Tepung Hunkwee TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cendol

12 Kandungan amilosa dan amilopektin banyak menentukan tekstur pada makanan yang banyak mengandung pati. Menurut Graham 1977, kandungan amilosa pada beras sebanyak 16-17 dari berat total dan kandungan amilopektin beras menurut Winarno 1992 sebanyak 4-5 dari berat total. Amilosa menyebabkan terbentuknya gel yang keras dan berwarna keruh setelah dimasak sedangkan amilopektin berperan penting terhadap sifat konsistensi gel dan viskositas gel sehingga menyebabkan makanan menjadi lengket Cagampang et al., 1973. Pati tidak larut dalam air dingin, tetapi bila pati dipanaskan dalam air maka akan terjadi perubahan yang nyata pada saat mencapai suhu gelatinisasi, dimana butir-butir pati akan mengembang Kulp, 1975. Suhu gelatinisasi adalah suhu pada saat granula pati mengembang dan tidak kembali lagi ke bentuk semula irreversible. Menurut Winarno 1980 bila pemanasan diteruskan, pengembangan akan mencapai titik maksimum dan granula pati akan pecah sehingga kekentalan dari suspensi akan naik.

2.6. Tepung Hunkwee

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tepung hunkwee adalah biji kacang haijau. Biji kacang hiaju secara umum terbagi dalam dua bagian yaitu kulit biji, endosperm, dan lembaga. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan fisik, mekanik, serangan kapang dan serangga. Endosperm merupakan biji yang mengandung cadangan makanan untuk pertumbuhan lembaga. Lembaga ini akan membesar selama pertumbuhan biji tersebut Soeprapto dan Sutarman, 1990 Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting karena kacang ini banyak mengandung protein, vitamin, dan mineral. Setiap 100 gram biji kacang hijau mengandung 150-400 IU International Unit vitamin A, dan beberapa jenis vitamin lainnya. Bila biji kacang hijau dikecambahkan, maka kecambah yang tumbuh menjadi kaya akan vitamin E Soeprapto, 1998. Nilai gizi kacang hijau dan taoge dapat dilihat pada Tabel 4. Kadar vitamin kacang hijau tergantung pada bentuk olahannya. Dalam bentuk kecambah taoge kandungan vitaminnya sudah sangat berkurang dan hampir tidak 13 bersisa bila dalam bentuk tepung. Hal ini disebabkan karena vitamin yang terkandung mudah larut dalam air, terutama vitamin B1 sehingga vitamin banyak yang terbawa bersama air Soeprapto, 1998. Tabel 4. Kandungan Gizi Biji dan Kecambah Kacang Hijau per 100 Gram Soeprapto, 1998 Komposisi Satuan Biji Kecambah Taoge Kalori Kkal 345,0 23,0 Protein gr 22,2 2,9 Lemak gr 1,2 0,2 Karbohidrat gr 62,9 4,1 Kalsium mg 125,0 29,0 Fosfor mg 320,0 69,0 Besi mg 6,7 0,8 Vitamin A IU 157,0 10,0 Vitamin B1 mg 0,64 0,07 Vitamin C mg 6,0 15,0 Air gr 10,0 92,4 Salah satu pemanfaatan kacang hijau dalam industri pangan di Indonesia yang porsinya cukup besar adalah sebagai bahan baku pabrik tepung hunkwee. Tepung hunkwee adalah pati kacang hijau yang diekstrak dengan air. Kandungan utama tepung hunkwee adalah karbohidrat 83,5, sedangkan protein 4,5. Komposisi kimia tepung hunkwee disajikan pada Tabel 5 Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979. Tabel 5. Komposisi Tepung Hunkwee 100 gram Komposisi Satuan Nilai Kalori Kal 364,0 Protein gr 4,5 Lemak gr 1,0 Karbohidrat gr 83,5 Kalsium mg 50,0 Fosfor mg 100,0 Besi mg 1,0 Vitamin A IU 0,0 Vitamin B1 mg 0,0 Vitamin C mg 0,0 Air gr 10,0 Serat kasar gr 0,0 Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979. 14 Dari kacang hijau dapat diperoleh 15,20 tepung hunkwee. Proses pembuatan tepung hunkwee secara tradisional adalah dengan cara menggiling pecah biji kacang hijau menjadi dua bagian. Bagian pertama berupa kulit luar dan bagian kedua berupa kulit halus dan dedak. Bagian kulit halus dan dedak kemudian direndam selama 3-4 jam dan dicuci dengan air. Kulit halus dan dedak digiling dalam kondisi basah, kemudian dilakukan penyaringan untuk mendapatkan larutan patinya. Larutan pati diendapkan, dicuci, dan diendapkan kembali selama 3 jam sebanyak 3 kali. Endapan berupa tepung halus digiling dan dikeringkan selama 1-2 hari, kemudian ditambah dengan vanili dan zat pewarna Departemen Pertanian, Balai Informasi Pertanian Daerah Istimewa Aceh, 1987.

2.7. Pengeringan Beku Freeze Drying