mengetahui.
3
Mengajar biasanya terjadi dalam situasi formal yang dengan sengaja diprogramkan oleh guru dalam mentransformasikan materi kepada siswa
berdasarkan kurikulum dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Selain itu guru juga sebagai pelaksana dan penyeimbang kegiatan belajar mengajar.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Sedangkan kesuksesan belajar siswa tidak hanya tergantung pada intelegensi anak saja, akan tetapi juga tergantung pada bagaimana pendidik menggunakan
metode yang tepat dan memberinya motivasi.
4
Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi
mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam setiap interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur, yaitu: tujuan yang hendak dicapai, siswa dan
guru, bahan pelajaran, metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar, dan penilaian yang fungsinya untuk menetapkan seberapa jauh
ketercapaian tujuan. Istilah belajar mengajar sendiri berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber
belajar. Sumber belajar dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman.
5
Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama islam adalah kurangnya perhatian guru agama terhadap penggunaan
metode mengajar, umumnya guru hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga menimbulkan kejenuhan terhadap siswa yang akhirnya siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru. Pada akhirnya materi tersebut tidak dapat tersalurkan dan tidak dapat diserap dengan baik oleh siswa. Disamping itu juga
guru kurang memperhatikan sikap dan perilaku siswa. Kondisi siswa yang aktif dan variatif, mereka tidak akan duduk diam saja ketika guru mengajar, tetapi
3
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, Cet. 2, hal. 72.
4
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 17.
5
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat, PT. Ciputat Press Group, 2005, hal. 112.
cenderung lebih aktif. Untuk itu apabila guru hanya menggunakan metode ceramah saja maka tidak akan membuat mereka fokus terhadap pelajaran, bahkan
mereka malah lebih asik ngobrol sendiri dibanding hanya mendengarkan penjelasan guru. Dengan demikian hasil belajar siswa tidak akan sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika metode yang
digunakan benar-benar tepat, karena antara pendidikan dengan metode saling berkaitan. Disini guru sangat berperan penting dalam membimbing anak didik ke
arah terbentuknya pribadi yang diinginkan. Maka dari itu, guru agama pada mata pelajaran Akidah Akhlak tertantang
untuk bisa menyampaikan materi secara efisien dan efektif serta dapat membuat anak-anak menjadi fokus dalam proses pembelajaran. Ketika penulis melakukan
penelitian, sebelum pembelajaran Akidah Akhlak ini menggunakan metode sosiodrama dan hanya menggunakan metode ceramah, maka itu tidak akan
membuat siswa diam dan fokus terhadap pelajaran malah siswa akan sibuk dengan urusannya sendiri. Untuk itu, penggunaan metode sosiodrama sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak. Selain dapat membuat siswa aktif juga dapat membuat siswa menjadi lebih fokus memperhatikan guru
disamping penjelasan materi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
menyusunnya dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul:
“Pengaruh Metode Sosiodrama terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs
Mathlabussa’adah”
B. Identifikiasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi
permasalahan pada beberapa hal, yaitu:
a. Pembelajaran Akidah Akhlak yang dilakukan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
b. Pembelajaran Akidah Akhlak yang dilakukan hanya berpusat pada guru. c. Beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.
d. Pembelajaran Akidah Akhlak yang dilakukan di kelas VIII hanya menggunakan metode ceramah.
e. Metode yang membuat siswa aktif seperti sosiodrama belum diterapkan. f. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak masih belum
sesuai dengan tujuan pembelajaran. g. Penilaian Pendidikan Agama Islam PAI masih menitik beratkan pada
aspek kognitif.
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang diidentifikasi, peneliti membatasi masalah
yang akan diteliti, yaitu: a. Metode yang membuat siswa aktif seperti Sosiodrama belum diterapkan.
b. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak belum sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang
ingin diajukan adalah:
a. Adakah pengaruh Metode Sosiodrama terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh metode Sosiodrama
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTs
Mathlabussa’adah.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa : penerapan metode sosiodrama ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari mata pelajaran Akidah Akhlak agar mudah
dipahami dan diingat. 2. Bagi guru : dari penelitian ini diharapkan seorang guru menerapkan motode
sosiodrama sebagai alternatif motede dalam pembelajaran Akidah Akhlak. 3. Bagi sekolah : hasil penelitian ini diharapakan menjadi pengetahuan yang
bermanfaat dan menambah wawasan peneliti serta dapat lebih mudah memahami tugas berat yang yang diemban seorang guru.
4. Bagi pembaca khususnya mahasiswa : penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu kajian yang menarik yang perlu diteliti lebih lanjut
dan lebih mendalam.
8
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Hasil Belajar Akidah Akhlak
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “hasil” dan “belajar” yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk
memahami lebih mendalam mengenai hasil belajar, akan dibahas terlebih
dahulu pengertian belajar.
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi
tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: Menurut Slameto
“belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
”.
1
Sedangkan menurut Alisuf Sabri “belajar merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru
atau memperbaiki meningkatkan perilaku yang sudah ada ”.
2
1
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, hal. 2.
2
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010, cet. 4 , hal. 55.
Gage 1984 dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin mendefinisikan:
Belajar sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan
bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Definisi belajar ini mengandung pengertian bahwa belajar adalah
perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.
3
Demikian juga menurut Suyono dan Hariyanto “belajar adalah suatu
aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian
”.
4
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan seseorang secara sadar yang melibatkan unsur jiwa dan raga sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku yang relatif menetap secara
kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam dirinya baik berupa kemahiran berdasarkan alat inderanya maupun pengalamannya.
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto, yaitu:
a. Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis . suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
3
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2004, hal. 98.
4
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, hal. 9.