pengeluaran biaya yang lebih kecil pada tahun ke-10, sehingga keuntungan ditahun ke-10 menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Adapun laba pada tahun ke-10 sebesar Rp 27.037.373 dan merupakan laba
terbesar yang diperoleh selama usaha. Sedangkan pada tahun ke-1 mengalami kerugian sebesar Rp 28.017.200, hal ini dikarenakan pada tahun pertama
penerimaan yang diperoleh dari pengusahaan pembenihan ikan gurami lebih kecil dari pada pengeluaran yang dikeluarkan untuk kegiatan operasionalnya.
7.3. Perbandingan Hasil Analisis Finansial dari Dua Skenario Pengusahaan Ikan Gurami
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial dengan menggunakan empat kriteria investasi yaitu, NPV, Net BC, IRR dan payback period dari kedua
pengusahaan, maka pembenihan yang paling layak untuk dijalankan. Adapun perbandingan hasil analisis finansial kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Perbandingan Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Ikan Gurami
pada Kedua Skenario
No Kriteria Kelayakan Pembesaran
Pembenihan
1 NPV
Rp 17.736.295 Rp 28.775.051
2 Net BC
1,3 2,3
3 IRR
20 44
4 Payback Period
8,1 tahun 1,7 tahun
Berdasarkan Tabel 18 dapat terlihat bahwa nilai NPV pada pengusahaan pembenihan lebih basar dari pada pembesaran, yaitu Rp 28.775.051 untuk
pengusahaan pembenihan, sedangkan pada pembesaran hanya sebesar Rp 17.736.295. Nilai Net BC yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan lebih
besar yaitu 2,3, sedangkan pada pengusahaan pembesaran sebesar 1,3. dari nilai IRR yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan sebesar 44 persen, sedagkan
pengusahaan pembesaran nilai IRR yang diperoleh hanya 20 persen. Nilai payback period dari pengusahaan pembenihan 1,7 tahun, sedangkan pada
pengusahaan pembesaran hasil payback period hanya 8,1 tahun.
7.4. Analisis Sensitivitas Switching Value
Analisis switching value ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan karena adanya perubahan harga jual output produksi, harga pakan, dan harga
pembelian benih. Perubahan kriteria yang diamati adalah perubahan nilai NPV, Net BC dan IRR. Hasil analisis sensitivitas ini dapat dilihat di Lampiran 11
sampai Lampiran 15.
7.4.1. Analisis Sensitivitas Switching Value Pengusahaan Pembesaran Ikan
Gurami
Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan atas dasar perhitungan cash flow. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap input produkai
utama yaitu, kenaikan harga pakan pelet, kenaikan harga benih dan perhitungan yang dilakukan terhadap penuruan harga jual, maka diperoleh hasil yang dapat
dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19.
Hasil Perhitungan Analisis Switching Value Pengusahaan Pembesaran Ikan Gurami
Variabel Persentase
Kenaikan Harga Pakan Pelet 7,1
Kenaikan Harga Benih 10,2
Penurunan Harga Jual output 3,2
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa batas maksimal kenaikan harga pakan pelet sebesar 7,1 persen. Hal ini berarti pengusahaan pembesaran ikan
gurami masih layak dilaksanakan, akan tetapi apabila kenaikan harga pakan pelet lebih dari 7,1 persen maka usaha pembesaran ikan gurami menjadi tidak layak
untuk dilaksanakan. Kenaikan harga benih ikan gurami sebesar 10,2 persen adalah batas
maksimal dari pengusahaan pembesaran ikan gurami. Pengusahaan ikan gurami masih layak untuk dilaksanakan pada batas kenaikan harga benih sebesar 10,2
persen. Bila terjadi kenaikan harga benih diatas 10,2 persen maka pengusahaan pembesaran ikan gurami tidak layak untuk dilaksanakan.
