85 baik Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha memiliki kegiatan IMTAQ masing-
masing. Pada bahasan ini akan disajikan data terkait bagaimana sekolah melakukan
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembinaan karakter berbasis agama di SMA Negeri 5 Yogyakarta yang merupakan bagian dan include
dalam kegiatan manajemen sekolah. Data yang diperoleh adalah hasil dari wawancara, observasi, dan studi dokumentasi di SMA Negeri 5 Yogyakarta.
1. Perencanaan Program Pembinaan Karakter Berbasis Agama
Perencanaan pada konteks pembinaan karakter berbasis agama adalah meliputi proses perumusan program secara manajerial dan akademik. Pada
konteks manajerial adalah upaya-upaya sekolah dalam merumuskan program karakter berbasis agama dan komponen program seperti kegiatan, fasilitas, serta
perancangan anggaran yang diperlukan. Sementara dalam konteks akademik adalah terkait struktur dan muatan kurikulum dan perancangan kurikulum melalui
RPP.
a. Perumusan Program Karakter Berbasis Agama
Perumusan program berbasis agama di SMA Negeri 5 Yogyakarta merupakan tindak lanjut dari launching sekolah pengembang pendidikan agama
berbasis afeksi yang menjadi program kesiswaan. Namun sebelum dikembangkan, berbagai program pada sekolah berbasis agama sudah menjadi suatu budaya di
SMA Negeri 5 Yogyakarta. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala sekolah dalam wawancara yang menyatakan,
“Kronologisnya tahun 2011 sekolah ini ditunjuk dengan sekolah yang lain kalau gak salah ada smp seperti sekolah afeksi yang di launching walikota.
86 Di awalnya sekolah ini sudah terbangun kultur nuansa religinya cukup
mapan. Memang ya itu prosesnya tidak sekonyong konyong 2011 itu, dilihat dari sana proses ini sudah jauh dilakukan sejak dulu. Hanya karena
sekolah ini terlihat memiliki keunggulannya, SMA 5 ini dari sana udah kelihatan ada keunggulannya dari basis agama, sehingga dari sananya dari
dinas, walikota dibangun sekalian sekolah ini ditunjuk sebagai sekolah afeksi yang mengunggulkan aspek keagamaan dalam implementasi
kegiatan sekolah”. JM 1-290216
Penujukkan SMA Negeri 5 Yogyakarta sebagai pengembang pendidikan agama berbasis afeksi bukan atas prakarsa dinas maupun launching walikota,
namun kegiatan tersebut dilakukan karena sekolah terlihat memiliki keunggulan nuansa religi yang mapan dari dulu dan berhasil mengunggulkan aspek
keagamaan dalam implementasi kegiatan sekolah. Hal serupa juga diungkapkan wakasek kesiswaan pada wawancara yang menyatakan,
“Yang melatarbelakangi sekolah untuk menggagas yang pertama itu karakter yang ada di SMA 5, dimana sudah dari dulu diarahkan untuk
berperilaku akhlaqul karimah dengan baik apalagi setelah dicanangkan oleh bapak walikota pada rentang waktu 2008-2011 sebagai sekolah
berbasis afeksi sebagai gerakan sekolah untuk terus melakukan kegiatan basis afeksi yang tertuang utamanya pada kegiatan keagamaan.
