Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Lembar Kerja Siswa a. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS, siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dalam LKS, siswa pada saat yang bersamaan diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain. Dalam meyiapkan LKS, ada syarat yang harus dipenuhi oleh guru. Syarat ini yaitu guru harus cermat dan memiliki pengetahuan serta keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang dikauasi oleh siswa. b. Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKS Berdasarkan pengertian LKS tersebut, pada dasarnya sudah dapat diterka apa saja fungsinya dalam kegiatan pembelajaran tematik. Berikut ini merupakan fungsi dari LKS yaitu, pertama, LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa. Kedua, LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. Ketiga, LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. Keempat, LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. Tujuan penyusunan LKS yaitu: menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguaasaan siswa terhadap materi yang diberikan, melatih kemandirian belajar siswa, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa. Andriani dalam Andi, 2014:270. LKS memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran tematik, diantarnya melalui LKS kita mendapat kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS yaitu dengan me nerapkan metode “SQ3R” atau survey , Question, Read, Recite, dan Review menyurvei, membuat pertanyaan, membaca, meringkas, dan mengulang. c. Pemanfaatan LKS dengan Menerapkan Metode SQ3R Survey, Question, Read, Recite , dan Review Metode SQ3R sebagai berikut: Andriani dalam Andi, 2014:270. Pertama, survei. Pada kegiatan survei, siswa membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan. Kedua, question. Pada kegiatan ini siswa kita minta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca materi yang diberikan. Ketiga , read. Untuk tahap membaca, siswa kita rangsang untuk memerhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan tanda tangan khusus pada materi yang kita berikan. Contohnya, siswa kita minta membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggaris bawahi perincian yang menunjang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah kita siapkan pada tahap question. Keempat, recite. Tahap recite atau meringkas menuntut siswa untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan siswa diminta untuk meringkas materi dalam kalimat mereka sendiri. Kelima, tahap review. Pada tahap ini, siswa diminta sesegera mungkin melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut. Dengan mencermati masing-masing poin tersebut, maka kita dapat menyadari bahwa LKS ini dibutuhkan oleh siswa. Guru memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan dan membuat LKS dengan baik. d. Jenis-jenis LKS Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat pada jenis LKS yang bermacam-macam. Jika ditelusuri lebih lanjut, kita dapat menemukan lima jenis LKS yang umum digunakan oleh siswa, yaitu: a LKS yang Penemuan Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonsrtuksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. Salah satu cara mengimplementasikannya di kelas yaitu dengan cara mengemas materi pembelajaran dalam bentuk LKS. Terutama LKS yang memiliki karakteristik mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkret, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Berdasarkan pengamatan, selanjutnya siswa diajak untuk mengkonstruksi pengetahauan yang didapatnya tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi: melakukan, mengamati dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya. b LKS yang Aplikatif-Integratif membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan Di dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh LKS yang membantu siswa menerapkan cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan memberikan tugas kepada mereka untuk bertanya dan menonton video. Kemudian meminta siswa mereka berlatih mencuci tangan dan menggosok gigi. Dengan siswa dilatih untuk mencuci tangan sebelum makan dan gosok gigi setelah