Penurunan harga jual output produksi ikan gurami tidak boleh melebihi 3,2 persen. Bila terjadi penurunan harga jual ikan gurami diatas 3,2 persen maka
usaha pembesaran ikan gurami tidak layak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan hasil analisis switching value yang dapat dilihat pada Tabel 19 menunjukan bahwa pengusahaan pembesaran ikan gurami sangat peka
terhadap penurunan harga jual output produksi ikan gurami. Sedangkan untuk kenaikan harga menunjukan bahwa pengusahaan pembesaran ikan gurami tidak
terlalu peka.
7.4.2. Analisis Sensitivitas Switching Value Pengusahaan Pembenihan Ikan
Gurami
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap input produkai utama yaitu, kenaikan harga pakan benih berupa pelet halus dan cacing sutra, serta
penurunan harga jual ouput produksi benih ikan gurami, maka diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil perhitungan Switching Value Pengusahaan Pembenihan Ikan
Gurami
Variabel Persentase
Kenaikan Harga Pakan 62
Penurunan Harga Jual output 2,5
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa batas maksimal kenaikan harga pakan yang berupa pelet halus dan cacing sutra sebesar 62 persen. Hal ini berarti
pembenihan ikan gurami masih layak dilaksanakan, akan tetapi apabila kenaikan harga pakan pelet lebih dari 62 persen maka pengusahaan pembenihan ikan
gurami menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Penurunan harga jual output produksi berupa benih ikan gurami tidak
boleh melebihi 2,5 persen. Bila terjadi penurunan harga jual benih ikan gurami diatas 2,5 persen maka pengusahaan pembenihan ikan gurami tidak layak untuk
dilaksanakan. Hasil analisis switching value yang dapat dilihat pada Tabel 20
menunjukan bahwa pengusahaan pembenihan ikan gurami sangat peka terhadap penurunan harga jual output produksi yang berupa benih ikan gurami, sehingga
perubahan variabel tersebut akan sangat mempengaruhi kegiatan pengusahaan pembenihan ikan gurami.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1
Berdasarkan hasil analisis aspek teknis, pengusahaan pembenihan maupun pembesaran ikan gurami layak untuk dilaksanakan karena Mekar Tambak Sari
telah mempertimbangkan hal-hal yang dianggap penting dalam pengusahaan ikan gurami dan tidak ada teknologi yang sulit untuk dilakukan sehingga dapat
memberikan kemudahan dalam kegiatan usaha. Berdasarkan hasil analisis aspek pasar pengusahaan ikan gurami layak untuk dilakukan, karena adanya
permintaan pasar. Hasil analisis aspek manajemen dan Hukum menunjukan bahwa pengusahaan ikan gurami layak untuk dilakukan karena mempunyai
sistem manajemen yang jelas dan merupakan perusahaan perorangan. Berdasarkan hasil analisis aspek sosial dan ekonomi, pengusahaan ikan
gurami layak untuk dilakukan karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan memberikan kontribusi besar bagi masyarakat yang
berupa keamanan dan infrastruktur jalan. Berdasarkan hasil analisis aspek lingkungan pengusahaan ikan gurami tidak berdampak buruk bagi lingkungan
sehingga layak untuk dijalankan. 2
Hasil analisis aspek finansial dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi dari pengusahaan pembesaran dan pembenihan ikan gurami,
menunjukkan bahwa kedua pengusahaan layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan hasil analisis menunjukan nilai NPV lebih besar dari nol, nilai Net
BC lebih besar dari satu, nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang ditentukan, dan PP lebih kecil dari umur usaha.
3 Hasil analisis sensitivitas switching value dengan tiga variabel yaitu, kenaikan
harga pakan, kenaikan harga benih dan penurunan harga output produksi yang berupa benih dan ikan gurami, menunjukan bahwa pengusahaan pembenihan
ikan gurami lebih sensitif terhadap penurunan harga jual benih ikan gurami dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan gurami.
8.2. Saran