336
b. Bagaimana monitoringpemantauan program karakter berbasis agama?
Wawancara : Monitoring dilakukan pada kegiatan pengembangan diri siswa khusus kelas X
pada kegiatan sholat dhuha dan mentoring. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menunjang aspek afeksi pada keagamaan siswa yang boleh digunakan
sebagai pertimbangan PAI. Selain itu monitoring siswa juga dilakukan dengan social worker. Namun social worker saat ini sedang terhenti karena kurangnya
yang mengurusi. Mentoring dan sholat dhuha dilakukan dengan presensi untuk mengetahui siswa yang tertib dan tidak. Selain itu untuk memonitor perilaku
afeksi siswa adalah dengan menggunakan buku tata tertib. Buku tata tertib menggunakan sistem point negatif dan positif. Jika di buku siswa memiliki
banyak nilai negatif maka perilaku afeksinya kurang, tetapi jika memiliki nilai positif tertentu akan mendapatkan reward.
Sedangkan untuk monitoring guru adalah melalui kegiatan supervisi. Yaitu untuk memonitoring keberhasilan implementasi kurikulum yang dilakukan
oleh pendidik terhadap siswa termasuk dalam menanamkan afeksi karakter. Pelaksana kegiatan ini adalah kepala sekolah dengan melibatkan seluruh wakil
kepala sebagai TIM supervisi. Dokumentasi :
Dalam rangka memenuhi tuntutan sebagai penilaian, maka dalam studi dokumentasi pada kegiatan kajian Al-
Qur’an dan Sholat Dhuha ditemukan adanya presensi yang digunakan untuk memonitoring siswa.
Kepala sekolah setidaknya melakukan supervisi terhadap 9 komponen kegiatan, salah satunya adalah pembelajaran. Supervisi pembelajaran ini
penanggung jawabnya adalah kepala sekolah dengan pelaksananya adalah kepala sekolah, wakil kepala bagian kurikulum, wakil kepala bagian sarana
prasarana, wakil kepala bagian humas, dan wakil kepala bagian kesiswaan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilakukan dari bulan September 2015-Maret
2016.
c. Bagaimana instrumen dan indikator penilaian yang digunakan untuk
mengevaluasi siswa? Wawancara :
Penilaian afeksi di SMA Negeri 5 Yogyakarta menggunakan sistem 2 raport, yaitu raport tatib dan akademik. Raport tatib adalah penentuan nilai afeksi
siswa pada komponen akhlak mulia yang dilakukan dari perolehan data sie tatib terkait nilai plus dan minus pelanggaran. Sedangkan raport akademik
adalah penentuan afeksi yang dilakukan per mata pelajaran. Instrumen penilaian adalah dengan lembar penilaian kepribadian dan akhlak mulia yang
diberikan pada setiap guru mata pelajaran. Penilaian akademik dan tata tertib ini dilakukan oleh guru mata pelajaran dan
BK berdasarkan masukkan rata-rata dari nilai afeksi siswa per mata pelajaran. Aspek indikator yang digunakan adalah sama yaitu mencakup 10 komponen
indikator. Penilaian skala sikap ini selain didasarkan pada kesepakatan para guru juga didasarkan pada monitoring. Sedangkan pada penilaian tatib
337 didasarkan pada perolehan skor pada buku tata tertib terkait pelanggaran
maupun prestasi siswa. Dokumentasi :
Lembar penilaian kepribadian dan akhlak mulia dan contoh evaluasi afeksi siswa pada pendidikan agama Islam.
Adanya indikator-indikator pada instrumen penilaian yang meliputi 10 aspek, yaitu kedisiplinan, kebersihan, kesehatan, tanggung jawab, sopan santun,
percaya diri, kompetitif, hubungan sosial, kejujuran, maupun ibadah ritual.
d. Bagaimana pemanfaatan dan tindak lanjut dari hasil evaluasi?
Wawancara : Tindak lanjut dari evaluasi kegiatan program adalah dengan mengevaluasi
pelaksanaan program sebelumnya untuk menentukan program yang sudah baik ataupun belum. Sekolah pada umumnya tidak merubah program yang ada di
tahun sebelumnya, tetapi hanya melakukan penekanan yang lebih dari program yang menjadi prioritas. Keseluruhan tersebut didasarkan pada hasil evaluasi
lokakarya akhir tahun sekolah yang dilakukan secara pleno. Observasi :
Adanya tindak lanjut dalam penerapan pagi simpati yang dilakukan sebagai ajang kedisiplinan dan pemekaran masjid sehingga jamaah dapat dilakukan dan
tidak terjadi kloter jamaah yang berlebihan.
338
Display Data Manajemen Program Pembinaan Karakter Berbasis Agama
di SMA Negeri 5 Yogyakarta
1.