makan, maka hal ini telah memberikan jalan bagi terimplementasikannya keterampilan merawat anggota tubuh. c LKS yang Penuntun Berfungsi Sebagai penuntun Belajar LKS penuntun berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini cocok juga untuk keperluan remedial. d LKS yang Penguatan berisi sebagai penguatan LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. LKS ini juga cocok untuk pengayaan. e LKS yang Praktikum berfungsi sebagai petunjuk praktikum Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS. Berdasarkan uraian jenis-jenis LKS diatas, maka LKS yang akan peneliti kembangkan ialah pada poin pertama dan kedua. Poin pertama yaitu LKS yang Penemuan Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep dan poin kedua yaitu LKS yang Aplikatif-Integratif membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. e. Unsur-unsur LKS sebagai Bahan Ajar Dilihat dari strukturnya, bahan ajar ini memiliki unsur yang lebih sederhana dibanding modul, namun lebih kompleks dibandingkan buku. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Secara lebih spesifik, format LKS meliputi delapan unsur, yaitu: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan dan laporan yang harus dikerjakan. Dengan mencermati segi struktur ataupun format LKS tersebut, sekarang tentu kita telah tahu apa saja yang dibutuhkan untuk penyusunan LKS. Selain itu, kita juga menjadi tahu seperti apa susunan LKS. Namun untuk bisa membuat sebuah bahan ajar yang disebut LKS, kita tidak cukup hanya mengetahui struktur dan unsur-unsurnya saja. Kita masih membutuhkan penjelasan lainnya, terutama mengenai langkah- langkah penyusunan LKS. f. Langkah-langkah Aplikatif Membuat LKS Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif menjadi harapan semua siswa karena, LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Siswa akan lebih terbius dan terhipnotis untuk membuka lembar demi lembar halamannya. Selain itu, mereka akan mengalami kecanduan belajar. Maka dari itu, sebuah keharusan bahwa setiap pendidik ataupun calon pendidik mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang inovatif. Adapun langkah-langkah penyusunan LKS sebagai berikut: a Lakukanlah Analisis Kurikulum Tematik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar berbentuk LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi langkah analisinya dilakukan dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar serta pokok bahasan yang akan diajarkan. Kemudian, setelah itu, kita juga harus mencermati kompetensi antar mata pelajaran yang hendaknya dicapai siswa. Jika semua langkah ini telah dilakukan, maka kita harus bersiap untuk memasuki langkah berikutnya, yaitu menyusun peta kebutuhan lembar kegiatan siswa. b Menyusun Peta Kebutuhan LKS Peta ini sangat diperlukan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini juga bisa untuk melihat sekuensi atau urutan materi dalam LKS. Sekuensi LKS ini sangat dibutuhkan dalam menentukan proiritas penulisan materi. Setelah langkah ini selesai, dilanjutkan ke langkah ketiga yaitu menentukan judul LKS. c Menentukan judul LKS Perlu kita ketahui bahwa judul LKS tematik ditentukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI antar mata pelajaran di sekolah dasar. Jika judul LKS telah kita tentukan, maka langkah selanjutnya yaitu mulai melakukan penulisan. d Penulisan LKS Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: pertama, merumuskan indikator atau pengalaman belajar antar mata pelajaran dari tema sentral yang telah disepakati. Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian kita lakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilainnya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan PAP dengan demikian, guru dapat menilainya melalui proses dan hasil. Ketiga, menyusun materi. Untuk penyusunan materi LKS, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan, yaitu: a Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. b Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian. c Supaya pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja di dalam LKS kita tunjukkan referensi yang digunakan agar siswa bisa membacanya lebih jauh tentang materi