155 realitanya kadang masih ya terdapat kekurangan jadi katakanlah siswa
iuran sendiri. Jadi begini realita siswa ketika akan mengikuti kegiatan mereka wajib membuat proposal. Nah sekolah hanya mengeluarkan
sejumlah apa yang telah diprogramkan dalam APBS sehingga itu kemudian yang menyebabkan kita seringkali menambah dana secara
mandiri.” GY 25-190316
Sehingga dari keterangan responden tersebut dapat disimpulkan Untuk maslah pendanaan, program berbasis agama di SMA Negeri 5 Yogyakarta
memiliki alokasi terbesar sekitar 20 dari keseluruhan anggaran. Pemanfaatannya adalah dengan menggunakan dana APBS untuk BOP pembiayaan konsumsi dan
dana BOS untuk pembimbing. Keseluruhan dianggap efektif untuk pemenuhan kegiatan keseharian sekolah karena sudah didasarkan pada kebutuhan. Sedangkan
pada event kegiatan keagamaan, sekolah kadang masih harus mengembangkan dana dari para siswanya.
3. Evaluasi Program Pembinaan Karakter Berbasis Agama
Evaluasi pada program pembinaan karakter berbasis agama dilakukan secara evaluasi manajerial dan akademik. Evaluasi manajerial dilakukan untuk
mengetahui efektifitas pelaksanaan kegiatan baik dari segi fasilitas maupun anggaran yang dihadiri oleh guru dan wakil siswa melalui komite. Sedangkan
evaluasi secara akademik ialah evaluasi untuk menilai afeksi siswa melalui serangkaian kegiatan pembinaan melalui monitoring maupun penilaian pada
instrumen dan indikator 10 aspek kepribadian dan akhlak mulia.
a. Evaluasi Komponen Program Pembinaan Karakter Berbasis Agama
Seperti pada pelaksanaan perencanaan, evaluasi program berbasis agama di SMA Negeri 5 Yogyakarta juga dilakukan menjadi satu secara keseluruhan
156 dengan seluruh program dalam manajemen sekolah. Pada evaluasi program,
terdapat evaluasi secara manajerial terkait komponen program dan evaluasi secara akademik. Program sekolah berbasis agamaIMTAQ merupakan program
wakasek kesiswaan, sehingga segala pelaporan menjadi tanggung jawab wakasek kesiswaan. Seperti yang dinyatakan oleh kepala sekolah terkait evaluasi program
pembinaan karakter agama pada hasil wawancara yang menyatakan, “Ya tadi yang namanya afeksi itu bukan berdiri sendiri seluruhnya
kegiatan ini jadi kegiatan terafeki, jadi termasuk kegiatan termasuk akreditas itu udah rumus, program jalankan evaluasi. Jadi semua kegiatan
termasuk anak-anak misalnya dia ngemas taruhlah mengadakan lomba anak sholeh gitu itu kan sudah diprogram terus dilaksanakan setelah
selesai itu ada evaluasi, termasuk anggaran berapa kendala-kendalan yang muncul apa. Terus secara keseluruhan kegiatan sekolah ini evaluasinya
tadi, april saya sudah mulai lokakarya itu sebelumnya kami kan paparan secara umum termasuk ada pembinaan dari dinas kami evaluasi,
masukkan-
masukkan dari bapak ibu guru apa.”JM 26-290216
Jika melihat pendapat tersebut, segala kegiatan secara keseluruhan akan dievaluasi di akhir melalui pleno para guru. Akan tetapi dari serangkaian
kegiatan-kegiatan tersebut apabila selesai pelaksanaannya juga langsung di evaluasi. Dengan kata lain seperti program PASCO, MABIT, PHB dan
sebagainya segera dilakukan evaluasi setelah selesai kegiatan dan akhir secara keseluruhan di evaluasi pada pleno guru.
Memperkuat pernyataan tersebut, evaluasi program juga diungkapkan oleh wakasek kesiswaan yang mengurusi program tersebut. Pada hasil wawancara
tanggal 12 Februari 2016 beliau menyatakan, “Upaya untuk mengevaluasi kinerja ya ada program workshop.
