Kabupaten Kapuas KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Pengumpul perantara di Anjir Pulang Pisau mempunyai pekerjaan utama sebagai petani karet dan sawah. Pekerjaan sebagai pengumpul perantara merupakan pekerjaan sampingan. Jenis ular yang diterimanya adalah Python reticulatus dan Python breitensteini yang hanya bisa diperoleh pada bulan Januari-Juni. Satwaliar lain yang diterimanya adalah labi-labi dan biawak yang bisa diterimanya sepanjang tahun. Hal ini terjadi karena pemasok ular hanya bisa menangkap ular pada musim hujan, sedangkan biawak dan labi-labi bisa ditangkap sepanjang tahun. Bentuk yang diterimanya bisa berupa ular hidup maupun kulit. Kadang memasok pula ular hidup dalam ukuran kecil untuk pet. Penangkap yang memasoknya adalah penangkap bukan profesional. Penangkap profesional yang berada didekat tempat tinggalnya langsung menjual pada pengumpul besar untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Pengumpul perantara di Kapuas adalah pengusaha yang bergerak dalam berbagai jenis usaha tata niaga dan pekerjaan sebagai pengumpul perantara kulit ular hanya sebagian dari usahanya. Bentuk yang diterimanya hanya berupa kulit. Penangkap yang memasoknya adalah penangkap bukan profesional di Kuala Kapuas. Sebagian besar berasal petani atau pekerja kebun kelapa sawit. c Pemilik Ijin Resmi Ijin resmi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ijin tangkap dan ijin edar dalam negeri dari otoritas manajemen Balai KSDA. Penangkap yang mempunyai ijin hanya dua perusahaan yaitu satu di Kabupaten Katingan dan satu di Kota Palangkaraya. Pemilik ijin di Kabupaten Katingan merupakan perusahaan yang membawahi penangkap dan pengumpul perantara di Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Katingan, Kuala Kapuas dan Pulang Pisau. Para penangkap dan pengumpul perantara tidak memiliki ijin tangkap. Mereka seolah menginduk pada perusahaan yang mempunyai ijin tangkap tersebut dengan cara menjadi pemasok. Dari kedua perusahaan tersebut, hanya pemilik ijin di Kabupaten Katingan yang benar-benar melakukan penangkapan. Pemilik ijin di Kota Palangkaraya hanya menjual suratadministrasi saja. Selain kedua pemilik ijin di atas, ada pula satu badan usaha yang mengaku memiliki ijin di Kotawaringin Barat, namun menurut data Balai KSDA Kalimantan Tengah, hanya dua badan usaha di atas yang memiliki ijin tangkap dan ijin edar dalam negeri dengan kuota yang sudah terbagi habis untuk keduanya. Badan usaha tersebut pada tahun 2009-2010 tercatat melakukan kegiatan peredaran dalam negeri, namun pada tahun 2011 tidak tercatat adanya aktivitas resmi dari badan usaha tersebut. Tahun 2012 dimana kuota hanya untuk dua pemilik ijin, namun badan usaha tersebut terlihat melakukan aktifitas untuk membeli kulit dari penangkap dan pengumpul perantara di Kotawaringin Barat, baik yang menjadi narasumber maupun tidak dengan alasan masih memiliki ijin resmi, namun tidak bisa menunjukkan ijin yang dimaksud. Yuwono 1998 menyatakan bahwa pelaku tata niaga reptil yaitu penangkap colector, agen middleman, supplier, dan eksportir exporter. Semiadi dan Sidik 2011 menyebutkan bahwa pelaku tata niaga Python reticulatus di Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darussalam NAD adalah pengumpul daerah, agen, sub agen dan pengasong. Pengumpul daerah adalah orang yang membawahi beberapa agen pengumpul yang biasanya berdomisili di perkotaan sekitar kawasan penangkapan ular. Pengumpul daerah umumnya terdaftar di Balai KSDA dan mempunyai ijin tangkap. Agen adalah mereka yang berperan mengumpulkan hasil tangkapan dari pengasong dan dijual ke pengumpul daerah. Antara pengasong dengan agen terdapat sub agen. Pengasong adalah masyarakat penangkap. Pengasong dibagi menjadi pengasong sambilan dan pengasong insidentil. Pengasong sambilan adalah mereka yang mempunyai pekerjaan mapan yang melakukan kegiatan menangkap ular selepas jam kerja mereka. Pengasong insidentil adalah mereka yang melakukan penangkapan secara tidak teratur tergantung kebutuhan ekonomi atau yang menangkap ular secara tidak sengaja dan dijual ke sub agen atau langsung ke pengumpul daerah. Siregar 2012 yang melakukan penelitian pada lokasi yang sama yaitu Sumatera Utara, menyebutkan bahwa pelaku tata niaga ular di Sumatera Utara terdiri dari penangkap ular, pengumpul kecil, pengumpul besar dan eksportir. Penangkap terdiri dari penangkap profesional penuh, penangkap profesional sambilan dan penangkap amatir. Penangkap profesional penuh yaitu orang yang menjadikan pekerjaan menangkap ular sebagai pekerjaan utama. Penangkap profesional sambilan adalah penangkap yang menjadikan pekerjaan menangkap ular sebagai pekerjaan sambilan. Sedangkan penangkap amatir adalah orang yang