tersebut. d Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya. Keempat , memperhatikan struktur LKS. Struktur LKS terdiri atas: judul, petunjuk belajar petunjuk siswa, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-langkah kerja, dan penilaian. Ketika menulis LKS, maka paling tidak keenam komponen inti ini harus ada. e. Mengembangkan LKS Bermakna Untuk membuat sebuah LKS yang bermakna, maka ada satu poin penting yang perlu diperhatikan, yaitu menjadikannya sebagai bahan ajar menarik bagi siswa. Jadi, dengan keberadaan LKS tersebut, siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar keras dan belajar cerdas. Untuk mengembangkan LKS yang bermanfaat kita perlu memerhatikan dua hal penting, yaitu desain pengembangan dan langkah- langkah pengembangannya. a Menentukan Desain Pengembangan LKS Ada dua faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mendesain LKS yaitu: tingkat kemampuan membaca siswa dan pengetahuan siswa. LKS didesain untuk digunakan siswa secara mandiri. Artinya, guru hanya berperan sebagai fasilitator, siswalah yang berperan secara aktif dalam mempelajarai materi yang terdapat dalam LKS. Apabila desain yang kita buat terlalu sulit dan rumit bagi siswa, maka mereka akan kesulitan untuk memahaminya. Batasan umum yang dapat dijadikan pedoman pada saat menentukan desain LKS, yaitu: ukuran, penomoran halaman, dan kejelasan. 1 Ukuran Gunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. Contohnya, kita menginginkan siswa untuk mampu membuat bagan alur sebagai salah satu tujuan yang telah ditetapkan. Ukuran LKS yang dapat mengakomodasi hal ini adalah kuarto A4 karena dengan A4 siswa akan mempunyai cukup ruang untuk membuat bagan. 2 Kepadatan Halaman Dalam hal ini kita harus mengusahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian. 3 Penomoran Halaman Pengorganisasian halaman juga tidak boleh ketinggalan. Hali ini penting untuk kita perhatikan, karena bisa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI membantu siswa terutama yang kesulitan untuk menentukan mana judul dan mana sub judul dan mana anak subjudul dari materi yang kita berikan dalam LKS. 4 Kejelasan Pastikanlah materi dan instruksi yang kita berikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca oleh siswa. Sesempurna apa pun materi yang kita siapkan tetapi jika siswa tidak mampu membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan member hasil yang maksimal. 5 Langkah-langkah Pengembangan LKS Untuk mengembangkan LKS yang baik, ada empat langkah yang perlu ditempuh, yaitu: pertama, penentuan tujuan pembelajaran; kedua, pengumpulan materi; ketiga, penyusunan elemenunsur-unsur; dan keempat , pemeriksaan dan penyempurnaan. 1 Tentukanlah tujuan pembelajaran yang akan di- breakdown ke dalam LKS Dalam langkah ini, kita harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran. Perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan kejelasan. 2 Pengumpulan Materi Pada langkah pengumpulan materi ini hal terpenting yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan dalam LKS. Untuk itu, pastikan bahwa pilihannya sejalan dengan tujuan pembelajaran. Kumpulkan bahan atau materi dan buat perincian tugas yang harus dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau dapat dengan memanfaatkan materi yang sudah ada. Tambahkan pula ilustrasi atau bagan yang dapat memperjelas penjelasan naratif yang kita sajikan. 3 Menyusun Elemen atau unsur-unsur LKS Pada bagian inilah, kita mengintegrasikan desain hasil dari langkah pertama dengan tugas sebagai hasil dari langkah kedua. 4 Pemeriksaan dan Penyempurnaan Apabila kita berhasil melakukan langkah ketiga itu, tidak berarti kita dapat langsung memberikan LKS tersebut kepada siswa. Sebelum diberikan kepada siswa, hal yang penting dilakukan adalah melaksanakan pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan tersebut. Ada empat variabel yang penting untuk dicermati sebelum LKS dibagikan ke siswa, yaitu: pertama, kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar. Pastikan bahwa desain yang kita tentukan dapat mengakomodasi pencapaian tujuan pembelajaran. Kedua, kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran. Pastikan