47 Tabel 3.3
Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa Persentase
Kriteria 0 - 24,99
rendah 25 - 49,99
sedang 50 - 74,99
tinggi 75 - 100
sangat tinggi Sumber: Kusumah,dkk 2012: 154
Hasil perhitungan persentase siswa tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kriteria tertentu menurut Kusumah,dkk 2012: 154.
3.8.3 Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya Arikunto 2013: 274. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama siswa dan hasil
belajar sebelumsesudah perlakuan, surat-surat, foto atau video pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol.
3.9 UJI PRASYARAT INSTRUMEN
3.9.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat. Validitas instrumen tes yang digunakan dalam penelitian
diuji menggunakan teknik korelasi point biserial dengan rumus:
48
r
pbis
=
�
�
−�
�
�
�
√
�
Arikunto 2013: 326 Keterangan:
r
pbis
: Koefisien korelasi point biserial M
p
: Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes.
M
t
: Mean skor total skor rata-rata dari seluruh pengikut tes.
S
t
: Standar deviasi skor total. p
: Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut q
: 1- p Jika
r
pbis
r
tabel
dan α = 5 maka alat ukur dikatakan valid. Hasil perhitungan dengan korelasi point biserial dapat dikonsultasikan ke Tabel r hasil
korelasi product moment.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu Arikunto
2013: 221. Suatu tes dikatakan reliable apabila hasil tes tersebut menunjukkan
49 ketetapan meskipun diteskan berkali-kali. Uji reliabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan rumus K- R20 :
r
11
=
k −
� −
∑
−
Arikunto 2013: 231 Keterangan:
r
11
= reliabilitas instrumen k
= banyaknya butir soal V
t
= varians total
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah q = 1
– p Jika
maka tes dapat dikatakan reliabel Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut.
0,800 r ≤ 1,000 : sangat tinggi 0,600 r ≤ 0,800 : tinggi
0,400 r ≤ 0,600 : cukup 0,000 r ≤ 0,200 : sangat rendah Sundayana 2015: 70
3.9.3 Uji Coba Instrumen
Peserta uji coba instrumen penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Tambakaji 05. Setelah dilakukan analisis statistik uji coba soal, selanjutnya
adalah menentukan butir soal sebagai instrumen tes hasil belajar. 3.9.3.1 Uji Tingkat Kesukaran Soal
Uji tingkattaraf kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran dari tiap butir soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
50 mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran difficult index. Besarnya indeks kesukaran antara 0 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.
Rumus yang digunakan untuk menguji tingkattaraf kesukaran soal sebagai berikut:
P = �
� Keterangan:
P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
J
s
= jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut: 1 Soal dengan P 0 sampai 0,30 adalah soal kategori sukar,
2 Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal kategori sedang, 3 Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal kategori mudah.
Arikunto 2013: 222-225.
51 3.9.3.2 Daya Pembeda Butir Soal
Suatu soal yang dapat dijawab benar oleh semua siswa baik yang pandai maupun yang tidak pandai, maka soal tersebut tidak baik karena
tidak memiliki daya pembeda begitu juga sebaliknya. Arikunto 2013: 226 menjelaskan daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D d besar. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00
sampai 1,00. Akan tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif, yaitu apabila soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee anak pandai disebut
tidak pandai dan anak tidak pandai disebut pandai. Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda soal, yaitu:
Rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda soal adalah:
D =
� �
−
� �
= P
A
− P
B
Keterangan: J
= jumlah peserta tes J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar -1,00
daya pembeda negatif
1,00 daya pembeda
positif tinggi 0,00
daya pembeda rendah
52 B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda:
D : 0,00 – 0,20 : jelek
D : 0,21 – 0,40 : cukup
D : 0,41 – 0,70 : baik
D : 0,71 – 1,00 : baik sekali
D : negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya tidak
digunakan. Arikunto 2013: 228.
3.10 ANALISIS DATA