Pengintegrasian Pelaksanaan Pendidikan Karakter

40 Maka dengan demikian, apabila mengambil kesimpulan dari ketiga pendapat tokoh diatas, dapat dikemukakan bahwa pendidikan karakter memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan, mengoreksi perilaku, dan membangun hubungan yang harmoni antar sesama bagi individu, serta membentuk dan menbangun budaya penerapan nilai –nilai dan norma budaya pada suatu institusi.

4. Pengintegrasian Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Pengintegrasian pendidikan karakter juga merupakan cara yang digunakan dalam membentuk karakter siswa di sekolah. Implementasi integrasi tersebut salah satunya adalah memasukkan pendidikan karakter dalam muatan mata pelajaran. Menurut M Takdir Ilahi 2012: 196 secara khusus memang sudah ada mata pelajaran yang menanamkan nilai, norma, dan moral kepada peserta didik, yaitu mata pelajaran Agama dan Pendidikan Pancasila. Namun dari implementasi kedua mata pelajaran tersebut ternyata masih banyak dijumpai berbagai permasalahan. Pertama, dalam menanamkan nilai, norma, dan moral hanya berupa transfer ilmu pengetahuan dengan cara indoktrinasi sehingga peserta didik tidak memiliki sistem nilai yang diyakini untuk bekal hidup dalam bermasyarakat. Kedua, Pendidikan Agama ataupun Pancasila hanya dianggap sebagai penghias kurikulum atau pelengkap yang dipandang sebelah mata. Ketiga, kurang penekanan pada praktik dan penanaman nilai –nilai moral seperti kejujuran, 41 keadilan, cinta, kasih sayang, persahabatan, suka menolong, suka damai, dan toleransi yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Sementara itu, Novan Ardy 2012: 108 menyatakan bahwa pengitegrasian pendidikan karakter dilakukan terhadap seluruh mata pelajaran. Mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran wajib yang relevan, terutama mata pelajaran agama, kewarganegaraan, dan bahasa, serta pada pelajaran muatan lokal. Selain integrasi pada mata pelajaran, pendidikan karakter juga diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan diri. Dalam implementasi pendidikan karakter melalui pengembangan diri dilakukan dan dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Selain melalui ekstrakurikuler, kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik. Pendapat tersebut diperkuat oleh Agus Wibowo 2012: 84 –95 yang mengungkapkan adapun model pengintegrasian pendidikan karakter di sekolah dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui integrasi dalam program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan pengintegrasian melalui budaya sekolah.Pada kegiatan pengintegrasian dalam program pengembangan diri, dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari di sekolah, seperti kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. a. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan anak didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. 42 b. Kegiatan spontan merupakankegiatan koreksi yang dilakukan pendidik terkait perilaku peserta didik. c. Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh terhadap tindakan yang baik sehingga peserta didik dapat menirunya. d. Pengkondisian dilakukan sekolah sebagai upaya pendukung kegiatan karakter melalui lingkungan sekolah yang rapi, bersih, dan teratur. Kedua, kegiatan pengintegrasian dalam mata pelajaran adalah dengan pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran yang dicantumkan dalam silabus dan RPP.Terakhir adalah pengintegrasian melalui pengembangan budaya sekolah yang mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. Sehingga apabila menggabungkan pendapat Novan Ardi dan Agus Widowotersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh mata pelajaran wajib dan relevan maupun pada kegiatan pengembangan diri siswa dalam lingkup ekstrakurikuler, serta pengembangan diri dalam keseharian budaya sekolah melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Implementasi pengintegrasian pendidikan karakter yang dilakukan dengan mata pelajaran umumnya dituangkan ke seluruh mata pelajaran, namun yang cenderung nampak adalah pada pembelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan. Maka dari itu, penelitian ini lebih difokuskan pada pembinaan 43 karakter melalui pendidikan agama dengan berbagai kegiatan keagamaan berdasarkan modelcara yang digunakan pada suatu institusi.

5. Konsep Program Pembinaan Karakter