siklus II tingkah laku dan sikap siswa terhadap pembelajaran menulis huruf Jawa mengalami peningkatan ke arah yang lebih positif diantaranya, siswa bersungguh-
sungguh dalam mengerjakan tugas dari guru, tidak mengganggu teman  yang ada disekitarnya,  tidak  melamun  atau  mengantuk.  Suasana  kelas  juga  menjadi  lebih
kondusif dan terkendali dibandingkan pada siklus I. Menurut  guru,  pembelajaran  menulis  huruf  Jawa  dengan  menggunakan
media flanacaraka  tidak  hanya  dapat  meningkatkan  keterampilan  siswa  dalam
menulis  kalimat  sederhana  berhuruf  Jawa,  namun  perubahan  perilaku  siswa juga mengalami peningkatan ke arah yang positif.
4.2.2.3 Perbandingan Hasil Wawancara Siklus I dan Siklus II
Hasil  wawancara  pada  siklus  I  dan  siklus  II  menunjukkan  perubahan  ke arah  positif.  Berdasarkan  informasi  dari  siswa  secara  keseluruhan,  penerapan
media flanacaraka belum pernah diajarkan oleh guru dalam pembelajaran menulis
huruf  Jawa.  Pada  siklus  I  dan  siklus  II  siswa  berminat  terhadap  pembelajaran menulis huruf Jawa dengan menggunakan media
flanacaraka. Pada  siklus  I  dan  siklus  II  kegiatan  wawancara  dilaksanakan  setelah
selesai pembelajaran. Sasaran wawancara pada siklus I dan siklus II dilaksanakan terhadap  siswa  yang  memperoleh  nilai  tertinggi,sedang  dan  rendah.  Wawancara
ini  bertujuan  untuk  mengetahui  tanggapan  yang  diberikan  siswa  dalam pembelajaran menulis huruf Jawa dengan menggunakan media
flanacaraka. Wawancara  berisikan  pertanyaan  sebagai  berikut:  1  bagaimana
tanggapan  siswa  terhadap  pembelajaran  menulis  huruf  Jawa?,  2  bagaimana pendapat  siswa  tentang  cara  guru  menyampaikan  materi  pembelajaran  menulis
huruf Jawa?, 3 kesulitan apakah yang siswa alami selama pembelajaran menulis huruf  Jawa  berlangsung?,  4  bagaimana  perasaan  siswa  setelah  mengikuti
pembelajaran menulis huruf Jawa dengan menggunakan media flanacaraka?, dan
5 apa saran yang dapat siswa berikan terhadap pembelajaran menulis huruf Jawa dengan menggunakan media
flanacaraka?. Pertanyaan pertama yaitu tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis
huruf Jawa. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi pada siklus I maupun siklus II memberikan  tanggapan  yang  baik  terhadap  media
flanacaraka  dalam pembelajaran  menulis  huruf  Jawa.  Mereka  merasa  senang  dan  tertarik  dengan
pembelajaran  tersebut  karena  mendapat  penggunaan  media flanacaraka  baru
digunakan  dalam  pembelajaran  menulis  huruf  Jawa  sehingga  siswa  merasa semangat  dalam  belajar.  Siswa  yang  memperoleh  nilai  sedang  pada  siklus  I  dan
siklus  II  juga  merasa  senang  dengan  penggunaan  media flanacaraka  dalam
pembelajaran  menulis  huruf  Jawa  karena  penerapan  media  tersebut  melalui permainan. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai terendah berpendapat kurang
merasa tertarik dengan media flanacaraka, karena mereka masih kesulitan dalam
menggunakan media tersebut. Pendapat  siswa  tentang  cara  guru  menyampaikan  materi  pembelajaran
menulis  huruf  Jawa  juga  bermacam-macam.  Bagi  siswa  yang  memperoleh  nilai tertinggi  pada  siklus  I  dan  siklus  II  berpendapat  bahwa  penjelasan  guru  mudah
dipahami.  Guru  menjelaskan  sedetail  mungkin  dan  memberikan  contoh  sesuai dengan  tingkat  pemahaman  siswa.  Siswa  yang  memperoleh  nilai  sedang  pada
siklus  I  dan  siklus  II  merasa  tidak  ada  kesulitan  selama  mengikuti  pembelajaran menulis  huruf  Jawa  dengan  menggunakan  media
flanacaraka.  Apa  yang
disampaikan  oleh  guru  mudah  dipahami  dengan  baik.  Sedangkan  siswa  yang memperoleh nilai terendah pada siklus I masih belum mengerti dengan penjelasan
guru. Hal ini disebabkan karena mereka masih lambat memahami penjelasan dari guru.  Namun,  pada  siklus  II  mereka  sudah  bisa  memahami  penjelasan  guru
dengan baik. Kesulitan yang dihadapi siswa terhadap pembelajaran menulis huruf Jawa
dengan  menggunakan  media flanacaraka,  pada  siswa  yang  memperoleh  nilai
tertinggi  pada  siklus  I  maupun  siklus  II  tidak  mengalami  kesulitan  dalam pembelajaran  menulis  huruf  Jawa  dengan  menggunakan  media
flanacaraka. Siswa  yang  memperoleh  nilai  sedang  pada  siklus  I  maupun  siklus  II  merasa
kesulitan  karena  masih  belum  bisa  menulis  kalimat  sederhana  berhuruf  Jawa dengan menggunakan media
flanacaraka. Siswa yang memperoleh nilai terendah juga merasa kesulitan dalam penggunaan media
flanacaraka dalam pembelajaran menulis  huruf  Jawa  karena  mereka  belum  bisa  membedakan  aksara  Jawa  yang
bentuknya  sama.  Namun,  setelah  peneliti  melakukan  perbaikan  kembali  pada siklus  II,  siswa  yang  mengalami  kesulitan  sudah  bisa  memahami  dan  tidak
kesulitan  dalam  menulis  kalimat  sederhana  berhuruf  Jawa  dengan  menggunakan media
flanacaraka. Perasaan  siswa  setelah  mengikuti  pembelajaran  menulis  huruf  Jawa
dengan  menggunakan  media flanacaraka  pada  siklus  I  dan  siklus  II  merasa
senang dan tertarik. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedang dan terendah pada siklus I maupun siklus II merasa senang dan tertarik terhadap media tersebut.
Mereka  antusias  dan  semangat mengikuti  pembelajaran menulis  huruf Jawa.  Hal ini  disebabkan  karena  media  tersebut  dapat  diterapkan  melalui  permainan  yang
menyenangkan.  Sedangkan  saran  yang  diberikan  siswa  terhadap  pembelajaran menulis huruf Jawa dengan menggunakan media
flanacaraka beragam. Sebagian siswa  memberikan  saran  yang  baik  terhadap  media  tersebut.  Mereka  berharap
supaya  media flanacaraka  tetap  digunakan  dengan  baik  pada  pertemuan
selanjutnya.
4.2.2.4 Perbandingan Hasil Dokumentasi Siklus I dan Siklus II