Panenan pada Pengumpul Perantara

keluar. Demikian juga dengan adanya pelaku tata niaga yang hanya menjual dokumen tanpa barang. Setiap lembar kulit yang diperdagangkan secara resmi, akan tercatat oleh otoritas manajemen dan jumlahnya tidak akan mungkin melebihi kuota yang ditentukan. Namun adanya peredaran illegal menyebabkan jumlah kulit yang diedarkan melebihi kuota yang ditentukan. Tata niaga illegal tidak mungkin bisa dihilangkan dengan mudah. Namun dengan pengawasan yang ketat mungkin bisa dikurangi jumlahnya. Adanya tata niaga illegal juga merupakan kerugian bagi daerah tersebut karena sumberdaya alamnya hilang tanpa memberi keuntungan bagi pengelolanya. 5.4. Parameter Demografi 5.4.1 Parameter Demografi pada Penangkap Jumlah seluruh ular yang tertangkap di tingkat penangkap sebanyak 117 ekor yang berasal dari 5 penangkap. Prosentase Python reticulatus jantan yang tertangkap adalah 58.11 dan betina 41.88 dengan sex rasio 1:0.72. Pada setiap penangkap menunjukkan ular jantan cenderung lebih banyak tertangkap dibandingkan betina, kecuali pada penangkap D Gambar 31. Gambar 31 Jumlah Python reticulatus jantan dan betina yang tertangkap pada tingkat penangkap. Berdasarkan hasil penelitian, sex rasio menunjukkan bahwa jantan lebih banyak dari betina. Shine et al. 1998b mendapatkan hasil yang sama pada Python reticulatus yang dipanen di Sumatera yaitu sebagian besar adalah jantan 52. Sebuah penelitian yang dilakukan pada ular jenis Notechis scutatus, Shine 26 23 15 1 3 68 24 10 12 3 49 10 20 30 40 50 60 70 80 A B C D E total Ju m lah u lar t e rtan g kap e ko r Penangkap jantan betina dan Bull 1977 mendapatkan kesimpulan bahwa sex rasionya 1.5:1, yaitu jantan lebih banyak dari betina. Hal ini bisa diartikan bahwa pola sex rasio Python reticulatus yang tertangkap masih mengikuti dan sejalan dengan penelitian lain yang sejenis. Ini bisa jadi mengindikasikan bahwa di lokasi penelitian saat itu, jumlah jantan masih lebih banyak dibandingkan betina. Sex rasio berhubungan dengan sistem perkawinan. Menurut Duval et al. 1993, sistem perkawinan ular bisa poligami, poliandri, poligini maupun monogami. Namun lebih banyak kecenderungan untuk poligini. Menurut Shine 1998, sistem perkawinan Python reticulatus adalah poligini. Pada kondisi sistem perkawinan poligini, jumlah jantan lebih banyak dari betina untuk mendapatkan perkawinan yang optimal hasilnya. Dengan demikian bisa diindikasikan bahwa sex rasio pada tingkat penangkap masih dalam kondisi normal. Apabila Python reticulatus yang tertangkap dikelompokkan menurut kelas umur sesuai dengan pengelompokkan yang dilakukan oleh Shine et al 1999, jumlah Python reticulatus betina dan jantan yang tertangkap sebagian besar adalah kelas umur dewasa Gambar 32 dan 33. Gambar 32 Sebaran kelas umur Python reticulatus betina pada penangkap. 2 2 22 10 12 3 47 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 A B C D E Total Ju m lah u lar t e rtan g kap e ko r Penangkap bayi SVL 110 cm muda SVL 110-235 cm dewasa SVL 235 cm 4 96 Gambar 33 Sebaran kelas umur Python reticulatus jantan pada penangkap. Sex rasio pada kelas umur muda adalah 1:2, sedangkan pada kelas umur dewasa adalah 1:0.70. Berarti ada perbedaan sex rasio antara kelas umur muda dan dewasa dimana pada kelas umur muda, betina lebih banyak daripada jantan. Jumlah betina muda yang tertangkap lebih banyak dari jumlah jantan muda yang tertangkap. Hal yang sama juga didapat pada penelitian di Sumatera yang menunjukkan bahwa pada kelas umur muda, betina lebih banyak dari jantan namun pada kelas umur dewasa jantan lebih banyak dari betina Shine 1999. Berdasarkan ukuran tubuhnya, terdapat perpotongan antara kelas umur betina muda dan jantan dewasa. Artinya bahwa pada ukuran tertentu, betina tersebut masih muda, namun pada ukuran yang sama, pada jantan sudah merupakan jantan dewasa. Shine dan Slip 1990 melakukan penelitian pada spesies lain namun dari kelas yang sama yaitu Chondropython viridis dengan hasil yang menunjukkan bahwa pada kelas umur dewasa, jantan lebih banyak dibandingkan betina, namun tidak menyebutkan sex rasio pada kelas umur muda. Sex rasio dewasa pada penelitian ini sejalan dengan penelitian lain dan sesuai dengan system perkawinan Python reticulatus. Dengan demikian bisa diindikasikan bahwa sex rasio pada kelas umur dewasa masih dalam kondisi normal. Menurut Shine et al. 1999, berdasarkan penelitian di Sumatera, betina muda juvenile mempunyai SVL Snout-Vent Length 1,1 m s.d. 2,35 m dan betina dewasa adult berukuran lebih dari 2,35 m, jantan muda juvenile 1 1 25 23 15 1 3 67 10 20 30 40 50 60 70 80 A B C D E Total Ju m lah u lar t e rtan g kap e ko r Penangkap bayi SVL 110 cm