45 manusia yang cenderung kehilangan kendali dalam melakukan tindakan.
Pendidikan agama berusaha meningkatkan kemampuan bangsa untuk melihat pembangunan dalam prespektif transendental, untuk melihat iman, dan sebagai
sumber motivasi pembangunan, dan menyertakan iman dalam meyakini kehidupan, serta pengetahuan modern. Pendidikan agama diharapkan menjadi
wahana strategis untuk membentuk manusia berwawasan intelektual, bermoral, prestatif, dan berkepribadian luhur sehingga pendidikan merupakan momentum
dalam membangun dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dilandasi kekuatan iman dan takwa. Sehingga, manusia sebagai makhluk sosial
harus mampu mengembangkan nilai –nilai insani dalam kehidupan masyarakat
seperti persaudaraan, perdamaian, kasih sayang, kebaikan, toleransi, dan pemaaf. Dari berbagai pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembinaan pendidikan karakter agama merupakan implementasi pembinaan karakter dengan menggunakan mata pelajaran agama pada umumnya sebagai
pembelajaran nilai –nilai karakter atau mengintegrasikan ke mata pelajaran yang
diimplementasikan melalui keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan hal
–hal baik melalui berbagai tugas dan kegiatan untuk menjadikan manusia yang berwawasan intelektual, bermoral, prestatif, dan berkepribadian luhur sesuai
dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
2. Sekolah Berbasis Agama
Sekolah berbasis religi pada umumnya telah banyak dikembangkan di berbagai negara maju maupun negara berkembang dengan menerapkan nilai-nilai
keagamaan dalam pembelajaran. Nilai-nilai keagamaan yang dimaksud bukan
46 hanya dimaksudkan untuk agama Islam, tetapi seluruh agama yang dianut oleh
siswa yang terdapat pada instansi pendidikan terkait. Sekolah Aischa Revaldi, 2010: 2 merupakan suatu sarana untuk membina putra-putri bangsa agar dapat
bermanfaat bagi kelangsungan berbangsa dan bernegara. Yaitu sebagai sarana sosialisasi untuk mempersiapkan para peserta didiknya agar siap terjun di
kehidupan masyarakat. Sementara menurut Haidar Putra 2012: 36 sekolah merupakan lembaga yang menitikberatkan kepada pendidikan formal yang telah
memiliki pengaturan sedemikian rupa baik dari segi aspek guru, siswa, jadwal pelajaran yang berpedoman terhadap kurikulum, fasilitas, dan peraturan-
peraturan. Sehingga inti dari sekolah itu sendiri merupakan suatu instansi yang memberikan layanan pembinaan kepada peserta didik melalui pendidikan formal
yang didalamnya memiliki serangkaian pengaturan yang sistematis baik dari segi guru, peserta didik, kurikulum, dan fasilitas penunjang dalam rangka
mempersiapkan para peserta didiknya supaya siap terjun dalam masyarakat. Konsep pendidikan agama menurut Pupuh Faturrohman, dkk 2013: 25
sebagai langkah dalam model pembelajaran nilai –nilai karakter yang akan
berkonstribusi terhadap budaya satuan pendidikan dan meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai tersebut yang harus dimiliki oleh
manusia sebagai makhluk sosial yang harus mampu mengembangkan nilai –nilai
insani dalam kehidupan masyarakat seperti persaudaraan, perdamaian, kasih sayang, kebaikan, toleransi, dan pemaaf seperti yang telah dijelaskan oleh Takdir
Ilahi di atas. Maka dari itu, sekolah berbasis agama jika dilihat dari perspektif di atas dapat diartikan sebagai suatu instansi yang memberikan layanan pembinaan
47 dengan memasukkan nilai-nilai insani dalam kehidupan manusia dan hubungan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatkan nilai ketaqwaan dan keimanan kepada peserta didik melalui pendidikan formal yang disusun secara
sistematis dengan melibatkan guru, peserta didik, kurikulum, dan fasilitas penunjang dalam rangka mempersiapkan para peserta didiknya untuk
mempersiapkan kehidupan dalam masyarakat. Sekolah berbasis agama tersebut juga dikemukakan oleh John L. Hiemstra
Robert A. Brink 2006: 1159 dalam Jurnalnya yang berjudul The Advent Of A Public Pluriformity Model: Faith
‐Based School Choice In Alberta: “A faith‐based school or school program is operationalized as schools or
authorities that publicly self ‐identify themselves as religious, openly
affiliate with a religious group, or are run by, or exclusively serve, a religious group or society.The evidence of schooling being faith
‐based varies from mandating religious observances, displaying symbols, offering
religious courses, to allowing faith to be integrated or permeated throughout curriculum and practices of the school.”
Menurut pendapat dalam jurmal di atas, dapat diketahui bahwa sekolah yang memiliki program basis agama dioperasionalkan untuk secara eksklusif
melayani kelompok agama tertentu dan masyarakat secara umum. Sementara itu dalam pelaksanaan kegiatan, sekolah berbasis agama akan menampilkan simbol-
simbol, kursus-kursus agama, dan berbagai kegiatan untuk peningkatan keimanan yang diintegrasikan ke dalam seluruh kurikulum dan praktek sekolah. Jadi apabila
mengkaji teori tersebut, sekolah berbasis agama umumnya tidak hanya diperuntukkan oleh golongan agama tertentu yang sesuai akan tetapi juga
dilayankan secara operasional kepada masyarakat secara umum. Selain itu, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, pada sekolah berbasis agama akan
48 cenderung menerapkan nilai-nilai agama yang dianut dengan cara mempraktekkan
dalam berbagai kegiatan sesuai kultur sekolah yang menggambarkan penekanan pada aspek religius yang lebih ditonjolkan.
Nilai-nilai pendidikan keagamaan tersebut juga dituangkan dalam landasan yuridis Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 30 tentang Pendidikan
Keagamaan yang berbunyi : 1
Pendidikan Keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah danatau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. 2
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya danatau menjadi ahli ilmu agama. 3
Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
4 Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. 5
Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Maka apabila melihat berbagai pendapat tersebut dan melihat orientasi dari urgensi pendidikan agama di atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah berbasis
agama merupakan suatu instansi pendidikan formal yang memberikan layanan pembinaan dengan memasukkan nilai-nilai insani dalam kehidupan manusia dan
hubungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatkan nilai ketaqwaan dan keimanan kepada peserta didik melalui pendidikan formal yang disusun
secara sistematis. Nilai-nilai tersebut akan ditonjolkan melalui berbagai kegiatan keagamaan dalam kultur sekolah untuk peningkatan keimanan dengan melibatkan
guru, peserta didik, integrasi dalam kurikulum pembelajaran, dan fasilitas penunjang dalam rangka mempersiapkan para peserta didiknya untuk
49 mempersiapkan kehidupan dalam masyarakat.Pelaksanaan nilai-nilai dalam
budaya sekolah itulah yang merupakan proses pendidikan sekaligur proses pembinaan karakter peserta didik dengan menekankan pendekatan berbasis
agama.
E. Konsep Manajemen Program Pembinaan Karakter Berbasis Agama