116 inti, dan akhir memiliki kesamaan dengan guru pendidikan agama islam.
Penerapan nilai-nilai afeksi juga diberikan pada saat pembelajaran. Bahkan pembelajaran ini siswa diberikan tugas untuk mengikuti dan mempraktikkan nilai
afeksi melalui peribadatan gereja menjelang paskah.
b. Pelaksanaan Pembinaan Karakter Berbasis Agama pada Ekstrakurikuler
Dalam rangka membentuk karakter siswa yang religius, sekolah juga mengadakan ekstrakurikuler keagamaan yang dilakukan oleh Rohis dibawah
komando OSIS dan wakasek keiswaan. Ekstrakurikuler keagamaan merupakan kegiatan dalam program jangka pendek yang dilakukan sekolah secara mingguan.
Kegiatan ekstrakurikuler ini tidak bersifat wajib dan hanya pilihan, berbeda dengan mentoring dan kajian yang memang pelaksanaannya diwajibkan bagi
siswa kelas X. Berdasarkan studi dokumentasi pada Program Kerja OSIS Bhineka
Dharma Siswa Puspanegara Tahun 20152016, ekstrakurikuler keagamaan masuk ke dalam program kerja sub sie kerohanian Islam. Ekstrakurikuler keagamaan
terdiri dari Nasyid, Qira’ah, Tahsin, dan MSQ. Hal tersebut juga diungkapkan oleh siswa kelas XI IPA 6 yang
manyatakan bahwa setiap jum’at diadakan kegiatan ekstrakurikuler oleh Rohis. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan juga
diungkapkan oleh guru PAI dalam hasil wawancara yang menyebutkan bahwa terdapat kegiatan MSQ, MTQ, Qira’ah, Tahzim Qur’an, dan Nasyid.
Selanjutnya, observasi pada kegiatan ekstrakurikuler dilakukan pada tanggal 26 Februari 2016. Memang untuk ekstra juga dibina oleh alumni namun
rata-rata yang mengikuti adalah siswa perempuan. Kegiatan ekstra tersebut adalah
117 Nasyid yang diselenggarakan di lingkungan SMA Negeri 5 Yogyakarta. Melalui
kegiatan ini siswa nantinya disalurkan untuk mengikuti berbagai perlombaan- perlombaan keagamaan. Kegiatan Nasyid dimulai setelah sholat asyar dan
materinya nyanyian islami. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 5 memang dijadwallkan pada hari Jum’at namun peneliti tidak menemukan ekstrakurikuler
lain. Karakter yang diajarkan melalui ekstrakurikuler nyatanya dapat
diimplementasikan pada kegiatan sekolah yang menjadi ciri khas SMA Negeri 5 Yogyakarta. Walaupun peneliti tidak dapat melakukan observasi pada kegiatan
yang dimaksud, namun keterangan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah menujukkan bahwa melalui ekstrakurikuler sekolah sangat membentuk karakter
agama siswa, berikut ungkapan kepala sekolah yang menyatakan bahwa, “Kaitannya dengan ekstra...yang namanya anak mengemas kegiatannya
dalam pentas dari apa yang telah ada di ekstra kemarin belum lama di taman budaya, itu bukan main setelah saya ikut betul dari awal, itu ada
kolaborasi antara ekstra teater, ekstra paduan suara, ekstra tari ini kolaborasi 3 jadi 1 jadi teater yang iringannya ada tarinya, disitu ada
paduan suaranya itu ternyata bukan main. Karena ini sekolah afeksi pak Jum tidak meminta mereka mengawali dengan tilawah, untuk tilawahnya
sendiri tidak main, mengambil dari juara DIY. Maka sehingga penonton juga dapat mengetahui ini yang menjadi pembeda antara SMA 5 dengan
sekolah biasa lainnya, itu contoh berarti kan saya gak ngemas. Itu sudah terbawa dari kegiatan-
kegiatan yang ada.” JM 9-290216
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh guru PAI pada hasil wawancara yang menyatakan,
“.....Wisuda ya pakai MTQ, doa tilawah. Kemarin ada pagelaran seni teater
dibuka pakai tilawah..nah.” MR 21-160216
Sayangnya untuk kegiatan ekstrakurikuler siswa non muslim belum ada. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya SDM yang mengelola dan jumlah
118 siswa non muslim yang minoritas. Baik pada program OSIS pada RokrisRokat
tidak menunjukkan adanya kegiatan ekstrakurikuler. Jika
disimpulkan, hampir
sama dengan
mentoring. Kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan dilakukan sekolah bekerjasama dengan alumni, sehingga untuk keterlibatan personil disini adalah dengan alumni. Penerapan
karakter pada kegiatan ini memang tidak dapat dilihat saat proses kegiatan namun sesuai dengan hasil wawancara, penggunaan ilmu dalam ekstra keagamaan
nyatanya dapat membuat suatu kultur karakter sendiri di SMA Negeri 5 Yogyakarta, terutama dalam mengadakan even-event sekolah yang selalu diawali
dengan membaca tilawah. Kemudian dari segi sarana prasarana secara keseluruhan sudah memenuhi karena kegiatan dilakukan di luar jam sekolah.
c. Pelaksanaan Pembinaan Karakter Berbasis Agama pada Keseharian