Keseluruhan kegiatan wakil kepala di adakan evaluasi. Baik anggaran, kurikulum. Ya ketika kita di dalam perjalanan suatu pelaksanaan kegiatan,
nah disana kan timbul kan mas suatu permasalahan terkait kebutuhan, misalnya dalam kegiatan ini saya butuh hal ini dan ternyata kurang ini itu
157 dicacat dan nanti kan kita akan kumpul lagi dalam suatu pertemuan terus
kita tentukan kegiatan yang kurang ini kita anggarkan di tahun depan, maka dalam program ini kita rencanakan dalam kegiatan sekolah di tahun
depan. Kalau monitoring ada dilakukan oleh kepala sekolah.”FD 26- 120216
Sementara menurut SY selaku wakasek kurikulum dalam hasil wawancara menyatakan,
“Untuk evaluasinya itu, nanti di akhir ada rapat pleno oleh bapakibu guru. Untuk evaluasi setiap kegiatan maka di setiap akhir tahun ajaran, kegiatan
kesiswaan mesti ada evaluasi. Contoh misalkan mentoring ataupun kegiatan pesantren kilat. Dan kegiatan ini berlaku untuk seluruh kegiatan
yang dicanangkan dalam APBS.”SY 26-090216
Dari hasil wawancara ketiga narasumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi manajerial program pembinaan karakter berbasis agama dilakukan
pada setiap kegiatan setelah kegiatan tersebut selesai dilaksanakan. Kegiatan- kegiatan ini merupakan kegiatan yang memerlukan pengadaan dana dan merujuk
pada program tahunan, bukan yang rutin yang terprogram pada APBS. Masing- masing dievaluasi mencakup keseluruhan komponen baik segi personil, anggaran,
maupun fasilitas pendukung. Masing-masing dari hasil evaluasi tersebut di plenokan dalam bentuk lokakarya di akhir tahun ajaran untuk mendapatkan
masukkan atas analisis kebutuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan penunjang program dari para guru di waktu mendatang.
Terkait dengan evaluasi sarana prasarana, evaluasi ini masuk ke dalam rancangan APBS setelah disetujui dan disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan
sarana prasarana itu sendiri sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan apakah sarana prasarana dalam menunjang kegiatan sudah terpenuhibelum. Proses yang
dilakukan adalah sama, yaitu selain mempertimbangkan APBS juga
158 mempertimbangkan tanggapan para peserta pleno guru. Hal tersebut
diungkapkan oleh waka kurikulum yang menyatakan, “Sama seperti evaluasi seluruh kegiatan, sarana prasarana juga masuk
kedalam rancangan APBS sekolah. Jadi intinya tinggal disesuaikan dengan fungsi sarana prasarana itu sendiri dan anggaran dalam menunjang
berbagai kegiatan keimanan dan ketaqwaan maupun kegiatan kesiswaan lainnya. Jadi apabila nanti ditemui adanya kebutuhan sarana prasarana
untuk kegiatan siswa, maka terkait kebutuhan-kebutuhan itu juga akan dirincikan dalam APBS ter
sebut.”SY 33-090216
Evaluasi sarana prasarana juga dilakukan dengan menganalisis kondisi kebutuhan lingkungan sekolah, seperti pemekaran masjid yang diungkapkan oleh
wakasek kesiswaan pada hasil wawancara yang menyatakan, “Ya kita evaluasi berdasarkan kondisis yang kita lihat, misalnya kepala
sekolah istilahnya memodifikasi kalau sholat dhuhur itu berjamaah, jika dulu berkloter kloter maka saat ini diupayakan untuk bersama-sama.
Sehingga ada kegiatan pemekaran masjid....”FD 33-120216
Mekanisme pelaksanaan evaluasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab wakasek sarpras. Menurut kepala sekolah, waka sarpras mengadakan evaluasi atas
dasar masukkan pemenuhan kebutuhan seperti yang diungkapkan pada hasil wawancara,
“Kalau yang melakukan itu kan sudah jadi bagian dari waka sarpras. Setiap guru jika dalam pembelajaran ataupun kegiatan nanti jika dirasa
masih kurang, bisa mengajukan usulan melalui waka sarpras dan nantinya juga terkait sarana prasarana mana yang lebih diutamakan untuk diadakan
ya kita tentukan melalui rapat pleno. Tentunya itu harus masuk anggaran
sekolah, kalau belum ya tidak bisa diadakan.”JM 33-290216
Pada hasil dokumentasi pada laporan lokakarya program sekolah tahun 20142015 menunjukkan bahwa memang benar adanya evaluasi sarana prasarana
dilakukan secara pleno. Kesimpulan dari hasil evaluasi sarana prasarana lebih ke
159 arah pemeliharaan, seperti gedung bocor, kebersihan kelas, pembuangan sampah,
maupun pengadaan internet. Maka secara singkat, waka sarpras dalam melakukan evaluasi adalah
dengan menganalisis kebutuhan terlebih dahulu terhadap sarana prasarana kemudian membuat program terkait sarana yang dihapus, dilakukan perawatan,
maupun dilakukan pengadaan. Keseluruhan tersebut dilakukan melalui pleno sekolah dengan didasarkan pada APBS, masukkan berupa tanggapan data
pendukungcatatan dari para guru terkait kebutuhan sarana prasarana dilanjutkan dengan merekap hasil masukkan secara keseluruhan, dan menarik kesimpulan
terkait hasil evaluasi sarana prasarana yang layak maupun yang harus dipenuhi. Keseluruhan tersebut kemudian dituliskan dan dilaporkan menjadi program kepala
sekolah bagian sarpras seperti pada dokumen program kepala sekolah SMA Negeri 5 Yogyakarta.
