Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

1.1. Latar Belakang Masalah

Sesungguhnya pendidikan yang utama bagi anak berada di rumah bersama orang tua. Indikatornya adalah orang tua merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya, orang tua merupakan orang yang pertama berinteraksi dengan anak sebelum mereka berinteraksi dengan orang lain, dan lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat micro system yang berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Gunarsa 2000, menyatakan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak, baik dalam organis-psikologis, antara lain pemberian makanan, kebutuhan akan perkembangan intelektual, perawatan, dan asuhan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gerber dan Ware dalam Djamarah, 2008, menyebutkan bahwa semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi juga IQ anak. Hurlock 1978, menyatakan bahwa ada 10 sumbangan yang dapat diberikan oleh keluarga orang tua kepada anak, yaitu: 1 perasaan aman, 2 pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis, 3 sumber kasih sayang dan penerimaan, 4 model perilaku yang disetujui guna belajar menjadi sosial, 5 bimbingan dalam pengembangan pola perilaku yang disetujui secara sosial, 6 bantuan dalam pemecahan masalah anak, 7 bimbingan dan bantuan dalam mempelajari kecakapan motorik, verbal, dan sosial yang diperlukan untuk penyesuaian, 8 perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan kehidupan sosial, 9 bantuan dalam menetapkan aspirasi yang sesuai minat dan kemampuan, dan 10 sumber persahabatan sampai mereka cukup besar untuk mendapatkan teman di luar rumah. Fenomena yang banyak terjadi pada saat ini ialah banyaknya orang tua yang menuntut anak agar mendapatkan prestasi akademik yang tinggi. Hal ini menjadi kendala bagi anak apabila pelajaran yang diterimanya itu sulit untuk dipahami mungkin karena proses belajar mengajar tersebut kurang menarik, membosankan, dan materi yang diajarkan bersifat monoton, sehingga tidak jarang anak menjadi underachiever yaitu memperoleh prestasi dibawah kemampuan intelektual yang ia miliki. Untuk dapat membuat proses belajar lebih menarik dan dapat dilakukan di mana saja dapat dilakukan dengan salah satu cara, yaitu dengan menggunakan teori kecerdasan majemuk. Menurut Lazear 2000, kecerdasan majemuk merupakan perkembangan mutakhir dalam bidang inteligensi yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan jalur-jalur yang digunakan oleh manusia untuk menjadi cerdas. Menurut Gardner 1999, kecerdasan majemuk adalah sebuah penilaian secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Teori kecerdasan majemuk memberikan cara melihat gambaran lengkap potensi anak sehingga kemampuan mereka yang terabaikan pun akan dihargai dan dikembangankan Armstrong, 2005. Menurut Suharsono 2004, dengan menggunakan kecerdasan majemuk maka fungsi otak kiri memiliki kemampuan dan potensi memecahkan masalah, sedangkan otak kanan memiliki kemampuan untuk merespons hal-hal yang bersifat kualitatif, artistik, dan abstrak. Kebanyakan siswa hanya menggunakan otak kiri saja ketika sedang belajar dan jarang sekali melibatkan otak kanan dalam proses belajar sehingga hasil yang didapat pun tidak begitu optimal. Menurut Jasmine dalam Sujiono dan Sujiono, 2010, pembelajaran dengan kecerdasan majemuk sangatlah penting untuk mengutamakan perbedaan individual pada anak. Implikasi dari teori kecerdasan majemuk dalam proses pendidikan dan pembelajaran adalah bahwa pengajar perlu memperhatikan modalitas kecerdasan dengan cara menggunakan berbagai strategi dan pendekatan. Tujuan dari teori kecerdasan majemuk ialah siswa dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Hal ini karena kecerdasan majemuk memiliki metode discovering ability, yaitu proses menemukan kemampuan seseorang Chatib, 2010. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Untuk menemukan kecerdasannya anak perlu dibantu oleh lingkungannya, baik orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan. Dalam aspek pendidikan, kecerdasan majemuk dapat diterapkan dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas, sedangkan bagi siswa penerapan kecerdasan majemuk dalam proses belajar siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya. Sementara bagi orang tua dan masyarakat, penggunaan kecerdasan majemuk dapat meningkatkan proses belajar dan mengajar karena setiap aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat Susanto, dalam Soefandi Pramudya, 2009. Menurut Armstrong dalam Musfiroh, 2008, salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan majemuk ialah sejarah hidup pribadi, termasuk di dalamnya adalah pengalaman-pengalaman bersosialisasi dan hidup dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang lain, baik yang membangkitkan kecerdasan maupun yang menghambat perkembangan kecerdasan. Menurut Kohn dalam Muallifah, 2009, pola asuh merupakan cara orang tua berinteraksi dengan anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, serta tanggapan orang tua terhadap setiap perilaku anak. Baumrind dalam Papalia dkk, 2010, menyatakan bahwa terdapat tiga macam pola asuh orang tua yang menggambarkan pola perilaku umum dari anak yang dibesarkan dengan masing-masing cara pengasuhan. Pola asuh tersebut, yaitu pola asuh otoritarian authoritarian, otoritatif authoritative, dan permisif permissive. Menurut Baumrind, pola asuh otoritarian adalah gaya yang membatasi dan menghukum, di mana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka, sedangkan pola asuh permisif adalah gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka, sementara pola asuh otoritatif adalah mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka dalam Santrock, 2007. Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai kecerdasan majemuk, menurut Tientje 2010, terdapat enam komponen yang diharapkan dapat bekerja sama serta berinteraksi dengan baik, yaitu peran guru, peran orang tua, materi pelajaran, metode pengajaran, lingkungan kelas, dan peran anak. Dalam penelitian ini variabel tambahan yang digunakan adalah jenis kelamin, usia, pekerjaan orang tua, dan kegiatan ekstrakurikuler.

1.2. Pembatasan Masalah