Tinjauan Pustaka Metodelogi Penelitian

28 BAB II LANDASAN TEORITIS TEROR, TERORISME, TERORIS

A. Terorisme 1. Definisi Terorisme

Jika kita berbicara tentang terorisme, maka hal ini sangat erat kaitannya dengan keamanan bagi suatu Negara. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme, bahwa terorisme adalah perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan Negara dengan membahayakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda dan kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror atau rasa takut terhadap orang-orang secara meluas, sehingga terjadi kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis, kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral, peradaban, rahasia Negara, kebudayaan, pendidikan, perekonomian, ideologi, perindustrian, fasilitas umum, atau fasilitas internasional. 37 Sedangkan pendapat lain menjelaskan definisi terorisme adalah fenomena dalam masyarakat demokratis dan liberal atau masyarakat yang menuju transisi kesana. Terorisme termasuk ke dalam kekerasan politis political violence, seperti: kerusuhan, hura-hura, pemberontakan, revolusi, perang saudara, geriliya, 37 Abdul Wahid, dkk, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan Hukum Bandung: PT. Rafika Aditama, 2004 h. 29-30. 29 pembantaian, dan lain-lain. Terorisme politis memiliki karakteristik sebagai berikut: 38 1 merupakan intimidasi yang memaksa; 2 memakai pembunuhan dan penghancuran secara sistematis sebagai sarana untuk suatu tujuan tertentu; 3 korban bukan tujuan, melainkan sarana untuk menciptakan perang urat syaraf, yakni “bunuh satu orang menakuti seribu orang”; 4 target aksi teror dipilih, bekerja secara rahasia, namun tujuannya adalah publisitas; 5 pesan aksi itu cukup jelas, meski pelaku tidak selalu menyatakan diri secara personal; 6 para pelaku kebanyakan dimotivasi oleh idealisme yang cukup keras, misalnya “berjuang demi agama dan kemanusiaan”. 39 Sedangkan menurut Dr. Hafid Abbas dalam bukunya Beyond Terrorism yang dikutip dalam skripsi I Wayan Wirawan menjelaskan definisi Terorisme menurut Federal Bureau of Investigation FBI adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau properti untuk mengintimidasi atau menekan suatu pemerintahan, masyarakat sipil atau bagian-bagiannya untuk memaksakan tujuan sosial atau politik. 40 Selain itu, menurut Flemming dan Stohl dalam buku Cyber Terrorism yang ditulis oleh Andrew M. Colaric menyatakan: “Terrorism is an act and must be defined as such”. It is the intentional act of inflicting fear in an individual, group, andor society with the intent to influence a wider audience. It is said that there are two basic motivations in life: the pursuit of pleasure and the avoidance of pain. The focus of terrorism 38 Wilkinson, Paul, Terrorism and The Liberal State London: The Macmillan Press Ltd., London, 1977, h. 49 dst. 39 Budi Hardiman, dkk, Terorisme Definisi, Aksi, dan Regulasi Jakarta: Imparsial, 2005, h. 3. 40 I Wayan Wirawan, “Dampak Terorisme Terhadap Bisnis Penerbangan Internasional Studi Kasus Pasca Tragedi WTC 11 September 20 11 di Amerika Serikat”, FISIP Pascasarjana Jurusan Ekonomi Politik Internasional Universitas Indonesia, 2011, h. 25. 30 is to inflict such terror through violence as to make people do anything to avoid the possibility of future pain. In tis respect, a form of control is exercised on unwilling participants. In Title of the United States Code 18 CFR Section 2656fd, terrorism is defined as: The term ‘terrorism’ means premeditated, politically motivated violence perpetrated against non-combatant targets by subnational groups or clandestine agents, usually intended to influence an audience. 41 “Terorisme adalah suatu tindakan dan harus didefiniskan seperti itu”. Ini adalah tindakan yang disengaja untuk menimbulkan ketakutan dalam individu, kelompok, atau masyarakat dengan maksud untuk mempengaruhi khalayak yang lebih luas. Dikatakan bahwa ada dua motivasi dasar dalam kehidupan: mencapai kepuasan dan menghindari penderitaan. Fokus terorisme adalah untuk menimbulkan teror melalui kekerasan agar orang melakukan sesuatu untuk menghindari kemungkinan penderitaan di masa depan. Dalam hal ini, bentuk kontrol dilakukan dengan paksa pada para pastisipan yang sebenarnya tidak mau melakukannya. Menurut Andrew M. Colarik dalam Title of the United States Code 18 CFR Section 2656fd, terorisme didefiniskan sebagai suatu hal yang direncanakan, kekerasan bermotif politik yang dilakukan terhadap sasaran yang tidak bersenjata oleh kelompok-kelompok subnasional atau agen rahasia, biasanya dimaksudkan untuk mepengaruhi masyarakat. Dengan demikian, terorisme dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dapat menimbulkan perasaan takut dan cemas terhadap korbannya. Tindakan yang sengaja dilakukan bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat dengan cara meneror dan menghancurkan sebagai sarana tujuannya. 41 Andrew M. Colarik, Cyber Terrorism United States of America: Idea Group Publishing, 2006, h. 15. 31