Evaluasi selanjutnya adalah terkait pendanaan. Seperti halnya sarana prasarana, evaluasi anggaran terhadap program sekolah berbasis agama tidak
dilakukan secara tersendiri di program wakasek kesiswaan, akan tetapi menjadi satu dengan keseluruhan program sekolah. Pada prinsipnya antara program dan
anggaran yang dikeluarkan sekolah selalu berbanding lurus. Hal ini diungkapkan oleh FD dalam wawancara,
“Untuk evaluasi anggaran ya sama. Jadi apa yang sudah kita susun di APBS apabila dalam pelaksanaannya dirasa masih kurang untuk kegiatan
ini, itu nanti kita evaluasi dan dirancang dalam program sekolah di tahun
depan.”FD 35-120216
Kualitas keberhasilan dalam pendanaan menentukan keberhasilan berjalannya kegiatan siswa karena dana yang dikeluarkan sekolah selalu
160 menyesuaikan dengan evaluasi pelaksanaan program yang telah lalu sehingga
sekolah akan lebih matang dalam perencanaan dana selanjutnya. Terkait dengan transparansi dana, sekolah baik dalam mengevaluasi maupun merencanakan selalu
melaporkan hasil kegiatan berserta pendanaan kepada wali siswa yaitu melalui perwakilan komite dikarenakan sekolah tidak memungkinkan untuk mengundang
keseluruhan wali murid. Seperti yang dinyatakan wakasek kurikulum dalam hasil wawancara,
“Begini mas, nampaknya tidak mungkin kalau kita harus mengundang wali siswa yang sejumlah 250an tersebut. Maka dari itu melalui komite sebagai
perwakilan dari wali siswa keseluruhan.”SY 29-090216
Status SMA Negeri 5 Yogyakarta sebagai sekolah negeri yang mengandalkan dana dari APBS tentunya tidak dapat sembarangan dalam
menentukan dana untuk kegiatan. Maka dari itu kontrol dari dinas pendidikan juga berperan dalam proses ini. Menurut kepala sekolah draft pada APBS dievaluasi
pada periode April-Juni, sehingga sebelum penyusunan program hasil evaluasi harus diserahkan ke dinas. Sedangkan dalam menyetujui RAPBS menjadi APBS
diperlukan waktu 2 bulan untuk ditandatangani dinas. Sehingga kesimpulan dari evaluasi pendanaan program sekolah berbasis
agama adalah dilakukan secara bersamaan dengan program sekolah lainnya. Masing-masing evaluasi pada pendanaan adalah menyesuikan kegiatan basis
agama yang ada pada wakasek kesiswaan. Berkaitan dengan evaluasi program, maka evaluasi dana juga menyesuaikan kebutuhan program yang menjadi
prioritas untuk menghindari pemborosan. Dalam rangka transparansi, sekolah juga
161 melibatkan perwakilan wali siswa melalui komite dalam menyusun rancangan
anggaran maupun evaluasi anggaran terhadap program-program sekolah. Melihat berbagai pendapat dan studi dokumen tersebut, dapat disimpulkan
bahwa evaluasi manajerial dilakukan terhadap komponen program karakter berbasis agama dilakukan secara bersamaan dengan keseluruhan program sekolah.
Setiap kegiatan yang telah dilaksanakan harus dilakukan evaluasi secepatnya. Program sekolah berbasis agamaIMTAQ merupakan program wakasek
kesiswaan, sehingga segala pelaporan menjadi tanggung jawab wakasek kesiswaan. Pada akhirnya keseluruhan kegiatan tersebut dievaluasi dengan di
musyawarahkan untuk mendapat tanggapan dan masukkan dari bapakibu guru terkait kendala dan program selanjutnya terkait penggunaan fasilitas, anggaran,
maupun personil. Pada konteks fasilitas, dalam melakukan evaluasi adalah dengan menganalisis kebutuhan terlebih dahulu terhadap sarana prasarana. Keseluruhan
tersebut dilakukan melalui pleno sekolah dengan didasarkan pada APBS, masukkan berupa tanggapan data pendukungcatatan dari para guru terkait
kebutuhan sarana prasarana dilanjutkan dengan merekap hasil masukkan secara keseluruhan,
dan menarik
kesimpulan terkait
hasil evaluasi
sarana prasarana.Terkait evaluasi dana, kualitas keberhasilan dalam pendanaan
menentukan keberhasilan berjalannya kegiatan siswa karena dana yang dikeluarkan sekolah selalu menyesuaikan dengan evaluasi pelaksanaan program
yang telah lalu sehingga sekolah akan lebih matang dalam perencanaan dana selanjutnya. Berkaitan dengan evaluasi program, maka evaluasi dana juga
menyesuaikan kebutuhan program yang menjadi prioritas untuk menghindari
162 pemborosan. Dalam rangka transparansi, sekolah juga melibatkan perwakilan wali
siswa melalui komite dalam menyusun rancangan anggaran maupun evaluasi anggaran terhadap program-program sekolah.
b. Monitoring Pembinaan Karakter Berbasis Agama