Ukuran dan Harga Python reticulatus yang diperdagangkan
mengindikasikan bahwa Python reticulatus mempunyai tingkat toleransi yang cukup tinggi terhadap manusia. Hal ini berarti Python reticulatus bukan
merupakan satwa yang rentan dan mudah terganggu dengan adanya manusia disekitar mereka. Gangguan hanya dirasakan bila terjadi ekploitasi terhadap satwa
tersebut. Hal ini bisa menjadi keuntungan namun juga kerugian. Keuntungannya adalah Python reticulatus tetap bisa bertahan dalam kondisi yang langsung
bersinggungan secara intensif dengan manusia. Kerugiannya adalah Python reticulatus menjadi semakin mudah ditemukan tingkat perjumpaannya dengan
manusia tinggi. Hal ini bisa menyebabkan semakin banyak tingkat eksploitasi karena manusia akan cenderung menangkapnya jika bertemu, baik karena nilai
ekonominya maupun karena rasa takut manusia itu sendiri. Lokasi pengambilan data karakteristik habitat dilakukan di Kabupaten
Kotawaringin Barat dan Seruyan dengan tipe habitat kebun kelapa sawit. Penangkap yang menjadi narasumber dan melakukan penangkapan di kedua
kabupaten ini seluruhnya berasal dari Kotawaringin Barat. Pemilihan tipe habitat ini didasarkan pada banyaknya pemanenan yang dilakukan di kebun kelapa sawit.
Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan dipilih sebagai lokasi pengambilan data karena pada saat penelitian dilakukan, penangkap yang masih beraktifitas
menangkap ular secara rutin berada di kabupaten ini, di kabupaten lain yang sebelumnya ditentukan pula sebagai titik pengamatan, tidak dijumpai penangkap
yang mendapatkan ular pada saat penelitian ini dilakukan. Bagian yang diukur variabelnya adalah parit tempat jerat dipasang.
Hasil tes normalitas data habitat tangkap dengan menggunakan One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS 19.0 menunjukkan hasil
bahwa data dengan sebaran normal adalah suhu air Asymp. sig 0.458 dan kelembaban udara Asymp. sig 0.305 sedangkan peubah lain mempunyai nilai
Asymp. sig. 0.05 yang berarti sebaran data tidak normal Lampiran 1. T-test dua sampel independen untuk kesamaan rata-rata menghasilkan nilai signifikansi
suhu air 0.211 dan kelembaban udara 0.131 Lampiran 2. Hal ini berarti bahwa suhu air dan kelembaban udara pada habitat ular tertangkap dan habitat ular tidak
tertangkap tidak berbeda nyata.
Peubah lain selain suhu air dianalisis dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov Lampiran 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh
nilai signifikansi 0.05 yang berarti peubah pada habitat ular tertangkap dan habitat ular tidak tertangkap mempunyai nilai rata-rata yang sama. Hal ini berarti
ketinggian tempat, suhu udara, pH air, kedalaman dan lebar parit pada kedua habitat tersebut tidak berbeda nyata.
Berdasarkan hasil kedua analisis terhadap peubah yang diukur tersebut diatas, maka bisa dikatakan bahwa tidak ada perbedaan antara habitat ular
tertangkap dan habitat ular tidak tertangkap. Dengan kata lain, tidak ada preferensi habitat oleh Python reticulatus pada lokasi penelitian dilakukan. Python
reticulatus bisa berada pada keadaan habitat seperti pada lokasi penelitian dilakukan. Tidak adanya ular yang tertangkap pada titik pengamatan mungkin
disebabkan karena pada saat itu tidak ada ular yang melintas pada titik tersebut. Namun kemungkinan pada waktu lain di titik tersebut bisa ditemukan ular.
Ketinggian tempat. Ketinggian tempat habitat tangkap berada antara 25-
51 m dpl Gambar 14. Ketinggian rata-rata adalah 35.45 m dpl.
a b
Gambar 14 Ketinggian tempat titik pengamatan a dan prosentase masing- masing tingkat ketinggian titik pengamatan b.