bahwa materi yang dimasukkan dalam LKS baik itu materi yang kita kembangkan sendiri ataupun materi yang kita dapatkan dari bahan yang sudah ada sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan. Ketiga, kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan pembelajaran. Pastikan bahwa tugas dan latihan yang kita berikan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Keempat , kejelasan penyampaian. Semestinya, LKS yang sudah kita kembangkan tadi segera dilakukan evaluasi. Caranya yaitu dengan meminta komentar siswa setelah menggunakan LKS tersebut. Masukan dari siswa dapat digunakan untuk menyempurnakan LKS. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Kecerdasan Ganda a. Pengertian kecerdasan ganda Kata kecerdasan sering dimaknai dengan inteligensi, kemampuan, atau bahkan keahlian. Ketika ada pernyataan yang menyatakan inteligensi seseorang maka yang dimaksud adalah suatu kecerdasan, kemampuan, atau keahlian yang dimiliki seseorang. Kendati demikian, beberapa pengertian inteligensi pada kenyataannya telah hadir dan dipakai sehari-hari. Menurut Gardner dalam Ula, 2013:82 inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan mengasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Definisi tersebut jelas menegaskan bahwa sebuah inteligensi bukanlah hanya semata-mata kemampuan untuk menjawab soal-soal dan tes tertulis. Akan tetapi lebih kepada kemampuan untuk memecahkan persoalan nyata dalam berbagai macam kondisi kehidupan. Gardner dalam Suparno, 2004:17 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan memecahkan persoalan dan mengasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Dalam pengertian di atas sangat jelas bahwa intelegensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk menjawab suatu tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Intelegensi memuat kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Menurut Chatib 2009:76, kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak seseorang sampai orang itu menemukan kondisi akhir terbaiknya. Kadang-kadang kondisi akhir terbaik seseorang tidak terbatas pada satu kondisi saja. Menurut Munif, dengan mengetahui multiple intelligences seawal mungkin, seseorang dapat menemukan kondisi akhir terbaiknya secara lebih cepat. Selain itu, pengetahuan tentang multiple intelligences dapat mendorong orang itu untuk bergerak dan menemukan kondisi akhir terbaik berikutnya. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah kemampuan potensial umum untuk belajar dan bertahan hidup, yang dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk berpikir abstrak, dan kemampuan memecahkan masalah. b. Kriteria Suatu Inteligensi Menurut Gardner dalam Suparno, 2004:21 suatu kemampuan di sebut intelegensi bila menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Selanjutnya dapat pula menciptakan suatu produk baru, dan bahkan menciptakan persoalan berikutnya yang memungkinkan pengembangan pengetahuan baru. Jadi, dalam kemampuan itu ada unsur pengetahuan dan keahlian. Kemampuan itu sungguh mempunyai dampak, yaitu dapat memecahkan persoalan yang dialami dalam kehidupan nyata. Namun, tidak berhenti di situ, pengetahuan juga dapat menciptakan persoalan-persoalan lebih lanjut berdasarkan persoalan yang dipecahkan, untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih maju dan canggih. Dalam menjalankan fungsinya, inteligensi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi inteligensi: a Gen atau Keturunan Seseorang yang memiliki orangtua yang keduanya atau salah satunya cerdas dan berinteligensi tinggi maka tidak menutup kemungkinan orang itu berinteligensi tinggi pula. Namun, jika kedua orangtua tidak berinteligensi tinggi, mungkin juga ada gen resesif tersembunyi yang tiba-tiba muncul, yang kemudian menjadikan anak memiliki inteligensi yang lebih dibandingkan kedua orangtuanya. b Pengalaman Ada benarnya tentang sebuah pepatah yang menyatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Dengan berdasarkan pada pengalaman yang dimilki, tingkat inteligensi akan berbanding lurus dengan pengalaman. Bisa jadi, dengan semakin beragamnya pengalaman yang dimilki maka intelegensi akan meningkat. Sebaliknya, jika