Pengertian Pendidikan Karakter Kajian Program Pembinaan Karakter

34 dalam kurikulum yang pelaksanaannya dilakukan pada jam pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler sebagai layanan pembinaan peserta didik untuk dapat mengembangkan minat dan bakatnya untuk membentuk kemampuan individu, serta kegiatan kokurikuler sebagai penunjang untuk memperkaya pelajaran yang telah diterima peserta didik di sekolah melalui tugas dan pekerjaan di luar jam pelajaran.

C. Kajian Program Pembinaan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter menurut Suyanto Akhmad Muhaimin, 2011: 27 sebagai pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Jadi, yang diperlukan dalam pendidikan karakter tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengetahuan dan melakukan tindakan sesuai pengetahuannya tersebut. Hal ini dikarenakan pendidikan karakter terkait erat dengan keberadaan nilai dan norma. Sehingga pelaksanaan pendidikan yang tidak seimbang dengan mengutamakan kecerdasan intelektual akhirnya hanya akan memunculkan banyak perilaku buruk dari orang –orang terdidik. Padahal apabila kita mengacu kepada kecerdasan yang dimiliki oleh anak didik, setidaknya terdapat 3 kecerdasan yang perlu untuk dikembangkan, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Oleh karena itu, agar pendidikan karakter dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ketiga jenis kecerdasan tersebut harus mendapatkan perhatian yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah. Menurut Suyanto, setidaknya terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai –nilai luhur universal sebagai berikut : 35 a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; b. Kemandirian dan tanggung jawab; c. Kejujuranamanah; d. Hormat dan santun; e. Dermawan, suka menolong, dan kerja sama; f. Percaya diri dan pekerja keras; g. Kepemimpinan dan keadilan; h. Baik dan rendah hati; i. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Pada Pasal 3 Undang –Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, saleh, sabar, jujur, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada kenyataannya Faturrohman, 2013 : 8 dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, pendidikan karakter hilang dan digantikan oleh pelajaran lainnya seperti kewarganegaraan. Sedangkan yang tetap ada dari dulu ialah pendidikan agama yang berisi mengenai pendidikan karakter. Lebih lanjut, Pupuh Faturrohman, dkk 2013: 16 menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik guna membantu membentuk watak peserta didik. Di sisi lain pendidikan karakter oleh Mulyasa 2013: 3 memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, dikarenakan pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan 36 masalah benar –salah, tetapi terkait bagaimana menanamkan kebiasaan habit tentang hal –hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari –hari. Dalam implementasi dalam pembelajaran, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai – nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari –hari. Sehingga dari paparan tersebut, Mulyasa juga berargumen bahwa pendidikan karakter tidak hanya dilakukan dalam tataran kognitif, tetapi menyeluruh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari –hari. Kesimpulannya, dilihat dari pendapat para ahli tersebut bahwa pendidikan karakter merupakan kegiatan yang dilakukan pendidik untuk membentuk perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari –hari dengan cara menanamkan nilai dan norma melalui implementasi ke dalam beberapa bidang studi pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum, maupun melalui kegiatan non akademik untuk memberikan keseimbangan kemampuan motorik, kognitif, dan psikomotor pada peserta didik.

2. Pembinaan Karakter Peserta Didik