20
sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri.
24
Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan
melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan
hipotesis yang merangsang peserta didik untuk mau mencoba dan mengujinya. Smith, R.M. berpendapat bahwa pembelajaran digunakan untuk
menunjukkan: pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu, penyuluhan dan penjelasan mengenai arti pengalaman
seseorang, atau suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah.
25
Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran menggambarkan
aktivitas peserta didik. Pengertian pembelajaran dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 20 tentang Ketentuan Umum, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
26
Wina Sanjaya mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya faktor guru,
faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
27
Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job
description, proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok peserta didik. Sehubungan
24
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, h. 85.
25
Anisah Basleman, Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h. 12.
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar,
Bandung: Citra Umbara, 2014, h. 4.
27
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, h. 52.
21
dengan hal ini, tugas guru dalam implementasi proses belajar-mengajar adalah sebagai berikut:
1 Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan
kegiatan-kegiatan organisasi belajar.
2 Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang
mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar. Menggerakan anak didik yang merupakan usaha memancing,
membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar peserta didik.
3 Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, menegaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya.
4 Penelitian yang lebih bersifat penafsiran penilaian yang mendukung pengertian lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi
pendidikan.
28
Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut Crow dan Crow
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi: 1 Penguasaan subject-matter yang akan diajarkan.
2 Keadaan fisik dan kesehatannya. 3 Sifat-sifat pribadi dan kontrol emosinya.
4 Memahami sifat-hakikat dan perkembangan manusia. 5 Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip
belajar. 6 Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama, dan
etnis. 7 Minatnya terhadap perbaikan profesional dan pengayaan kultural yang
terus-menerus dilakukan.
29
Selanjutnya, Hamzah
mengungkap bahwa
dalam pengelolaan
pembelajaran terdapat prinsip khusus antara lain adalah sebagai berikut:
28
Iif K. Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu: “Pengaruhnya terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri”, Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya, 2011, h. 31.
29
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h. 132.
22
1 Interaktif. Bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke peserta didik, akan tetapi mengajar dianggap
sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.
2 Menyenangkan. Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Seluruh potensi itu
hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses
pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan joyfull learning.
3 Menantang. Proses pembelajaran adalah proses yang menantang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni
merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta
didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi.
4 Motivasi. Adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin mereka memiliki
kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses
pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan
sesuatu.
30
Belajar dialami sebagai suatu proses, peserta didik mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang dapat berbentuk berupa manusia,
alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan bahan lainnya yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran atau sumber belajar lainnya. Dari segi pendidik atau guru,
proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal yang diberikan kepada peserta didik, baik berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
dan lain sebagainya. Adapun hubungan pembelajaran dengan efektivitas, bahwa efektivitas
merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam
tujuannya, atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, yaitu dalam hal ini peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan
sikap melalui proses pembelajaran.
30
Iif K. Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu: “Pengaruhnya terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya, h. 33-35.
23
b. Pembelajaran Efektif
Menurut Dick dan Reiser, “pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan
spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang”.
31
Sehingga dapat dikatakan, akan mudah menerima ilmu yang diberikan guru apabila pembelajaran yang dilaksanakan berlangsung menyenangkan bagi
siswa. Maka, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa belajar dengan baik dan memperoleh ilmu pengetahuan dan juga
keterampilan melalui suatu prosedur yang tepat. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan
beberapa hal, yang menurut Slameto adalah sebagai berikut. 1 Kondisi internal yaitu kondisi situasi yang ada di dalam diri siswa itu
sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketentraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan
internalnya dapat dipenuhi. Terdapat tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, yakni: kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan keamanan, kebutuhan akan kebersamaan dan cinta, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation, kebutuhan untuk mengetahui
dan mengerti, kebutuhan estetik.
2 Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik dan
teratur. 3 Strategi belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat
menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin.
32
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah, yang paling penting untuk diperhatikan oleh para guru adalah dalam hal perencanaan.