Perencanaan Program Karakter Berbasis Agama
Program pembinaan karakter berbasis agama merupakan suatu karakter keunggulan yang telah menjadi budaya di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Program ini
kemudian dirumuskan menjadi program unggulan setelah dilakukan launching oleh walikota sebagai model sekolah pengembangan pembelajaran pendidikan
agama islam berbasis afeksi pada tahun 2011. Penunjukkan sekolah model afeksi ini bukan didasarkan atas inisiatif penunjukkan oleh dinas, melainkan karena
potret keberhasilan SMA Negeri 5 Yogyakarta yang berhasil menanamkan nilai- nilai religius pada setiap sendi kegiatan sekolah baik dalam kegiatan belajar
mengajar dan budaya sekolah yang khas akan nuansa religi. Sehingga berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor : 188Das1573 dan
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor : 188Das1549 sebagai sekloah pengembang pembelajaran PAI berbasis afeksi, maka secara
berkala sekolah menjadikan program tersebut sebagai program unggulan yang dirancang oleh bagian kesiswaan. Program-program yang disusun menjadi
program sekolah berbasis agama kegiatan IMTAQ bukan didasarkan oleh kepentingan pimpinanguru melainkan melanjutkan nilai-nilai yang telah menjadi
budaya SMA Negeri 5 Yogyakarta. Selama ini, dalam perencanaannya sekolah hanya melakukan pengembangan pada penekanannya baik dari konteks materi dan
metode dengan memperhatikan analisis kebutuhan siswa. Dari sinilah sekolah melakukan pengembangan program basis agama bukan hanya untuk siswa muslim
tetapi juga untuk siswa non muslim sehingga memunculkan program sekolah berbasis agama yang memuat keseluruhan kegiatan agama siswa secara
keseluruhan. Perumusan kegiatan tersebut sangatlah nyata didasarkan pada visi dan misi sekolah yang mengutamakan terwujudnya lulusan yang beriman dan
bertaqwa pada visinya dengan melaksanakan pembelajaran imtaq dan intensif kegiatan keagamaan di sekolah yang tertuang pada misi utama sekolah
Waktu perencanaan adalah periode antara April-Juni, April merumuskan evaluasi dan rancangan program hingga Juni berupa penuangan dalam anggaran.
Program sekolah berbasis agama direncanakan tidak secara tersendiri, tetapi masuk dan include pada seluruh kegiatan manajemen sekolah. Beberapa kegiatan
dalam program kesiswaan tersebut disusun untuk kegiatan IMTAQ siswa. Sekolah dalam merencanakan kegiatan-kegiatan itu hanyalah menyesuaikan yang sudah
dilakukan di masa lalu. Kegiatan tersebut cenderung sama namun setelah ditetapkan kini lebih diutamakan dalam implementasiannya karena menjadi suatu
program unggulan dan dirumuskan berbagai macam kegiatannya. Mekanisme perencanaan program pembinaan berbasis agama dirancang oleh waka kesiswaan
melalui pleno sekolah yang dihadiri oleh seluruh dewan guru untuk memberikan masukkan pendataan berupa catatan terkait analisis kebutuhan yang menjadi
prioritas. Prioritas tersebut adalah megenai program yang dirancang berikut kebutuhan program yang mencakup fasilitas pendukung, rancangan pembiayaan
339 dalam APBS, analisis kebutuhan yang menjadi prioritas, dan pembagian job pada
setiap wakasek. Perencanaan struktur kurikulum berafeksi di SMA Negeri 5 Yogyakarta
adalah memuat keseluruhan mata pelajaran. Dalam jadwal pelajaran dapat dirincikan bahwa satu jam pelajaran adalah 45 menit. Integrasi berbasis agama
pada keseluruhan
mata pelajaran
adalah guru
harus berusaha
mengimplementasikan KBM dengan merencanakan mengawali dan mengakhiri kegiatan belajar dengan berdoa dan pengaitan pada materi yang diajarkan.
Sedangkan penekanan dalam kelompok mata pelajaran agama, SMA Negeri 5 Yogyakarta memiliki muatan kurikulum khas yang dikembangkan seperti
diantaranya hafalan juz 30 khusus kelas X muslim, dan penguatan peribadatan untuk kristen katolik, kajian Al-
Qur’an dan sholat dhuha kelas X, mentoring, program IMTAQ, dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
Untuk memudahkan dalam melakukan integrasi karakter dalam pelajaran, maka setiap guru diwajibkan untuk membuat RPP yang memuat aspek-aspek
afeksi. Rancangan tersebut dibuat berdasarkan aturan dari Depdiknas, sekolah juga mengupayakan pengimplementasian kurikulum tersebut dirancang sesuai
dengan kondisi lingkungan dan siswa, serta berusaha mengembangkan sistem penilaian melalui berbagai kegiatan pendukung melalui kultur sekolah.
2. Pelaksanaan Program Karakter Berbasis Agama