20
boleh bicara lagi, sedangkan yang masih punya kupon harus berbicara sampai kupon habis, dan seterusnya.
Sependapat dengan Aqib 2014: 33 langkah-langkah time token adalah 1 mengkondisikan siswa berdiskusi cooperative learning; 2 tiap
siswa diberi kupon berbicara dengan waktu 30 detik, dengan nilai sesuai waktu keadaan; 3 jika telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa
diserahkan, setiap berbicara satu kupon; 4 siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, dan yang masih punya kupon harus menghabiskannya.
Langkah-langkah model time token yang digunakan dalam penelitian adalah: 1 Menentukan tujuan pembelajaran; 2 Menyampaikan materi
pembelajaran; 3 Mengkondisikan siswa berdiskusi kelompok; 4 Memberikan tugas kepada siswa; 5 Membagikan dua kupon berbicara
dengan waktu 30 detik per kupon pada siswa; 6 jika telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon; 7 siswa
yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, sedangkan yang masih punya kupon harus berbicara sampai kupon habis, dan seterusnya.
Berdasarkan langkah-langkah model time token memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran.
2.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Model
Time Token
Menurut Huda 2014: 241 model time token memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1 mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan
partisipasi; 2 menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak berbicara sama sekali; 3 meningkatkan kemampuan siswa dalam
21
berkomunikasi; 4 mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain; 5 tidak memerlukan banyak media pembelajaran. Didukung Shoimin
2014: 217 kelebihan model time token: 1 siswa menjadi aktif dalam pembelajaran; 2 menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling
mendengarkan, berbagi, memberikan masukan, dan keterbukaan terhadap kritik; 3 guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama
terhadap permasalahan yang ditemui. Kekurangan model time token, yaitu : 1 digunakan untuk mata
pelajaran tertentu saja; 2 tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlahnya terlalu banyak; 3 memerlukan banyak waktu untuk persiapan; 4
kecenderungan untuk sedikit menekankan siswa yang pasif dan membiarkan siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih banyak di kelas Huda 2014:
241. Guru harus memerhatikan kelebihan dan kekurangan model guna dijadikan acuan kegiatan pembelajaran.
2.1.10 Teori Belajar yang Mendukung Model Time Token
2.1.10.1 Teori Belajar Kognitif Menurut Suprijono 2012: 22 belajar merupakan peristiwa mental
dikarenakan dorongan otaknya bukan behavioral atau respons terhadap hal yang ada. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal yaitu
aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Konsep- konsep terpenting dalam teori kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean
Piaget, Bruner, dan Ausubel.
22
Menurut Piaget dalam Rifa’i dan Anni, 2012:32-35 perkembangan
kognitif terdiri atas empat tahap, yaitu: 1 Tahap sensorimotorik usia 0-2 tahun. Pada tahap ini bayi menyusun
pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera dengan gerakan motorik, bayi memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi
dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks.
2 Tahap praoperasional usia 2-7 tahun. Pemikiran lebih bersifat simbolis, egoisentries, dan intuitif sehingga tidak melibatkan pemikiran
operasional. Pemikiran pada tahap ini dibagi menjadi dua sub-tahap yaitu simbolik dan intuitif.
3 Tahap operasional konkret, usia 7-11 tahun. Siswa dapat mengoperasikan berbagai logika, namun masih berbentuk benda
konkrit, dan dapat berpikir logis untuk memecahkan masalah konkret. 4 Tahap operasional formal usia 11-15 tahun siswa dapat berpikir
abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam memecahkan masalah verbal.
Teori Piaget merupakan proses dimana anak secara aktif membangun kemampuan pemahaman melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi
dalam lingkungannya Trianto 2011: 14. Konsep perkembangan kognitif juga dikembangkan Jerome Bruner
dalam Suprijono 2012: 24 meliputi tiga tahap: 1 Tahap enaktif yaitu individu melakukan aktivitas dalam memahami lingkungan dengan
23
pengetahuan motorik; 2 Tahap ikonik yaitu memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal; 3 Tahap simbolik yaitu individu mampu
memiliki ide-ide abstrak melalui simbol bahasa, logika, dan sebagainya. Bruner, David Ausubel dalam Isjoni 2011: 35 mengemukakan
pembelajaran harus bermakna yaitu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang dimiliki struktur kognitif siswa. pembelajaran
yang bermakna lebih menekankan bagaimana melaksankan proses pembelajaran dan kualitasnya sehingga bahan pelajaran tidak hanya dihafal
atau diingat melainkan ada yang dipraktekkan dalam situasi nyata. Untuk memperlancar proses tersebut dibutuhkan bimbingan guru baik lisan atau
contoh tindakan.
2.1.10.2 Teori Konstruktivisme Menurut Suprijono 2012: 40 pembelajaran berbasis konstruktivisme
merupakan belajar artikulasi yaitu proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Belajar tidak hanya mengonstruksikan makna dan mengembangkan
pikiran akan tetapi memperdalam proses melalui eksplorasi ide-ide dengan kondisi nyata.
Siregar,dkk 2010:41 belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa secara
aktif dalam kegiatan berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Teori belajar konstruktivisme mendukung model time token karena dalam permbelajaran siswa akan mendapatkan stimulus dari model sehingga
24
dapat membangun pengetahuannya sendiri mengenai materi yang diajarkan guru sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Penerapan model time
token perlu disesuaikan terhadap karakteristik siswa sehingga materi yang disampaikan dapat terserap dengan baik.
2.1.11 Karakteristik Siswa SD