2. Kategori Terorisme

Terorisme juga memiliki beberapa kategori, hal ini terlihat dari tujuan dan latar belakang dari kelompok teroris tersebut. Kategori-kategori tersebut dapat dikelompokan menjadi; 1Kelompok yang mengejar tujuan agama, 2 Kelompok yang mengejar tujuan nasional atau Negara, 3 Kelompok yang bertujuan budaya, bahasa, dan daerah, 4 Kelompok yang termasuk dalam gerakan sayap kiri, 5 Kelompok yang termasuk dalam gerakan sayap kanan, 6 Kelompok yang menggunakan terorisme sebagai alat pemerintahan. Religious dissidents will be the first type to be discussed. This discussion will include groups that use terrorist attacks to attempt to achieve their goals in terms of creating religious freedom for their groups or bringing groups that they see as more theologically correct to power. Kelompok yang mengejar tujuan agama adalah kelompok yang menggunakan terorisme untuk mencapai tujuan mereka dalam membuat suatu kebebasan beragama untuk kelompok mereka sendiri atau membawa kelompok yang mereka anggap paling benar untuk dapat berkuasa. Many active terrorist organizations have sought objectives related to a particular ethnic group, or linguistic group, or region of the country. These group seek to liberate themselves and their co-nationals from what they perceive to be a colonial situation or a repressive government. Kelompok yang mengejar tujuan Nasional atau Negara yaitu berbagai organisasi teroris yang aktif untuk berusaha mencapai tujuan yang terkait dengan kelompok etnis tertentu, atau kelompok bahasa, atau wilayah Negara tertentu. Kelompok ini berusaha membebaskan diri mereka dan co-nasional dari apa yang mereka persepsikan menjadi situasi kolonial atau pemerintahan yang represif. Ideologies have also served to define the political objectives of organizations using terror. There have been both lef-wing and right-wing groups that have used terrorist tactics. They will be considered separately in different chapters 32 since the goals and objectives of the two trypes of groups are so dissimilar, even though at times they have shared the goal of destroying the existing states. In many cases they appear in different contexts, with leftist groups opposing one kind of regime or government. However, both groups have at times operated in the same countries, even at the same time, when they have both been opposed to a middle of the road government. Kelompok yang bertujuan budaya, bahasa dan daerah merupakan ideologi yang juga berfungsi untuk menentukan tujuan politik organisasi dengan menggunakan aksi teror. Baik di kelompok sayap kiri maupun kelompok sayap kanan menggunakan taktik teroris. Mereka akan dibagi secara terpisah dalam bagian-bagian yang berbeda karena tujuan dan sasaran dari dua jenis kelompok tersebut sangat berbeda, meskipun terkadang mereka sudah berbagi tujuan untuk menghancurkan Negara-negara tertentu. Dalam berbagai kasus mereka muncul pada konteks yang berbeda dengan kelompok-kelompok sayap kiri yang menentang satu jenis rezim atau pemerintahan. Namun, kedua kelompok telah beroperasi di Negara-negara yang sama, bahkan pada saat yang bersamaan pula, ketika keduanya sedang menentang pemerintahan. The final type of terrorism described in this book is terrorism undertaken essentially by or on behalf of the government. Generally it will involve unofficial groups that use terror to reinforce governmental policies or deal with dissident groups. Governments will frequently use death squads or other such groups to instill fear rather than relying on the police or the armed forces. Kelompok yang menggunakan terorisme sebagai alat pemerintah merupakan pembahasan terakhir pada jenis kelompok terorisme. Kelompok ini pada dasarnya dilakukan oleh atau atas nama pemerintah. Umumnya melibatkan kelompok- kelompok tidak resmi yang menggunakan teror untuk memperkuat kebijakan pemerintah atau berurusan dengan kelompok-kelompok penentang.Pemerintah lebih condong menggunakan tentara yang mematikan atau kelompok-kelompok sejenisnya untuk membuat masyarakat takut daripada mengandalkan polisi atau angkatan bersenjata.