252 |
Modul Fikih
peserta didik sehingga tidak mudah lupa terhadap ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya, atau dalam bahasa psikologi belajar dikenal dengan istilah long term
memory. Sebuah memori yang tersimpan dalam otak dan mudah untuk direproduksi. Memori model ini biasanya dihasilkan dari proses pengalaman, terlibat langsung, dan
hasil kegiatan kreatif peserta didik. Sementara model pembelajaran konvensional cenderung menghasilkan memori jangka pendek short term memory. Yakni semua
memori yang tersimpan dalam otak, yang mudah hilang ketika datang file baru, sehingga tidak mudah untuk direproduksi Di samping itu, dari sisi pendidik, penerapan
pembelajaran aktif dengan sendirinya akan semakin memotivasi pendidik sebagai manajer, fasilitator, motivator, inspirator, transformator, dan model, uswah pembelajaran
yang memiliki learning tradition yang kuat untuk secara terus menerus mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalitasnya.
Dalam konteks ini , modul penerapan strategi pembelajaran aktif akan menguraikan bahasannya yang meliputi: konsep pembelajaran aktif, telaah yuridis formal dan
pskologis-pedagogis, setting kelas berbasis pembelajaran aktif, dan model-model penerapan strategi pembelajaaran aktif.
B. LANDASAN YURIDIS FORMAL DAN PSIKOLOGIS SPA
1. Landasan Yuridis Formal
Yang dimaksud dengan tinjauan yuridis formal di sini adalah dasar hukum yang melandasi diterapkannya pembelajaran aktif. Dalam konteks ini adalah segala
bentuk perundangan dan peraturan serta kebijakan pendidikan yang berlaku di negara kesatuan Republik Indonesia yang didalamnya mengatur dan memberi rambu-
rambu tentang implementasi proses pendidikan yang berbasis pembelajaran aktif..
Berbagai bentuk regulasi dan kebijakan pendidikan dimaksud meliputi:
Pertama, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Beberapa pasal terkait antara lain terdapat pada:
a.
Pasal 1, ayat 1: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
b.
Pasal 39, ayat 2: ”Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencpeserta didikan
dan melakspeserta didikan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada sekolahmadrasah”.
Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif |
253
c.
Pasal 40 ayat 2: “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis; b.
Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan;
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.
d.
Pasal 4, ayat 3-4 menyebutkan: “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”. ”Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran”.
Kedua, Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 sebagai revisi PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Khusus terkait dengan penerapan
strategi pembelajaran aktif lahirlah Permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang standar proses. Untuk lebih jelasnya, lihat lampiran standar proses.
Ketiga, Undang-undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, beberapa pasal menyebutkan:
a. Pasal 1, ayat 1:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan peserta didik usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
b. Pasal 6:
“Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Berdasarkan beberapa kutipan regulasi pendidikan tersebut, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan pemerintah dapat dipahami secara jelas
bahwa proses pendidikan dan pembelajaran pada satuan pendidikan manapun, secara yuridis formal dituntut harus diselenggarakan dengan pembelajaran aktif
berbasis saintifik. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang menekankan lima 5 hal, yakni, observing mengamati, questioning menanyakan, experimenting
mengujicobakan,
associating menalar, dan communicating mengkomunikasikan.