memiliki pengalaman yang kurang inteligensi akan mengalami sedikit rangsangan sehingga berdampak pada tingkat inteligensi itu sendiri. Inteligensi akan cenderung statis dan kurang meningkat. c Latihan Semakin sering seseorang melatih diri dan kemampuannya maka inteligensinya pun semakin tinggi. Jika seseorang tidak membiasakan diri untuk berlatih, tidak menutup kemungkinan kemampuan dan inteligensi yang dimiliki sebelumnya akan tetap, berkurang atau bahkan perlahan memudar. d Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor ekstern yang dapat berpengaruh pada intelegensi seseorang. Apabila lingkungan yang ditinggali seseorang. Apabila lingkungan yang ditinggali seseorang mendukung dan menyediakan rangsangan untuk mengembangkan inteligensi yang dimiliki maka inteligensinya pun akan semakin meningkat. Demikian juga sebaliknya, apabila lingkungan tidak mendukung seseorang untuk meningkatkan inteligensinya, tentu saja intelegensi yang dimiliki orang tersebut tidak akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berkembang. Untuk itulah, hal yang sangat penting bagi kita untuk senantiasa memberi rangsangan bagi diri kita, bagi anak- anak, dan peserta didik demi mengembangkan inteligensi. Hal ini bisa dibangun dengan mencoba memberikan dan melakukan kebisaan-kebiasaan yang dapat menggugah inteligensi. Dengan demikian, lingkungan akan benar-benar dapat mendukung peningkatan intelegensi setiap individu. e Reward and Punishment Seperti halnya dalam teori belajar yang menyebutkan bahwa reward and punishment dapat memengaruhi semangat dan minat belajar seseorang, dalam inteligensi pun berlaku demikian. Adanya reward and punishment dapat menggugah seseorang untuk mengembangkan inteligensi yang dimilki sebelumnya. Ketika seseorang mendapatkan reward atas inteligensi yang dimilikinya, kecendrungan untuk meningkatkan inteligensinya akan muncul. Hal ini tentu saja disebabkan keinginan orang itu untuk mendapatkan reward lagi, atau paling tidak ia kan tergugah untuk menunjukkan prestasi yang lebih baik lagi. Demikian juga jika ada punishment sebagai konsekuensi akan inteligensi yang ada, kecendrungan untuk memperbaiki serta meningkatkan inteligensi pun akan tumbuh, karena seseorang tentunya tidak ingin mendapat punishment yang kedua kalinya sehingga ia akan terdorong untuk berupaya meningkatkan inteligensinya sendiri. f Pola makan dan asupan gizi Tidak dapat dimungkiri, makanan yang masuk ke dalam tubuh juga berpengaruh terhadap kondisi organ tubuh, tak terkecuali organ yang berkaitan erat dengan pembentukan serta pengembangan inteligensi. Dengan demikian secara otomatis, makanan dan asupan gizi ikut memengaruhi inteligensi. Jika makanan yang dikonsumsi berupa makanan yang nilai gizinya cukup dan seimbang, inteligensi pun dapat berkembang. Sebaliknya, jika asupan makanan tidak mendukung untuk peningkatan inteligensi, tentu saja inteligensi akan sulit berkembang pesat. c. Macam-Macam Kecerdasan Ganda Adapun macam-macam kecerdasan ganda yang diidentifikasi oleh Gardner adalah sebagai berikut: a Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik, yang disebut oleh sebagian pendidik dan penulis sebagai kecerdasan verbal, berbeda dari kecerdasan-kecerdasan lainnya karena setiap orang yang mampu bertutur dan berkata-kata dapat dikatakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memiliki kecerdasan tersebut dalam beberapa level. Bagaimanapun juga, kriteria untuk tidak sekedar kemampuan dasar ini haruslah dibuat, meskipun sudah barang tentu jelas bahwa sebagian orang lebih berbakat secara linguistik daripada sebagian lainnya, Kirschenbaum dalam Jasmine 2007:17. Kecerdasan Linguistik mewujudkan dirinya dalam kata-kata, baik dalam tulisan maupun lisan. Orang yang memiliki kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori berkaitan dengan pendengaran yang sanagat tinggi, dan mereka belajar melalui mendengar. Mereka gemar membaca, menulis dan berbicara, dan suka bercengkerema dengan kata-kata. Mereka mengkhidmati kata-kata bukan hanya untuk makna tersurat dan tersiratnya semata namun juga bentuk dan bunyinya, serta untuk citra yang tercipta ketika kata-kata dirancang dalam cara