” FD 1- 120216
Sesuai dengan pernyataan kepala sekolah, penjelasan tersebut menyatakan bahwa program pembinaan karakter basis agama dijadikan suatu program sekolah
setelah dilakukannya launching oleh walikota. Hal ini dikarenakan didasarkan karakter budaya yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Sehingga saat ini sekolah
berupaya untuk terus melakukan kegiatan berbasis afeksi khususnya agama. Dijelaskan bahwa karakter beragama di SMA Negeri 5 Yogyakarta juga mengalir
atas dasar kebersamaan dari dulu. Hal ini didasarkan awal mula kegiatan memang sudah dari dulu dan bermunculan saat kepala sekolah terdahulu. Seperti yang
diungkapkan guru PAI dalam hasil wawancara,
87 “Karakter beragama sebetulnya itu mengalir dari kebersamaan sekolah
disini, bukan dipilihditentukan oleh walikota. Jadi kultur yang sudah terjadi. Kalau kegiatan mabit itu ide saya sejak tahun 1985, pagi simpati
gagasan pak abu suwardi, event-event tertentu juga. Jadi sebelum kita ditetapkan sebagai sekolah berbasis afeksi keagamaan oleh walikota itu,
SMA 5 telah menjalankan kegiatan berbasis IMTAQ ini sudah dari jaman
dulu. Itu setelah melihat kultur ini dengan adanya semacan SK.” MR 1- 160216
Pada implementasinya, pembinaan ini tidak hanya dilakukan pada Pendidikan Agama Islam, namun juga untuk seluruh agama non muslim
dikarenakan status sekolah sebagai sekolah negeri. Siswa non muslim juga akan mendapatkan layanan yang sama dengan siswa muslim yang tidak dilakukan oleh
sekolah lain. Dalam perumusan programmya, perencanaan pendidikan karakter basis agama di SMA Negeri 5 Yogyakarta mengacu pada visi misi sekolah. Hal
ini seperti diungkapkan oleh wakasek kesiswaan yang menyatakan, “Pedoman...kita kan hanya berdasarkan visi-misi yang ada, tata tertib yang
ada, APBS yang ada.” FD 24-120216.
Untuk menunjang karakter siswa tersebut juga diperlukan adanya buku tata tertib. Buku tata tertib ini direncanakan sekolah untuk mengatur keseluruhan
afeksi siswa termasuk dalam beragama. Dalam proses pembuatan aturan tersebut wakasek kesiswaan juga melibatkan anak-anak dan disesuaikan dengan visi-misi
sekolah. Menurut guru PAI, bahwa keberhasilan SMA Negeri 5 dalam pembinaan
iman dan taqwa dikarenakan penyusunan program yang berpedoman pada visi misi sekolah yang menyatakan bahwa visi utama sekolah adalah meningkatkan
pembinaan iman dan taqwa. Hal ini diungkapkan dalam hasil wawancara yang menyatakan,
88 “Pedoman jelas kita bermula dari visi misi sekolah. Sudah jelas sekali visi
SMA Negeri 5 yang utama adalah meningkatkan pembinaan Iman taqwa.” MR 24-160216
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka disimpulkan bahwa program pembinaan karakter berbasis agama merupakan suatu karakter keunggulan yang
telah menjadi budaya di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Program ini kemudian dirumuskan menjadi program unggulan setelah dilakukan launching oleh walikota
sebagai model sekolah pengembangan pembelajaran pendidikan agama islam berbasis afeksi. Penunjukkan sekolah model afeksi ini bukan didasarkan atas
inisiatif penunjukkan oleh dinas, melainkan karena potret keberhasilan SMA Negeri 5 Yogyakarta yang berhasil menanamkan nilai-nilai religius pada setiap
sendi kegiatan sekolah baik dalam kegiatan belajar mengajar dan budaya sekolah yang khas akan nuansa religi. Program-program yang disusun menjadi kegiatan
IMTAQ bukan didasarkan oleh kepentingan pimpinanguru, melainkan melanjutkan nilai-nilai yang telah menjadi budaya SMA 5 sejak dulu dengan
memperhatikan kebutuhan siswa. Sehingga merencanakan program basis agama di SMA Negeri 5 Yogyakarta tidak pernah dilakukan tetapi hanya melakukan
pengembangan pada penekanannya baik konteks materi maupun metode dalam membina karakter beragama siswa. Walaupun launching program tersebut
menekankan pada agama Islam, namun sekolah tetap berupaya melakukan pembinaan terhadap siswa non muslim. Maka dari itu model sekolah pengembang
agama berbasis afeksi akan mencerminkan nilai-nilai kegiatan bukan hanya Islam melainkan juga berbagai kegiatan siswa non muslim. Program sekolah berbasis
89 agama ini dicanangkan atas dasar pedoman visi-misi dan tujuan SMA Negeri 5
Yogyakarta.
b. Perencanaan Komponen Pembinaan Karakter Berbasis Agama