Adanya dominansi dari spesies-spesies berhabitus pohon memungkinkan terhalangnya cahaya matahari yang masuk ke lantai hutan, sehingga hal tersebut
bisa mempengaruhi pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah tersebut sehingga keanekaragaman spesies pada tingkat semai dan tumbuhan bawah tidak tinggi.
Rendahnya keanekaragaman pada tingkat semai, tumbuhan bawah dan tiang ini dapat menjadi indikator bahwa pada masa yang akan datang kawasan CA
Yanlappa tidak memiliki ketersediaan dalam penyediaan plasma nutfah dikarenakan anakan pohon semai yang dapat dijadikan sebagai regenerasi
pohon-pohon sebelumnya hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit. Sehingga kondisi seperti ini dikhawatirkan akan merusak susunan ekosistem sebelumnya.
5.1.4 Perbandingan jumlah dan spesies yang terdapat di kawasan CA Yanlappa
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erdawati 1986 mengenai analisis vegetasi di CA Yanlappa, telah ditemukan sebanyak 146
spesies dari 51 famili tingkat pancang dan pohon serta 150 spesies dari 65 famili untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah. Sedangkan hasil analisis yang telah
dilakukan saat ini hanya ditemukan sekitar 92 spesies dari 40 famili untuk tingkat semai, pancang, tumbuhan bawah, tiang dan pohon. Jika dilihat dari spesies yang
mendominasi pada penelitian Erdawati 1986 teridentifikasi bahwa spesies yang paling mendominasi adalah terepbenda Artocarpus elasticus, kijeri Parinarium
corybosum, pahlalar Dipterocarpa hasseltii, Eugenia densiflorum dan keranji Dialium indum, sedangkan dari hasil penelitian sekarang diketahui bahwa
spesies yang mendominasi di kawasan CA Yanlappa adalah rambutan Nephelium lappaceum, menteng Baccaura racemosa, laban Vitex pubescens, meranti
Shorea pinanga, dan keranji Dialium indum. Jika dilihat pada keterangan di atas menunjukan bahwa, baik dari jumlah
dan jenis spesies yang ditemukan antara penelitian tahun 1986 dengan sekarang menunjukan perbedaan, dimana pada penelitian sebelumnya jumlah spesies yang
ditemui terdapat dalam jumlah yang banyak dibandingkan dengan hasil penelitian saat ini. Serta spesies yang mendominasi terlihat bahwa spesies yang dulunya
sangat mendominasi pada penelitian sebelumnya sudah tidak mendominasi lagi pada saat ini. Seperti halnya pohon terepbenda Artocarpus elasticus yang paling
mendominasi pada saat dulu. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan metode, dimana metode yang digunakan Erdawati 1986 adalah dengan cara pembuatan
blok di kawasan CA tersebut, sehingga hampir semua kawasan CA terambil contohnya, sedangkan pada penelitian saat ini pengambilan plot contoh hanya
dilakukan secara sistematik dan pada lokasi tertentu saja, yakni di sebelah Selatan kawasan tersebut.
5.1.5 Komposisi tumbuhan yang terdapat di Cagar Alam Yanlappa berdasarkan habitusnya