yang lain dan berbeda dari yang biasa. Orang dengan kecerdasan linguistik yang tinggi dapat tumbuh dan berkembang dalam atmosfer akademik stereotipikal yang lazimnya tergantung pada mendengarkan kuliah verbal, mencatat dan diuji dengan tes-tes tradisional. Mereka juga tampak mempunyai level kecerdasan lainnya yang tinggi karena perangkat penilaian kita biasanya mengandalkan respon-respon verbal, tidak soal jenis kecerdasan yang akan dinilai, Kirschenbaum dalam Jasmine 2007:18. b Kecerdasan Logis-Matematis Kecerdasan logis-matematis berhubungan dengan dan mencakup kemampuan ilmiah. Inilah jenis kecerdasan yang dikaji dan didokumentasikan oleh Piaget, yakni jenis kecerdasan yang sering dicirikan sebagai pemikiran kritis dan digunakan sebagai bagian dari metode ilmiah. Orang dengan kecerdasan ini gemar bekerja dengan data: mengumpulkan dan mengorganisasi, menganalisis serta menginterpretasikan, menyimpulkan kemudian meramalkan. Mereka melihat dan mencermati adanya pola serta keterkaitan antar data. Mereka suka memecahkan problem soal matematis dan memainkan permainan strategi seperti buah dam dan catur. Mereka cenderung menggunakan berbagai grafik baik untuk menyenangkan diri sebagai kegemaran maupun untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Kecerdasan logis-matematis sering dipandang dan dihargai lebih tinggi dari jenis-jenis kecerdasan lainnya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI khususnya dalam masyarakat teknologi dewasa ini. Kecerdasan ini dicirikan sebagai kegiatan otak kiri. c Kecerdasan Spasial Kecerdasan spasial, yang kadang-kadang disebut kecerdasan visual-spasial, adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental, Gardner dalam Jasmine 2007:21. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video, dan peragaan yang menggunakan model dan slide. Mereka gemar menggambar, melukis, atau mengukir gagasan-gagasan yang ada di kepala dan sering menyajikan suasana serta perasaan hatinya melalui seni. Mereka sangat bagus dalam hal membaca peta dan diagram dan begitu menikmati upaya memecahkan jejaring yang ruwet serta menyusun atau memasang jigsaw puzzle. Kecerdasaan spasial sering dialami dan diungkapkan dengan berangan-angan, berimajinasi dan berperan, Lazear Gardner dalam Jasmine 2007:22. Kecerdasan ini dapat dilukiskan sebagai kegaiatan otak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kanan dan mempunyai beberapa karakteristik yang mirip dengan kecerdasan intrapersonal. d Kecerdasan Musikal Sebagian orang menyebut kecerdasan musikal sebagai kecerdasan ritmik atau kecerdasan musikalritmik. Orang yang mempunyai kecerdasan jenis ini sangat peka terhadap suara atau bunyi, lingkungan dan juga musik. Mereka sering bernyanyi, bersiul atau bersenandung ketika melakukan aktivitas lain. Mereka gemar mendengarkan musik, mengoleksi kaset atau CD lagu, serta bisa dan kerap memainkan satu instrumen musik. Mereka bernyanyi dengan memakai kunci nada yang tepat dan mampu mengingat serta, secara vokal dapat mereproduksi melodi. Mereka bisa bergerak secara ritmis ketika mengiringi suatu musik atau membuat ritme-ritme serta lagu-lagu untuk membantunya mengingat fakta dan informasi lain. Kecerdasan musikal mungkin yang paling sedikit dipahami dan, setidaknya dalam lingkungan akademik, yang paling sedikit di dukung di antara jenis-jenis kecerdasan lainnya. Anak-anak yang bersenandung, bersiul dan bernyanyi di sekolah acapkali dipandang sebagai bertindak tidak patut atau dianggap mengganggu kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Siswa-siswa yang dicap sebagai pembawa masalah perilaku mungkin tengah memperlihatkan atau mempertontonkan kecerdasan musikalnya. e Kecerdasan Badani-Kinestetik Kecerdasan badani-kinestetik sering disebut sebagai kecerdasan kinestetik saja. Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badan mereka. Mereka tidak suka diam dan ingin bergerak terus, mengerjakan sesuatu dengan tangan atau kakinya, dan berusaha menyentuh orang yang diajak bicara. Mereka sangat baik dalam keterampilan jasmaninya baik dengan menggunakan otot kecil maupun otot besar, dan menyukai aktivitas fisik dan berbagai jenis olahraga. Mereka lebih nyaman mengomunikasikan informasi dengan peragaan demonstrasi atau pemodelan. Mereka dapat mengungkapkan emosi dan suasana hatinya melalui tarian. Kecerdasan badani-kinestetik lebih mudah dipahami daripada kecerdasan musikal karena kita semua umumnya berpengalaman dengan tubuh dan gerak setidaknya dalam beberapa hal dan tingkat. Itulah perasaan akrab dan nyaman yang dimilki seseorang ketika ia bersepeda setelah beberapa tahun tidak melakukannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan Interpersonal ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketidaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan dan pertikaian baik di sekolah maupun di rumah. Metode belajar bersama mungkin sangat baik dipersiapkan bagi mereka, dan boleh jadi para perancang aktivitas belajar bersama pembelajaran kooperatif sebagai metode pengajaran juga mempunyai jenis kecerdasan ini. Sisi gelap kecerdasan interpersonal adalah tindak pencurangan atau penyelewengan, sedangkan sisi terangnya adalah empati. Inilah kecerdasan milik orang ekstrovert. g Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang memungkinkan seseorang memahami diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sendiri, kemampuan dan pilihannya sendiri. Orang dengan kecerdasan intrapersonal tinggi pada umumnya mandiri, tidak tergantung pada orang lain, dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang kontroversial. Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar serta senang sekali bekerja berdasarkan program sendiri dan hanya dilakukan sendiri. h Kecerdasan Naturalis Lingkungan Kecerdasan lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik. Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan, dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan klasifikasi tanaman dan binatang, biasanya mencintai lingkungan dan tidak suka merusak lingkungan hidup, Gardner dalam Suparno 2004:42. i Kecerdasan Eksistensial Kecerdasan eksistensial lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Kecerdasan ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksintensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksintensi hidup manusia, Gardner dalam Suparno 2004:43-44. d. Dampak Teori Inteligensi Ganda Teori inteligensi ganda ternyata memberi dampak dalam sistem pengajaran dan pendidikan pada banyak sekolah. Berikut adalah dampak teori inteligensi ganda terhadap kurikulum, pembelajaran, evaluasi, pengaturan kelas, pendidikan nilai, dan sekolah individual. a Dampak Terhadap Kurikulum Dalam pengertian modern kurikulum lebih dimengerti sebagai semua pengalaman yang direncanakan untuk dialami siswa dalam proses pendidikan sejak awal. Maka, bentuknya dapat berupa: pengalaman dalam kelas, di luar kelas, atau bahkan di luar sekolah. Dalam pengertian ini, kurikulum dapat berisi antara lain materi atau topik pelajaran yang mau dipelajari siswa, metode pembelajaran yang mau dialami siswa dan di bantu oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI guru, peralatan dan buku yang digunakan, pangaturan waktu, cara evaluasi dan sebagainya. Teori inteligensi ganda banyak mempengaruhi penyusunan kurikulum. Pengaruh yang menonjol adalah pemilihan materi pelajaran lewat topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti model kurikulum klasik. Banyak sekolah mulai pada awal pelajaran menentukan topik-topik yang mau dipelajari siswa. Topik biasanya gabungan dari yang ditentukan pemerintah lokal dan pilihan siswa. Ini untuk menjembatani ketentuan pemerintah lokal dan minat serta kesenangan siswa. Dengan demikian, diharapkan siswa selama satu semester sungguh senang belajar karena ikut andil dalam penentuan topik pembelajaran. Inteligensi ganda juga mempengaruhi bagaimana materi itu sendiri disajikan dan dipelajari. Pembelajaran berbeda dengan model klasik yang hanya dengan ceramah dan hitungan, tetapi lebih dengan inteligensi yang bervariasi, sehingga lebih menyenangkan bagi siswa yang sedang belajar. Pendekatan ini juga menekankan pendekatan yang lebih personal dalam pendidikan karena situasi dan kekhasan siswa diperhatikan. Karena proses pembelajaran bervariasi, maka evaluasinya pun berubah. Pengaturan