Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Berbagai penelitian yang kerap dilakukan menyatakan pengaruh musik berpengaruh terhadap kekuatan otak. Seperti yang dikatakan Manfred Clynes, dalam bukunya berjudul Music, Mind, and Brain menyatakan bahwa musik punya efek terhadap otak. 8 Dalam penjelasannya dikatakan pula bahwa irama musik punya pengaruh meningkatkan produksi serotonin dalam otak. Serotonin adalah sebuah neuro-transmiter pemancar sel saraf yang berperan penting dalam menyalurkan getaran-getaran saraf dan membantu memunculkan perasaan gembira. Saat otak menghasilkan serotonin, keteganganpun menurun. 9 Banyak orang dewasa berani bernyanyi hanya di saat mereka sendiri, tapi tidak untuk anak-anak, mereka bernyanyi dengan enjoy dan tidak merasa malu. Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS, melakukan penelitian tentang kontribusi musik saat melakukan stimulasi otak. Beliau mengatakan apabila mampu menggunakan fungsi kedua belahan otak secara seimbang, mereka akan menjadi manusia yang berpikir logis dan intuitif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur dan tajam perasaannya. 10 Dari salah satu penelitian yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari media audio lagu dapat membuat anak-anak merasa lebih baik. Selain itu, menyanyikan lagu juga penting untuk perkembangan bahasa anak. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi yaitu kemampuan guru profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran dengan metode, strategi, maupun pendekatan yang tepat yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran. Selain itu, penggunaan media dalam proses pembelajaran juga penting untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan efisien perlu dikembangkan agar dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. 8 Munif Chatib, Gurunya Manusia:Menjadikan semua Anak Istimewa dan semua Anak juara, Bandung:Kaifa, 2013, cet. 10, hal. 101. 9 Munif Chatib, Ibid. 10 Munif Chatib, Ibid, hal. 102 Berdasarkan observasi awal penulis di kelas II SD Muhammadiyah 12 Pamulang, tahun ajaran 20132014 peneliti mendapatkan data bahwa proses pembelajaran IPS masih bersifat konvensional. Konvensional dalam artian guru masih menggunakan metode ceramah dan hal tersebut masih melekat pada proses pembelajaran di sekolah tempat peneliti melaksanakan penelitian, sehingga pelajaran didominasi oleh guru yang mengakibatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang karena pelajaran yang disampaikan secara verbal. Minat siswa terhadap mata pelajaran IPS pada saat observasi terlihat masih rendah, terbukti dengan sikap siswa mengabaikan mata pelajaran tersebut saat proses pembelajaran, hal ini karena guru enggunakan metode ceramah yang biasa saja sehingga mengakibatkan hasil belajar IPS siswa menjadi rendah. Selanjutnya, penggunaan media pada saat pembelajaran belum pernah dilakukan di kelas II Al mawardi pada khususnya, baik media audio, visual maupun audio visual. KKM Kriteria Ketuntasa Minimal adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan yang memiliki karakteristik hamper sama. KKM mata pelajaran IPS di SD Muhammadiyah 12 Pamulang adalah 70. Dan 60 siswa yang nilainya masih di bawah KKM diduga masih kurang memiliki semangat belajar yang baik. Semangat belajar dapat ditimbulkan melalui pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Oleh sebab itu guru harus kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran dengan menggunakan media yang tepat. Sangat setuju apabila guru dapat menerapkan moto „Not only teach, but also touch ’ bukan hanya mengajar, tetapi juga menyentuh hati mereka. Sebab, hal itu akan menguatkan hubungan antara guru dan peserta didiknya. Pandai saja tidak cukup, keluwesan dalam mengembangkan keterampilan mengajar itu juga harus dimiliki oleh seorang guru. Biasanya, anak-anak senang mengapresiasi irama yang mereka dengar, hal ini bisa kita padukan antara kecerdasan musikal dengan kecerdasan kognitif. Lagu merupakan media yang semua orang suka, mulai dari anak-anak sampai orangtua menyukainya. Lagu menjadi hal yang penting bagi mereka, ditambah lagi industri musik yang semakin pesat, serta tayangan-tayangan televisi yang didominasi dengan acara-acara musik. Media audio lagu, merupakan sumber bahan ajaran yang ekonomis, menyenangkan, mudah disiapkan untuk digunakan oleh siswa. 11 Guru berkewajiban untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif bagi siswa agar mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Berikut adalah salah satu strategi belajar siswa dalam menghafal menggunakan media lagu, karena anak-anak suka bernyanyi. Pendekatan belajar dengan menyanyikan lagu sebagai teknik pembelajaran, tentulah sangat efektif. Sayangnya lagu-lagu edukatif, apalagi yang menunjang pembelajaran jumlahnya masih terbatas. Lagu-lagu hasil gubahan dari lagu yang dikenal oleh anak-anak dapat membantu peserta didik dalam menghafal materi pembelajaran. Ditinjau dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan media lagu dalam pembelajaran IPS dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Media Audio Lagu untuk Peningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa ”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi area dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu : 1. Hasil belajar siswa yang rendah. 2. Belum maksimalnya penggunaan media pembelajaran yang mendukung dalam proses pembelajaran baik media visual, audio, ataupun audio visual. 3. Proses pembelajaran masih bersifat konvensional. 4. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Adapun pada penelitian ini, difokuskan pada peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan media audio lagu. 11 Ronald H.Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, Jakarta:Rajawali Pers, 1987, hal. 127.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut : 1. Media audio lagu 2. Hasil belajar IPS siswa 3. Materi IPS SD kelas II tentang kewajiban dan hak anggota keluarga serta kerjasama di lingkungan tetangga.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan media audio lagu dalam pembelajaran IPS kelas II SD Muhammadiyah 12 Pamulang ? 2. Bagaimana penerapan media audio lagu dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas II SD Muhammadiyah 12 Pamulang ?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui penerapan media audio lagu pada proses pembelajaran IPS siswa 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas II SD Muhammadiyah 12 Pamulang setelah diterapkannya media audio lagu. Selanjutnya, kegunaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi guru, dapat memberikan informasi dan masukan pada guru bahwa penggunaan media audio lagu merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran IPS SD. 2. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan acuan bahwa penerapan media audio lagu dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa SD. 8