muda SVL 110-210 cm dewasa SVL 210 cm 1 99 mempunyai SVL 1,1 m s.d. 2,1 m dan jantan dewasa adult diatas 2,1 m. Namun ada sedikit jantan dewasa yang ditemukan berukuran 1,6 s.d. 1,8 m. Menurut Mexico 2000, Python reticulatus mencapai usia dewasa pada umur 2-4 tahun, jantan mencapai usia dewasa pada ukuran 2,1 m s.d. 2,7 m dan betina pada ukuran 3,4 m. namun memperkirakan umur ular di alam sangatlah sulit. Sebanyak 99 diantaranya dari seluruh ular jantan yang tertangkap adalah jantan dewasa dan 96 dari seluruh ular betina yang tertangkap adalah betina dewasa. Hasil penelitian Shine et al. 1998b, Python reticulatus yang dipanen di Sumatera pada saat penelitian dilakukan 89 dari jantan yang ditangkap adalah jantan dewasa. Hasil penelitian Shine et al. 1999 yang lain di Sumatera juga menunjukkan bahwa dari seluruh jantan yang tertangkap, 82.08 adalah jantan dewasa, dari seluruh betina yang tertangkap 51.21 adalah betina dewasa dan jantan dewasa berjumlah paling banyak. Kelas umur jantan dewasa yang tertangkap mempunyai prosentase 57.26 dari seluruh ular yang tertangkap, kelas umur betina dewasa 40.17, betina muda 1.71, jantan muda 0.85 dan tidak ada anakan yang tertangkap. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbandingan yang cukup besar antar kelas umur dewasa yang ditangkap dan kelas umur lain. Pada kelas umur dewasa, terjadi penangkapan yang sangat besar atau bisa dikatakan pula tingkat kematian pada kelas umur dewasa jauh lebih besar daripada tingkat kematian pada kelas umur lainnya.. Banyaknya jantan dewasa yang tertangkap juga bisa terjadi karena jantan dewasa berukuran lebih kecil dari betina. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelas umur muda, ular betina lebih banyak yang tertangkap dibanding jantan. Shine et al. 1999 juga menyatakan bahwa pada kelas umur muda, Python reticulatus yang ditangkap di Sumatera lebih banyak betina dibanding jantan. Kemungkinan ini terjadi karena ukuran betina muda ada yang sama dengan ukuran jantan dewasa. Shine et al. 1998a; 1999 menyatakan bahwa banyak Python reticulatus betina muda yang tertangkap berukuran sama dengan jantan dewasa yang tertangkap. Kemungkinan ini bisa terjadi karena pasar menghendaki ukuran minimal dimana pada ukuran tersebut betina masih berusia remaja namun jantan sudah mencapai dewasa. Panenan atau penangkapan yang dilakukan oleh penangkap untuk tata niaga seperti ini berarti kematian mortalitas. Mortalitas yang paling besar sesuai dengan hasil penelitian ini terjadi pada kelas umur jantan dewasa. Mortalitas karena panenan tidak terjadi pada kelas umur bayi. Kelas umur bayi dan muda sangat sedikit karena penangkap menganggap ukuran SVL pada kelas ini masih terlalu kecil dan tidak memberi keuntungan. Keadaan seperti ini memberi nilai positif pada upaya kelestarian karena dengan ditangkapnya ular pada kelas umur tertentu saja, memberikan kesempatan pada kelas umur lain untuk tumbuh dan berkembang hingga mencapai kelas umur yang sesuai untuk dipanen. Pemanenan pada kelas umur dewasa saja belum bisa menjamin adanya kelestarian. Terlalu banyak dewasa yang dipanen bisa menimbulkan berkurangnya produktifitas. Dalam penelitian ini tidak bisa diketahui apakah dewasa yang dipanen adalah dewasa produktif atau tidak produktif. Apabila terlalu banyak betina dewasa yang dipanen, maka peluang terjadinya kelahiran akan semakin menurun dan bisa berdampak pada kelestarian. Terlalu banyak jantan dewasa yang dipanen juga bisa berimbas pada kelestarian. Apalagi bagi satwa yang sistem perkawinannya poligini seperti Python reticulatus dimana jantan harus berjumlah lebih banyak dibanding betina. Menurut informasi dari penangkap di Kabupaten Kotawaringin Barat, sebagian besar ular yang tertangkap pada musim bertelur Juli-September adalah betina dewasa yang sedang mengerami telurnya. Pada keadaan dimana jantan lebih banyak dari betina, penangkapan jantan yang lebih banyak mungkin tidak akan berpengaruh besar pada kelestariannya. Pada keadaan dimana betina dewasa lebih banyak dipanen, mungkin akan berpengaruh pada kelestariannya. Namun kelestarian masih bisa diharapkan dari telur yang menetas meskipun induknya dipanen. Telur yang sedang dierami tidak diambil untuk memberi kesempatan agar telur bisa menetas terjadi natalitas. Akan terjadi masalah jika telur yang ditinggalkan tidak menetas. Telur yang ditinggalkan ini merupakan sasaran biawak untuk makanannya. Apabila telur tersebut dimakan biawak, maka peluang untuk menetas menjadi hilang. Akibatnya tidak terjadi kelahiran. Hal ini akan sangat berdampak pada kelestarian Python reticulatus di alam. Tanpa adanya kelahiran, maka tingkat pertumbuhan populasi akan menurun.