Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian research and
development RD yang dilakukan oleh peneliti. Kebaruan yang dilakukan
dalam penelitian ini terletak pada desain penelitian yaitu penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media
flanacaraka dalam pembelajaran menulis huruf Jawa. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil keterampilan menulis huruf
Jawa dan perubahan perilaku siswa.
2.2 Landasan Teoretis
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi hakikat menulis, pengertian kalimat, kalimat sederhana, menulis huruf Jawa, aksara Jawa
legena, sandhangan, media pembelajaran dan media flanacaraka.
2.2.1 Hakikat Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia. Kegiatan menulis dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tersebut tidak akan datang secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur Tarigan 1986:4. Begitu juga dengan menulis aksara Jawa, harus dilakukan praktek dan latihan
secara berulang-ulang supaya dapat menulis aksara Jawa dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah penulisan.
Tarigan 1986:21 berpendapat bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain
yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Jadi menulis mempunyai tujuan agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan
dipahami oleh orang lain yang memiliki kesamaan pengertian terhadap bahasa tulisan yang digunakan Suriamiharja, dkk 1997:2.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berkomunikasi secara tertulis yang diwujudkan
dalam bentuk rangkaian lambang-lambang grafis yang dimengerti oleh penulis dan dipahami oleh orang lain yang memahami lambang-lambang grafis tersebut.
2.2.2 Kalimat
Kalimat adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal
Bloomfield dalam Ba‟dulu 2005:48. Sedangkan menurut Suriamiharja 1997:37 kalimat ialah satuan bahasa secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh Widyaningsih 2012:1. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. ., tanda tanya ?
dan tanda seru . Begitu juga dengan penulisan kalimat berhuruf Jawa dimulai dengan
adeg-adeg dan diakhiri dengan pada lungsi .
2.2.2.1 Kalimat Sederhana
Kalimat sederhana dibentuk dari sebuah klausa yang unsur-unsurnya berupa kata atau frasa sederhana Chaer 2006:330. Menurut Cook dalam
Ba‟dulu 2005:50 kalimat sederhana atau inti mempunyai lima ciri distingtif, yaitu 1 sederhana, 2 sempurna, 3 pernyataan, 4 aktif, 5 afirmatif. Suatu kalimat
yang secara simultan memiliki kelima ciri distingtif ini adalah kalimat inti, sedangkan suatu kalimat yang tidak memiliki salah satu dari kelima ciri distingtif
ini adalah kalimat turunan. Kalimat sederhana adalah kalimat yang dibentuk oleh fungsi-fungsi
pokok, yakni terdiri atas subjek, predikat dan objekpelengkap. Penulisan kalimat sederhana berhuruf Jawa juga mempunyai struktur pola yang terdiri atas subjek,
predikat, dan objekpelengkap. Hal ini dikarenakan menulis kalimat sederhana berhuruf Jawa pada hakikatnya sama dengan pengalih-hurufan dari abjad latin ke
aksara Jawa.
2.2.3 Menulis Huruf Jawa
Aksara Jawa merupakan abjad Jawa yang terdiri atas dua puluh aksara pokok yang bersifat silabik Darusuprapta 2002:5. Aksara Jawa berbeda dengan
abjad latin yang sering digunakan dalam berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. Abjad latin bersifat
alpabetic, yaitu memerlukan vokal sebagai pembantu
bunyi. Sedangkan aksara Jawa syllabaric kesukukataan yang mampu berbunyi
walaupun berdiri sendiri. Menulis aksara Jawa pada hakikatnya sama dengan pengalih-hurufan dari
abjad latin ke aksara Jawa. Menulis huruf Jawa menuntut adanya pemahaman, ketelitian, dan latihan yang teratur. Hal ini bertujuan supaya dapat menghasilkan
tulisan berhuruf Jawa dengan baik dan benar. Tulisan yang baik dalam menulis aksara Jawa dapat dilihat pada ketepatan penulisan aksara Jawa beserta
perangkatnya sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku.
2.2.4 Aksara Jawa