampilan LKS indah dan menarik
(6)
D.BAHAN AJAR
NO KOMPOMEN
PENILAIAN
SKOR KOMENTAR
1 Materi sesuai dengan Indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
1 2 3 4 5
2 Materi pelajaran memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur
1 2 3 4 5
3 Susunan materipelajaran sistematis, logis, dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
1 2 3 4 5
4 Redaksional bahasa Indonesia baku dan sederhana
1 2 3 4 5
5 Menuliskan sumber bahan yang dikutip dengan penulisan baku
1 2 3 4 5
Magelang, April 2012 Penilai
Indarti, A.Ma.Pd
NIP. 19580828 198201 2 002