Landasan Teologis-Relijius Islami Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

260 | Modul Fikih Contoh langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah: 1 Guru memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2 Guru membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain -lain. 3 Guru mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. 4 Guru membantu mahasiswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5 Guru membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. PROJECT BASED LEARNING Project based learning atau disebut juga dengan Project based working adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk barang atau jasa, melalui proses produksi pekerjaan yang sesungguhnya. Barrows Tamblyn 1980 mendefiniskan “…the learning which result from the process of working towards the understanding of, or resolution of, a problem”. Singkatnya, PBL adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan penyelesaian masalah. Pelaksanaan Model Pembelajaran adalah: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, Guru menyampaikan strategi pembelajaran dengan pendekatan project work, Guru menyampaikan alternatif judulnama produkjasa yang dapat dipilih peserta, Guru menyampaikan ruang lingkup standar kompetensi yang akan dipelajari oleh peserta didik dalam setiap judulnama produkjasa, Guru menyusun dan menetapkan pedoman penilaian kompetensi sesuai dengan judul project work, dan Guru memfasilitasi bimbingan kepada peserta didik dengan memanfaatkan lembar bimbingan. Adapun model pembelajaran berbasis proyek ini kegiatan bagi peserta didik adalah: Peserta didik memilih salah satu judulnama produkjasa, Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif | 261 Peserta didik menyusun proposalrencana dengan lay out sebagai berikut: latar belakang, keunggulan dan fungsi produk atau jasa, sketsa atau gambar kerja jika diperlukan, sebaiknya ada, bahan, fasilitas atau peralatan, proses produksi sistematika kerja, rencana anggaran, sasaran pasar atau pengguna, jadwal pelaksanaan kerja. Selanjutnya peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan proses produksi sistematika kerja yang telah direncanakan. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam proposal, dengan bimbingan dan pengawasan. Proses ini menekankan pada pencapaian standar kompetensi yang dibuktikan dengan bukti belajar learning evidence dan diorganisir dalam portofolio sebagai bahan verifikasi. Peserta didik mengorganisasikan bukti belajar evidence sebagai portfolio, mereka melaksanakan kegiatan kulminasi, dan akhirnya peserta didik menyusun laporan sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh. CONTEXTUAL TEACHING LEARNING Pembelajaranpengajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang 262 | Modul Fikih community masyarakat belajar, authentic assessment penilaian autentik, modelling pemodelan, dan reflection refleksi. DISCOVERY LEARNING Disebut juga metode penemuan. Metode discovery adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses dalam rangka penemuan sesuatu yang menjadi target pembelajaran. Menurut Sund dalam Sudirman, 1992, metode penemuan adalah proses mental dan dalam proses ini individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Pembelajaran model discovery harus mencakup pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses belajar penemuan. INQUIRY LEARNING Bruce Marsha 1986: 56 menyebutnya dengan istilah Inquiry training. Model pembelajaran ini diarahkan untuk membangun kemandirian peserta didik. Karenanya, metode ini membutuhkan keterlibatan aktif peserta didik dalam pencarian ilmiah. Peserta didik sebisa mungkin dibawa dalam suasana bergairah dan fokus. Di samping itu, pembelajaran ini bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan intelektual yang terkait dengan penalaran sehingga mampu merumuskan masalah, membangn konsep dan hipotesis serta menguji untuk mencari jawaban. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah: 1 Langkah 1 : Mengidentifikasi masalah. 2 Langkah 2 : Mengumpulkan informasi yang dilihat dan dialami terkait dengan masalah. 3 Langkah 3: mengelompokkan data memisahkan variabel-variabel yang relevan, dan membuat hipotesis tentang hubungan penyebab. 4 Langkah 4: mengorganisasikan dan memformulasikan suatu paparan 5 Langkah 5: menganalisis strategi inquiry dan mengembangkan model yang lebih efektif. Sebenarnya model pembelajaran discovery dan inquiry biasanya disebut secara berdampingan, yakni pembelajaran discovery-inquiry penemuan dan pencarian. Moh. Amin Sudirman, 1992 menjelaskan bahwa pengajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses- proses discovery. Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif | 263 mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Model pembelajaran discovery-inquiry memiliki kelebihan, dan kelemahan yakni: Kelebihan metode penemuandiscovery-inquiry : 1 Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak. 2 Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik. 3 Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada siutuasi-situasi proses belajar yang baru. 4 Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. 5 Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tida hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. 6 Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya 9tahan lama dalam ingatan menjadi lebih baik. Kekurangan metode penemuandiscovery-inquiry : 1 Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan. 2 Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi ceramah. 3 Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah. 4 Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak kelas besar dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.. [][] 264 | Modul Fikih BAGIAN II: BAGAIMANA MENATA RUANG KELAS PEMBELAJARAN AKTIF?

