Fungsi Media Pembelajaran Media Pembelajaran Audio Lagu
menggunakan musik mensural yang mereka namakan iqa’ irama yang berasal
dari semacam gendang, berbentuk rhythm.
35
Dalam buku-buku hadits terdapat nas-nas yang membolehkan seseorang menyanyi, menari, dan memainkan alat
musik, tetapi kebolehan itu hanya terbatas pada acara-acara pesta perkawinan, khitanan dan ketika menyambut tamu yang baru datang atau memuji-muji orang
yang mati syahid atau juga menyambut kedatangan hari raya dan yang sejenisnya. Firman Allah SWT
: “… dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruknya suara adalah bunyi keledai.” Lukman:19. Imam Al Ghazali mengambil pengertian ayat ini dari mafhum mukhalafah. Allah SWT, memuji
suara yang baik. Dengan demikian dibolehkan mendengarkan nyanyian yang baik.
36
Islam sebenarnya menghidupkan rasa keindahan dan mendukung kesenian, namun dengan syarat-syarat tertentu, yakni jika itu membawa perbaikan dan tidak
merusak. Sejak dulu, bangsa Arab terkenal di bidang seni sastra, tentu kemudian mereka memperkaya keilmuan mereka dengan belajar dari bangsa-bangsa lain.
Kemudian datanglah Al- Qur’an yang memberi nilai seni sastrawi. Membaca dan
mendengarkan Al- Qur’an bagi orang-orang yang mau berpikir merupakan
santapan rohani yang tidak dapat dibandingkan. Pada dasarnya setiap manusia adalah seniman, sepertu tiap-tiap kita adalah
makhluk sosial, manusia ekonomi, politik, budiawan dan manusia agama. Tujuan seni dalam Islam adalah untuk mencapai keimanan dan amal shaleh serta
membina kesenangan untuk mencapai keselamatan. Hal ini bukan karena makna dari setiap hurufnya, tetapi lagu, tajwid dan aspek ekstrinsik yang menyertainya
sehingga menyebabkan telinga kita mendengarkan dan membuat hati bergetar, apalagi jika yang membacanya adalah orang yang bersuara indah.
Adapun pendapat ulama tentang seni lagu dan musik adalah:
37
35
Abdurahman Al Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam: Seni Vokal, Seni Musik dan Tari. Jakarta:Gema Insani Press, 1991, cet. Ke-1, hal. 15
36
Abdurahman Al Baghdadi, Ibid, cet. Ke-1, hal. 33
37
Abdurahman Al Baghdadi, Op.Cit., hal. 24
1. Ulama-ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa Nas-Nas syara telah
menunjukkan bahwa menyanyi, menari, memukul rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata-senjata perang pada hari raya adalah mubah boleh
sebab hari seperti itu adalah hari yang berbeda, seperti khitanan dan semua hari kegembiraan yang memang dibolehkan syara.
2. Al-Ghazali mengutip perkataan Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa
sepanjang pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para ulama hijab yang benci mendengarkan nyanyian suara alat-alat musik, kecuali di dalamnya tidak
lain bercampur dengan hal-hal yang dilarang oleh syara. 3.
Para Hanafiyah mengatakan bahwa nyanyian yang diharamkan adalah nyanyian yang mengandung kata
– kata tidak baik tidak sopan.
Adapun tentang nyanyian-nyanyian atau lagu maka hukumnya boleh. Bahkan sunnah melakukannya ketika membaca ayat-ayat Al-
Qur’an asal tidak sampai mengubah aturan-aturan bacaannya. Hukum musik dan nyanyian akan
menjadi makruh apabila dilakukan terus-menerus. Dan haram apabila telah bercampur dengan bentuk kemungkaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa, siapa saja yang niatnya bernyanyi, mendengarkan nyanyian, atau bermain musik untuk melakukan suatu
kemaksiatan kepada Allah, maka hukumnya haram. Sedangkan jika dilakukan untuk sesuatu hal yang baik seperti menambah semangat ketika berperang,
memotvasi seseorang dalam belajar hukumnya dibolehkan.