Cajanus cajan, bunga telang Clitonia ternatae, geger sore Crotalaria usaramoensis, dan hahapuan Flemmingia congesta, legume merambat,
contohnya centro Centrosoma pubescens, calopo Colopogonium muconoides, dan limbah pertanian, seperti jerami padi, daun jagung, daun kacang-kacangan,
daun ubi jalar, sorgum, dan pucuk tebu Siregar 1996. 2.2.7
Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan daun, buah, biji atau akar berfungsi sebagai penolak, penarik,
antifertilitas pemandul, pembunuh dan bentuk lainnya. dapat untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan OPT. Pestisida nabati bersifat
mudah terurai bio-degradable di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.
Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida nabati sangat tergantung dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari
daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda pula, ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman
dan jenis dari tumbuhan tersebut. Beberapa jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai pestisida diantaranya adalah bawang putih, biji jarak, daun mimba, biji
mimba, umbi gadung, jahe, kunyit, dan kencur Meilin 2009.
2.2.8 Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin
Pewarna alami bisa diperoleh dengan cara ekstraksi dari tanaman yang banyak terdapat di sekitar. Bagian tanaman yang merupakan sumber pewarna
alami adalah: kayu, kulit kayu, daun, akar, bunga, biji, dan getah. Tumbuhan pewarna alami oleh masyarakat asli Papua digunakan sebagai sumber pewarna
untuk mewarnai pakaian, makanan, kosmetik, magis, dan untuk barang kerajinan
Wibowo 2003 diacu dalam Harbelubun et al. 2005.
Menurut Husodo 1999 terdapat kurang lebih 150 jenis pewarna alami di Indonesia yang telah diidentifikasi dan digunakan secara luas dalam berbagai
industri seperti pada komoditas kerajinan kayu, bambu, pandan dan batik katun, sutra, wol. Jenis pewarna alami menghasilkan warna-warna dasar, misalnya:
warna merah dari Caesalpina sp., warna biru dari Indigofera tinctoria, warna jingga dari Bixa olleracea dan wana kuning dari Mimosa pudica.
2.2.9 Tumbuhan untuk upacara adat
Diantara berbagai macam pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, ada yang bersifat magis, spiritual dan ritual. Salah satu
diantaranya adalah pemanfaatannya di bidang upacara-upacara. Di berbagai etnis tumbuhan-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut
pengetahuan masyarakat masing-masing. Dalam upacara-upacara adat yang
dilakukan terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup Kartiwa
Wahyono 1992. Kartiwa dan Martowikrido 1992 menjelaskan bahwa tumbuhan yang
dipakai dalam ritual adat dan keagamaan memiliki ciri-ciri : dilihat dari sifat tumbuhan tertentu, khususnya bunga sering diartikan dengan sifat kewanitaan dan
digunakan pada upacara pemberian nama. Dalam acara pernikahan adat Jawa tumbuhan sering diasosiasikan dengan kata-kata yang bernilai baik. Ada beberapa
tanaman sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet mayat.
2.2.10 Tumbuhan penghasil kayu bakar