waktu, pengaturan kelas, bahkan pengaturan sekolah banyak pula mengalami perubahan. Penyusunan buku teks pun bervariasi dengan menggunakan gambar, hitungan, musik, skema, tugas kerja sama, refleksi pribadi, dan yang tidak kalah penting adalah penggunaan CD-ROM dan peralatan elektronik untuk membantu proses pembelajaran yang menggunakan inteligensi ganda. b Bagi Guru yang Mengajar Menurut teori inteligensi ganda, setiap siswa mempunyai inteligensi yang dapat berbeda dan siswa akan lebih mudah belajar dan dibantu belajar bila materi dapat didekati atau disajikan dengan inteligensi mereka yang menonjol. Oleh karena inteligensi siswa di satu kelas bervariasi, maka guru bidang apapun perlu memasukkan dan mengolah materi yang mau diajarkan dengan berbagai model inteligensi ganda sesuai dengan inteligensi siswa- siswa tersebut. Mereka perlu mengajar dengan model yang bervariasi sehingga setiap siswa merasa dibantu secara tepat. Maka, sangat baik sebelum mengajar, setiap guru mencoba mengenali inteligensi apa saja yang dimiliki siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Guru perlu sadar bahwa setiap siswa mereka di sekolah umum beraneka ragam inteligensinya. Siswa tidak sama dan cara menangkap materi pun berbeda. Dengan demikian, bila ingin membantu secara tepat, guru perlu mengembangkan model pembelajaran yang beraneka ragam sesuai dengan inteligensi siswa. Maka, secara umum guru tidak boleh mengajar dengan cara yang selalu sama, kecuali bila siswa memang sama inteligensinya. Secara umum dampak inteligensi ganda bagi guru adalah sebagai berikut: 1 Guru perlu mengerti inteligensi siswa-siswa mereka 2 Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai inteligensi, bukan hanya dengan inteligensi yang menonjol pada dirinya. 3 Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa, bukan dengan inteligensi dirinya sendiri yang tidak cocok dengan inteligensi siswa 4 Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang cocok dengan inteligensi ganda. c Bagi Siswa yang Belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut teori inteligensi ganda, siswa dapat belajar dengan baik, memahami suatu materi bila disajikan sesuai dengan inteligensi mereka yang dominan. Ini berarti, bila siswa mempunyai inteligensi matematis-logis tinggi, ia akan mudah mempelajari ilmu sosial bila ilmu sosial itu disajikan atau diterangkan dengan model inteligensi matematis-logis, yaitu secara skematis dengan bagan atau pun logika yang jelas. Ada baiknya sejak awal dianjurkan untuk mencoba bermacam-macam cara belajar, sehingga dapat menemukan cara-cara yang bagi mereka cocok dan memajukan belajar. Sebaiknya siswa tidak merasa puas dengan menemukan satu cara saja, tetapi mau mencoba dengan banyak cara. Ini juga penting bagi guru untuk melihat mana cara yang cocok bagi siswa. Dalam penelitian Garner kadang siswa merasa sudah puas bila belajar dengan membaca buku lalu mengerjakan soal yang tersedia. Bertahun-tahun siswa hanya belajar dengan cara seperti itu. Memang siswa itu sudah mendapatkan sesuatu. Namun sewaktu dikenalkan dengan berbagai cara belajar yang jauh lebih membantunya untuk berkembang. Disinilah pentingnya guru memperkenalkan berbagai model pembelajaran. Dengan demikian, sebenarnya semua kemampuan siswa dikembangkan dan digunakan. Untuk membantu siswa belajar lebih baik, perlu juga bila materi pelajaran atau dalam penyusunan buku pelajaran memperhatikan berbagai model dan penjelasan inteligensi ganda. d Pendekatan dan Peralatan Kelas Proses pembelajaran harus bervariasi sehingga setiap siswa dapat menemukan bahwa mereka diperhatikan dan dibantu untuk belajar. Tidak ada model pembelajaran yang satu-satunya untuk segalah pelajaran dan semua siswa. Karena pendekatan bisa bervariasi, jelas bahwa peralatan pembelajaran pun perlu bervariasi, bukan hanya papan tulis dan kapur. Maka, sekolah perlu mempersiapkan dan menyediakan peralatan yang juga bermacam-macam, seperti musik, video, alat tulis, ruang, studi kelompok, dan sebagainya. Tanpa peralatan yang sesuai, pembelajaran model inteligensi ganda tidak akan jalan dan guru cenderung akan kembali kepada pembelajaran klasik yaitu ceramah.

B. Penelitian yang Relevan