Konsep Pembelajaran LANDASAN TEORI
royong”. Pada sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada
unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur
model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif Anita Lie, 2008.
Raharjo 2007 mengartikan cooperative sebagai bentuk kerja sama dalam
mencapai tujuan bersama. Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan
sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata sehingga dalam bekerja secara bersama- sama di antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi,
produktivitas, dan hasil belajar. Kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan
bagi seluruh anggota kelompoknya. Belajar kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama
untuk mengoptimalkan proses belajarnya. Menurut Slavin, 2008, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam
satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa
bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari sesuatu
dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1 Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif; 2 Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3 Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri
dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang
berbeda pula: 4Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Menurut Lie 2008 menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan kelas model cooperative learning, yaitu pengelompokan, semangat gotong royong, dan penataan ruang kelas. Ibrahim dkk.
2000 menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1 siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka
sehidup sepenanggungan bersama; 2 siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya; 3 siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama; 4 siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; 5 Siswa akan
dikenakan evaluasi atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok; 6 siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses pembelajaran; 7 Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Menurut Johnson 1989 dalam Lie 2008 suasana belajar cooperative learning
menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh
dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Sementara Richard 2008 menyatakan struktur tujuan kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan
yang ingin dicapai oleh kelompok belajarnya. Maka dari itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa dalam
situasi cooperative learning dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama,
dan mereka
harus mengoordinasikan
usahanya untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: 1
meningkatkan hasil akademik; 2 toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman; 3 untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Nurhadi 2004 menyebutkan adanya beberapa keuntungan metode pembelajaran
kooperatif, antara lain:1 meningkatkan kepekaan, dan kesetiakawanan sosial; 2 kreasi, dan perilaku sosial; 3 menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau
egois; 4 membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa; 5 meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; 6 meningkatkan
kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif; 7 meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik;
8 meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnik, kelas sosial, dan agama.