Peta Konsep materi Pendalaman
Materi Fikih di Madrasah |
177
]`R`r- 0eN4qa5Qz`gqX˼aTg\,j ʒa
“Jika seekor anjing menjilat bejana salah seorang diantara kalian, maka bersihkanlah kemudian basuhlah sebanyak tiga kali....al-hadits
c. Potongan daging dari anggota badan binatang yang masih hidup
Mengambil sebagian daging dari anggota badan binatang yang masih hidup adalah najis. Hal ini didasarkan kepada hadits dari Abu Waqid al-Laits yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:“Sesuatu yang dipotong dari seekor binatang, sedang ia masih hidup maka potongan tersebut termasuk bangkai.”
d. Muntah, air kencing dan kotoran manusia.
Semua ulama sepakat bahwa muntah, air kencing dan kotoran manusia adalah najis. Kecuali jika muntahnya itu sedikit, maka dimaafkan. Hal ini didasarkan kepada
sabda Rasulullah Saw:
sz`rSʇkzaT6aXrqʙʒg\,X-
“Apabila muntah salah seorang diantara kamu dalam keadaan shalat, maka hendaklah keluar dari shalatnya dan berwudhulah
Selain muntah sebagai najis, air kencing dan kotoran pun dihukumi najis, karena sesuatu yang keluar dari qbul maupun dubul dihukumi najis. Tetapi diberi keringanan bagi
air kencing bayi laki-laki yang belum makan kecuali air susu ibunya. e.
Wadi, Madzi dan Mani Wadi adalah air yang berwarna putih, kental, sedikit berlendir yang keluar
mengiringi keluarnya air kencing dikarenakan kelelahan. Sedang madzi adalah air yang berwarna putih, bergetah yang keluar karena kuatnya dorongan syahwat, akan tetapi
keluarnya tidak disertai kenikmatan.
Keluar wadi dan madzi tidak diwajibkan mandi junub, tetapi cukup membersihkan kemaluannya dan berwudhu, hal ini didasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim: “Dari Ali bin Abi Thalib berkata: Saya kerapkali mengeluarkan madzi, sedang saya sendiri malu menanyakannya kepada Rasulullah Saw, karena
putrinya menjadi isteriku, maka saya menyuruh Miqdad untuk menanyakannya. Miqdad pun menanyakannya kepada beliau. Beliau menjawab “Hendaklah ia basuh kemaluannya,
dan berwudhulah.”
Adapun mani sebagian ulama berpendapat bahwa ia adalah suci, tetapi disunatkan mencucinya bila ia basah, dan mengoreknya bila kering. Aisah berkata:
178 |
Modul Fikih
“Kukorek mani itu dari kain Rasulullah saw bila ia kering, dan kucuci bila ia basah.” Riwayat Daruquthni, Abu Uwanah dan al-Bazzar. Dan dari Ibnu Abbas ra berkata:
ͅW=`rC˯`2kɬso˹ͧ_YTs`z=y{k˯lLga4rqzaL˿˱{k`b
4 trE`rwYpz`rwkEX,`mr-
rX0q5ɱizU]y˹r
Nabi Saw pernah ditanya mengenai mani yang mengenai kain. Maka jawabnya: “Ia hanyalah seperti ingus dan dahak, maka cukuplah bagimu menghapusnya dengan secarik
kain atau dengan daun-daunan.” Riwayat Daruquthni, Baihaqi dan Thawawi.
1
f. Khamar
Khamar salah satu yang diharamkan oleh Allah Swt berdasarkan firman-Nya: “Hai orang- orang beriman, sesungguhny khamar, judi, berhala dan mengundi nasib itu adalah najis,
termasuk pekerjaan syaithan.” QS. Al-Maidah:90
Cara-cara menghilangkan Khubuts Najis.
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menghilangkan khubuts atau najis, pertama dengan menggunakan air suci lagi mensucikan. Dalam hal ini, air terdiri dari tiga
macam, air suci mensucikan ghair makruh seperti air mutlak, air suci yang mensucikan tetapi makruh pemakaiannya jika digunakan untuk menyucikan badan dan tidak makruh
untuk menyucikan pakaian, yaitu seperti ma musyammas air panas akibat sinar matahari dan air yang terkena benda najis
2
. Kedua, berubahnya benda najis menjadi sesuatu yang baik, seperti perubahan khamar menjadi cuka dan darah ghazal kijang
menjadi minyak misik parfum. Ketiga, membakar benda najis dengan api. Pendapat ini dipegang teguh oleh ulama Hanafinyah. Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah bahwa
membakar benda najis dengan api tidak dapat mensucikan benda tersebut. Mereka beralasan bahwa debu dan asapnya itu adalah najis. Begitu juga ulama Malikiyah yang
berpendapat bahwa api tidak dapat mensucikan benda najis.
3
Keempat, menyamak kulit hewan yang najis. Setiap hewan yang najis sebab penyamakan. Baik hewan yang halal
dimakan dagingnya maupun hewan yang tidak halal dimakan dagingnya, jika disamak kulitnya, kulit itu boleh digunakan untuk shalat karena telah suci dengan sebab
penyamakan
4
. Hal ini didasarkan kepada hadits Maimunah r.a ketika ia ditanya oleh Nabi Muhammad Saw perihal kambingnya.
1
Sayid Sabiq, hal. 24.
2
Lihat al-Jaziri, hal. 31. Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaeni, hal 11-12 dan Syekh Syamsuddin hal. 2.
3
Al-Jaziri, hal. 30
4
Imam Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini, Kifayatul Akhyar, hal. 24