Menurut Stuebing Inger 1999 Python reticulatus di Kalimantan umumnya bisa ditemukan di hampir seluruh wilayah Kalimantan, yaitu di dataran
4 6
7 25
19 13
1 5
10 15
20 25
30
21-30 31-40 41-50 51-60 Ju
m lah
titi k
p en
g am
atan
rentang ketinggian tempat m dpl ditemukan ular
tidak ditemukan ular 23.5
35.3 41.2
0.0 43.1
32.8 22.4
1.7 0.0
5.0 10.0
15.0 20.0
25.0 30.0
35.0 40.0
45.0 50.0
21-30 31-40
41-50 51-60
P ro
sen tase
rentang ketinggian tempat m dpl ditemukan ular
tidak ditemukan ular
rendah pada ketinggian dibawah 1 000 m dpl. Ini berarti bahwa Python reticulatus mempunyai penyebaran yang cukup luas. Daerah sebaran yang cukup luas
sebenarnya merupakan keuntungan bagi Python reticulatus karena dengan demikian berarti dia mempunyai wilayah yang cukup luas. Semakin luas wilayah
sebaran maka akan lebih baik untuk kelestarian daripada wilayah yang sempit Indrawan et al. 2007; Sinclair et al. 2006; Bennet Saunders 2010. Sebagian
besar wilayah Kalimantan Tengah berada pada ketinggian 25-100 m dpl 42.12 WWF 2008. Hal ini berarti bahwa wilayah sebaran Python reticulatus di
Kalimantan Tengah sebagian besar juga berada pada ketinggian dibawah 100 m dpl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian lokasi penelitian antara 8-51
m dpl, artinya ketinggian tempat lokasi penelitian tidak mempengaruhi ada atau tidak adanya Python reticulatus di lokasi penelitian karena masih berada dalam
rentang ketinggian yang bisa diterima. Keberadaan Python reticulatus pada ketinggian kurang dari 1 000 m dpl kemungkinan berhubungan dengan suhu
lingkungan dimana dia memerlukan suhu yang hangat untuk aktifitasnya. Ketinggian tempat sangat berhubungan dengan suhu. Semakin tinggi tempat
akan diiringi dengan semakin menurunnya suhu udara. Setiap kenaikan 100 m kondisi kering atau 200 m kondisi basah, akan terjadi perubahan suhu
sebanyak 1°C Danielson et al. 2002. Ketika terjadi kenaikan suhu yang melebihi
ambang batas bagi ular, maka akan terjadi migrasi pada daerah yang lebih tinggi untuk mendapatkan suhu yang bisa diterima. Pada kondisi dimana daerah tersebut
tidak memiliki variasi ketinggian, maka bisa menyebabkan terjadinya kematian pada ular karena tidak bisa bermigrasi pada lokasi yang memiliki suhu lebih
optimal.
Suhu udara.
Suhu udara pada titik pengamatan berkisar antara 27 – 30
°C, suhu udara rata-rata adalah 28.65 °C dan titik paling banyak mempunyai suhu udara 28 °C Gambar 15. Suhu udara cenderung lebih tinggi dari suhu air
pada titik pengamatan yang sama.
a b
Gambar 15 Suhu udara pada titik pengamatan a dan prosentase masing-masing tingkat suhu b.
Suhu udara lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi reptil Bickford 2010. Ular merupakan hewan berdarah dingin
yang memerlukan panas tubuh untuk metabolismenya Reinert 1993. Suhu tubuh ular akan dipengaruhi suhu lingkungannya dan panas yang diserap langsung oleh
tubuh ular dari lingkungannya Peterson et al. 1993. Reinert 1993 juga menyatakan bahwa suhu mungkin merupakan salah satu faktor yang penting
dalam pemilihan habitat karena efisiensi pencernaan, kecepatan lokomosi dan kesuksesan reproduksi sangat terpengaruh oleh suhu tubuh, dan suhu tubuh ular
dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Hasil analisis yang menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian ternyata faktor suhu tidak mempengaruhi, kemungkinan
disebabkan karena suhu udara di kedua lokasi relatif sama. Hal ini berarti bahwa suhu udara pada lokasi penelitian masih cocok dengan suhu udara yang diperlukan
Python reticulatus untuk hidup dan beraktifitas. Python reticulatus di Kalimantan selalu menjaga suhu tubuhnya pada 31
C Stuebing Inger 1999. Suhu lingkungan yang paling disukai Python reticulatus
di Kalimantan adalah 29 – 31
C. Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian besar ular 58.9 ditemukan pada kisaran suhu 29-30.9°C. Hal ini membuktikan
bahwa suhu tersebut memang yang paling disukai oleh Python reticulatus.
1 6
8 2
2 27
18 11
5 10
15 20
25 30
27-27.9 28-28.9 29-29.9 30-30.9 Ju
m lah
titi k
p en
g am
atan
Rentang suhu udara ˚C ditemukan ular
tidak ditemukan ular 5.9
35.3 47.1
11.8 3.4
46.6 31.0
19.0
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0 35.0
40.0 45.0
50.0
27-27.9 28-28.9 29-29.9 30-30.9 P
ro se
n ta
se
Rentang suhu udara ˚C ditemukan ular
tidak ditemukan ular