A. PENGANTAR

Pengorganisasian kelas sangat penting dan sangat menunjang kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar. Pada umumnya, pengorganisasian kelas di sekolah dasar belum mendapat perhatian yang serius dari guru sehingga kelas masih ditata secara klasikalsearah. Padahal penataan kelas tersebut cenderung mengarahkanguru untuk mengajar satu arah sehingga kepentingan siswa terabaikan. Untuk mengembangkan pembelajaran aktif sangat diperlukan penataan lingkungan kelas yang fleksibel. Kegiatan ini akan mengajak peserta untuk dapat menata kelas sehingga menjadi bermakna, menarik, indah, bersih ,nyaman dan memberi keleluasaan bagi siswa dan guru untuk bergerak, berinteraksi, mengambil dan mengembalikan peralatan, serta memudahkan guru untuk memberikan layanan individu yang memperhatikan kesehatan perkembangan pertumbuhan siswa.

B. TUJUAN PELATIHAN

Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta mampu menata ruang kelas yang bermakna meja dan tempat duduk siswa, pustaka kelas, peralatan belajar, tempat karya siswa, sehingga memudahkan mereka berinteraksi dan melakukan berbagai kegiatan

C. LEMBAR KERJA

Susunlah bersama anggota kelompok anda model – model penataan kelas yang menunjang pembelajaran PAIKEM, dengan jumlah siswa bervariasi jumlah kelas kecil, sedang dan besar dengan denah dan model yang digambar pada kertas plano yang telah disediakan LK-4. Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif | 265

D. BAHAN BACAAN PESERTA

MENATA KELAS PEMBELAJARAN AKTIF YANG DINAMIS DAN VARIATIF Peserta didik muridsiswasantri dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan beragam, ada yang memiliki tingkat kepandaian yang tinggi, sedang, dan kurang. Menurut pandangan psikologi pendidikan, sebenarnya tidak ada peserta didik yang pandai atau bodoh, yang lebih tepat adalah peserta didik dengan kemampuan lambat atau cepat dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi peserta didik satu memerlukan dua kali pertemuan untuk memahami isinya, namun bagi peserta didik lain perlu empat kali pertemuan atau lebih untuk dapat menyerapnya. Karena itu, guru perlu mengatur kapan peserta didik bekerja secara perorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal. Jika harus dibentuk kelompok, kapan peserta didik dikelompokan berdasarkan kemampuannya sehinga ia dapat berkonsentrasi membantu peserta didik yang kurang, dan kapan peserta didik dikelompokkan secara campuran berbagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya peer teaching. Dalam kerangka mewujudkan desain belajar siswa maka pengaturan ruang kelas dan siswa setting kelas merupakan tahap yang penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Karena itu, kursi, meja dan ruang belajar perlu ditata sedemikian rupa sehinga dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, yakni memungkinkan hal-hal sebagai berikut: Mobilitas: peserta didik ke bagian lain dalam kelas. Aksebilitas: peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia. Komunikasi: peserta didik mudah berkomunikasi secara intensif kepada seluruh teman di kelas. Interaksi: memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik. Interaksi yang tercipta berupa interaksi multi-arah. Dinamika : kelas dinamis, dibuktikan dengan dinamika kelompok, dinamika individu, dan dinamika pembelajaran. Variasi kerja peserta didik: memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok. Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satu bentuk ruang yang kelas yang mutlak ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas perlu dirancang yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif. Ada setidaknya 10 sepuluh macam formasi kelas dalam kerangka mendukung penerapan pembelajaran aktif Depag RI, 2003. Setting atau formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas. Jika Anda memilih melakukannya, mintalah siswa 266 | Modul Fikih untuk membantu memindahkan meja kursi. Hal itu juga membuat mereka ”aktif”. Tata- letak fisik kelas pada umumnya sifatnya sementara ”tentatif”, fleksibel dan realistis. Artinya guru dapat saja mengadakan perubahan setiap saat sesuai dengan keperluan dan kesesuaian dengan materi ajarnya. Jika meubeler meja atau kursi yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang diinginkan pendidik. Formasi Huruf U Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat guru danatau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. Guru dapat menyusun meja dan kursi dalam format U sebagai berikut: Selain model di atas, formasi U berikut ini memungkinkan kelompok kecil yang terdiri dari tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah. Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif | 267 Formasi Corak Tim Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan peserta didik untuk melakukan interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi- kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau layar. Atau guru dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada peserta didik yang membelakangi papan tulis. Meja Konferensi. Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran penting peserta didik.