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL,

INTERVENSI TINDAKAN

A. Pembelajaran IPS

a. Pengertian Pembelajaran IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam sistem pendidikan di Indonesia baru dikenal sejak lahirnya kurikulum 1975. Sebelumnya, pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah yang berubah-ubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Misalnya kurikulum 1964 menggunakan istilah Pendidikan Kemasyarakatan. Menurut Trianto, bahwa: Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. 1 IPS sebagai suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial dan bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. Menurut Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. 2 Selanjutnya, menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BNSP, Ilmu Pengetahuan Sosial 1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, h. 171. 2 Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011 h.8. IPS adalah ilmu yang mempelajari seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu isu sosial 3 . Dapat dikatakan ilmu pengetahuan sosial merupakan pelajaran yang terdiri dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi politik, hukum, dan budaya. IPS juga merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial. IPS di sekolah dasar secara umum menggambarkan penekanan secara akhir yang hendak dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses dan menyelesaikan pendidikan dalam program Sekolah Dasar. Istilah IPS di sekolah dasar sebagai mata pelajaran yang dikemas secara terpadu dari bahan kajian sejarah, geografi, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, dan ekologi. 4 Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya memberikan siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. 5 Selanjutnya menurut Sapriya, IPS di sekolah penekanannya pada aspek pengembangan berpikir peserta didik sebagai bagian dari masyarakat yang berperan serta dalam memecahkan masalah. Kajian IPS di sekolah adalah sebagai program pendidikan yang selalu terkait dengan masalah pendekatan, metodologi, penilaian di dalam kerangka proses pendidikan di sekolah. 6 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa IPS di SDMI termasuk ke dalam program pendidikan yang terkait dengan pengembangan berpikir peserta didik sebagai bagian dari masyarakat.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat Sekolah DasarMadrasah 3 Standar Isi Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah Jakarta: Undang- undang Permendiknas No 20 Tahun, 2006, h. 175 4 Sapriya, dkk, Pengembangan Pendidikan IPS SD, Bandung:UPI PRESS, 2007 hal. 21. 5 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning:Analisis Model Pembelajaran IPS, PT. Bumi Aksara,2005 hal.15. 6 Sapriya, dkk, Op.Cit, hal. 4.