TUJUAN PELATIHAN LEMBAR KERJA BAHAN BACAAN PESERTA
Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif |
267
Formasi Corak Tim
Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan peserta didik untuk melakukan interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi-
kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan
ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau layar.
Atau guru dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada peserta didik yang membelakangi papan tulis.
Meja Konferensi.
Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran penting peserta didik.
268 |
Modul Fikih
Jika guru duduk di tengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa tertutup seperti tampak pada gambar berikut:
Guru dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan beberapa meja kecil di tengahnya biasanya kosong seperti tampak
pada gambar berikut:
Formasi Lingkaran.
Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk
diskusi kelompok penuh.
Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif |
269
Jika guru menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang peserta didik. Guru
dapat menyuruh peserta didik memutar kursi-kursinya melingkar ketika guru menginginkan diskusi kelompok.
Kelompok untuk Kelompok.
Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari kreatifitas kelompok. Guru dapat
meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
Tempat Kerja Workstation.
Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas seperti mengoperasikan komputer, mesin,
270 |
Modul Fikih
melakukan kerja laborat tepat setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong patner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama.
Pengelompokan Terpisah Breakout groupings.
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan
pada tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hendaknya dihindari
penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas, sehingga hubungan diantara peserta didik sulit dijaga.
Susunan Chevron.
Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untuk melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik tiga puluh atau lebih dan hanya tersedia
beberapa meja, barangkali guru perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih
memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah., seperti tampak pada gambar
berikut:
Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif |
271
Kelas Tradisional.
Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja kursi, guru dapat mencoba mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan
memungkinkan penggunan teman belajar. Guru dapat mencoba membuat nomor genap dari baris-baris ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan
peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka
pada baris berikutnya.
Format atau setting kelas ini banyak digunakan di lembaga pendidikan manapun karena paling mudah dan sederhana. Tetapi secara psikologis, bila digunakan sepanjang
masa tanpa variasi format lain akan berpengaruh terhadap gape psikologis peserta didik seperti merasa minder, takut dan tidak terbuka dengan teman, karena sesama peserta
didik tidak pernah saling berhadapan face to face dan hanya melihat punggung temannya sepanjang tahun dalam belajar. Meskipun demikian tidak berarti format kelas
seperti ini tidak bisa digunakan untuk pembelajaran aktif, tentu hal ini tergantung bagaimana guru menciptakan suasana belajar aktif dengan strategi yang tepat. Berikut ini
tampak gambar formasi kelas tradisional:
AuditoriumAula.
Formasi auditorium atau aula merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas
untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi kebosanan peserta didik yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional
tradisional. Jika sebuah kelas tempat duduk dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka guru dapat membuat bentuk pembelajaran ala auditorium untuk dapat membuat
hubungan lebih erat dan memudahkan peserta didik melihat guru.
272 |
Modul Fikih
Demikian beberapa alternatif setting kelas terkait formasi meja dan kursi serta ruang belajar yang dapat dipilih guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran di
kelas. Formasi yang digambarkan di depan bukan merupakan bentuk yang paten dalam arti tidak dapat dirubah, tetapi bersifat fleksibel dan sangat mungkin dilakukan modifikasi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Disamping formasi kursi dan meja, setting kelas juga terkait dengan penempatan pajangan hasil karya, portofolio peserta didik, pojok baca, tugas sarapan pagi, dan
sejenisnya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya menciptakan suasana yang mengesankan dan mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam praktik pembelajaran dan pengelolaan kelas classroom management di Indonesia, sejak tahun 2006, beberapa lembaga pendidikan telah menerapkan inovasi
baru yakni model pembelajaran moving class. Menurut Aisyah 2007, moving class adalah suatu model pembelajaran dimana siswa berpindah dari kelas yang satu ke kelas
lain pada setiap kali pergantian pelajaran, sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang harus ditempuh pada hari tersebut. Sedangkan Preslysia 2007 mengartikan moving
class sebagai sistem belajar mengajar bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Lihat:http: isrona. wordpress.com2007 movingclass disekolah
berstandar global. Sunarto, seorang praktisi pendidikan yang telah mengelola model ini selama kurang lebih dua tahun mengatakan bahwa moving class adalah pola
perpindahan kelas rombongan belajar dari ruangan mapel satu ke ruangan mapel lainnya atau ke suatu lingkungan belajar yang dilaksanakan pada setiap pergantian
pelajaran dengan posisi guru berada pada ruangan mapel atau lingkungan belajar yang menjadi tanggung jawabnya Sunarto, 2007:6. Moving class bertujuan untuk
menciptakan susana pembelajaran yang dinamis dan kondusif bagi peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Lebih dari itu, dalam kerangka penerapan strategi pembelajaran aktif dengan segala variasinya, guru juga sangat dianjurkan melaksanakan proses pembelajaran di luar
kelas atau lingkungan tertentu seperti out door atau outbond dalam konteks masih relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan. [].
Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif |
273
BAGIAN III:
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
Penarapan strategi pembelajaran aktif mengubah pengertian Belajar, pembelajaran, dan kelas. Belajar adalah proses bagi peserta didik dalam membangun
gagasan atau pemahaman sendiri. Pembelajaran adalah guru berperan serta dengan si pembelajar siswa dalam membangun makna di dalam kelas. Konsep kelas
pembelajaran aktif tidak hanya berarti ruang persegi panjang untuk mengadakan proses pertemuan antara guru dan siswa dalam, tetapi di manapun proses pertemuan antara
guru dan siswa dalam suasana pembelajaran itu terjadi, maka hal itu bisa disebut kelas. Maka kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk melakukan proses belajarnya secara mudah, lancar dan termotivasi. Karena itu pula, suasana belajar yang diciptakan guru seharusnya melibatkan peserta didik secara
aktif, misalnya mengamati, meneliti, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan, mencari contoh, dan bentuk-bentuk keterlibatan sejenis lainnya.
Di samping itu, gurupendidik sebagai ujung tombak pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip dalam kerangka meningkatkan motivasi belajar dan
prestasi peserta didik, yaitu: 1.
Keseimbangan antara reward dan punishment 2.
Kebermaknaan meaningful 3.
Penguasaan keterampilan prasyarat 4.
Penggunaan model 5.
Komunikasi yang bersifat terbuka 6.
Pemberian tugas yang menantang 7.
Latihan yang tepat 8.
Penilaian tugas 9.
Penciptaan kondisi yang menyenangkan 10.
Keragaman pendekatan 11.
Mengembangkan beragam kemampuan 12.
Melibatkan indera sebanyak-banyaknya
274 |
Modul Fikih
Pembelajaran aktif active learning hanya bisa terjadi bila ada partisipasi aktif peserta didik. Demikian juga peran serta aktif peserta didik tidak akan terjadi bilamana
guru tidak aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Ada berbagai cara untuk melakukan proses pembelajaran yang memicu dan melibatkan peran serta aktif peserta
didik dan mengasah ranah kognitif, afektif, psikomotorik dan ranah imaniah- transendental. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, ketrampilan, dan
sikap serta perilaku positif dan terpuji akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri peserta didik. Hal ini akan terwujud bila peserta didik dikondisikan sedemikian rupa
sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat memotivasi mereka untuk berpikir, bekerja dan merasa serta mengamalkan kesalehan dalam kehidupan nyata.
Untuk memaksimalkan pencapaian visi dan misi serta tujuan satuan pendidikan madrasahsekolah, maka tidak boleh tidak, pendekatan pembiasaan dan keteladanan
harus didesain secara sengaja, terencana dan dilaksanakan serta dievaluasi secara kontinyu, istiqomah terintegrasi dalam seluruh waktu dan kegiatan mulai sebelum jam
pertama pembelajaran hingga purna pelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Berikut ini akan disajikan beberapa model strategi pembelajaran aktif Active learning sebagai alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan
peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Guru diharapkan dapat melakukan pengembangan, modifikasi, improvisasi atau mencari strategi atau metode lain yang
dipandang lebih tepat. Karena pada dasarnya tidak ada strategi yang paling idealbaik. Masing-masing strategi memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Hal ini sangat
tergantung pada beberapa faktor, seperti tujuan yang hendak dicapai, pengguna strategi guru, ketersediaan fasilitas, kondisi peserta didik dan kondisi lainnya. Dengan satu
catatan, aplikasi strategi pembelajaran aktif harus bersifat variatif. Sekian banyak model strategi pembelajaran aktif seharusnya tidak diterapkan secara tunggal, melainkan harus
dikombinasi antara satu strategi dengan strategi lainnya. Kombinasi dua strategi atau lebih ini sangat menopang ketuntasan pencapaian tujuan optimal. Pemilihan dua atau
lebih strategi dalam satu proses pembelajaran harus melihat dan mencermati Kompetensi Dasar disampaikan. Disamping itu, kombinasi dua strategi atau lebih ini sangat sesuai
dengan prinsip dasar pembelajaran, yakni, pembelajaran serba variasi. Proses pembelajaran harus menggunakan variasi metode, variasi strategi, variasi media, dan
variasi sumber belajar.
Paparan berikut merupakan penjelasan mengenai langkah-langkah aplikasi tiap strategi atau model dari berbagai strategimetode tersebut di atas. Oleh karena itu,
bagaimana bentuk kombinasi variasi strategimodel ada pada guru. Guru dituntut mampu melakukan kreatifitas dalam menggabung antara satu strategi dengan strategi lain
disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan disajikan dikelas.
Apa dan Mengapa Strategi Pembelajaran Aktif |
275