Sebagai suatu pekerjaan profesional, tentu saja setiap guru yang akan melaksanakan pekerjaannya perlu melakukan perencanaan. Mengapa perencanaan
pembelajaran dibutuhkan, hal ini disebabkan beberapa hal antara lain: 1 Pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun
proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian semakin
31
Nico, Efektivitas Pembelajaran, 2014, https:elnicovengeance.wordpress.com.
32
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 74-76.
24
kompleks tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula proses pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks pula
perencanaan yang harus disusun oleh guru.
2 Pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru perlu merencanakan apa yang
harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa yang
sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran.
3 Proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi
suatu proses pembentukan perilaku siswa. Siswa memiliki minat dan bakat yang berbeda, mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda.
Itulah sebabnya proses pembelajran adalah proses yang kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan
terjadi.
4 Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai
sumber belajar.
Pembelajaran akan
efektif manakala
guru memanfaaatkan sarana dan prasarana secara tepat. Untuk itu perlu
perencanaan yang matang bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
33
Sehubungan dengan itu, rencana pelaksaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru menurut Ornstein, keputusannya akan dipengaruhi oleh
dua area, yaitu: 1 Pengetahuan guru terhadap bidang studi subject matter, yang
ditekankan pada organisasi dan penyajian materi, pengetahuan akan pemahaman peserta didik terhadap materi dan pengetahuan tentang
bagaimana mengajarkan materi tersebut.
2 Pengetahuan guru terhadap sistem tindakan action system knowledge yang ditekankan pada aktivitas guru seperti; mendiagnosis,
mengelompokkan, mengatur, dan mengevaluasi peserta didik serta mengimplementasikan aktivitas pembelajaran dan pengalaman
belajar.
34
Cooper 1990, sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya, peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan decision maker, terdapat tiga
peran utama yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yakni:
33
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, h. 31.
34
Agus Zaenul Fitri, “Manajemen Mutu Pembelajaran di Sekolah Madrasah”, Jurnal Pendidikan Islam Ta’allum, Vol. 14, 2008, h. 10.
25
1 Sebagai perencana program pembelajaran; a Mengembangkan indikator hasil belajar.
b Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar.
c Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran serta menentukan
skenario pembelajaran. d Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa
untuk mencapai indikator hasil belajar. e Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat
mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil belajar. 2 Kemampuan
guru dalam
mengimplementasikan program
pembelajaran; a Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran.
b Kemampuan mengembangkan variasi stimulus. c Kemampuan bertanya.
d Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui
bahasa yang komunikatif. e Kemampuan guru untuk memberi penguatan terhadap respons
siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat. f Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran baik
media pembelajaran sederhana maupun media elektronik. 3 Sebagai evaluator
Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan dirinya dalam mengelola pembelajaran yang kemudian dinamakan evaluasi
fungsi formatif serta kemampuan untuk menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil belajar yang kemudian dinamakan
evaluasi fungsi sumatif.
35
Agar pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung efektif, setiap guru seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip
belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Berikut adalah prinsip-prinsip belajar yang
dikemukakan oleh Slameto: 1 Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional. b Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
35
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2011, h. 10-12.
26
c Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif. d Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2 Sesuai hakikat belajar a Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya. b Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan
discovery. c Belajar adalah proses kontinguitas hubungan antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain sehingga mendapat pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan
respons yang diharapkan.
3 Sesuai materi bahan yang harus dipelajari a Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
b Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
c Syarat keberhasilan belajar. d Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang. e Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian keterampilan sikap itu mendalam pada siswa.
36
Guru efektif juga berarti guru demokratis. Guru demokratis biasanya memilih metode pembelajaran dialogis. Proses belajar menjadi proses pencarian
bersama. Proses itu dalam kelas dilaksanakan dengan suasana menyenangkan dan saling membutuhkan. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk
meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.
Tercantum dalam Nico, pendapat Eggen dan Kauchak yang menyebutkan ciri pembelajaran efektif sebagai berikut:
1 Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-
kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2 Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.
36
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 27-28.