49
b. Tahap Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah kemampuan anak untuk mencapai kematangan sosial. Perkembangan ini diindikasikan dengan adanya proses
penyesuaian diri anak pada norma, tradisi, dan moral dalam kelompok sosial Yusuf, 2007: 180.
Sikap atau perilaku anak lebih dipengaruhi oleh teman sebaya daripada keluarga, karena anak mulai tergabung dalam kelompok teman sebaya gang.
Hal ini dikarenakan pergaulan anak semakin luas, sehingga anak akan bertemu orang disamping anggota keluarga. Meluasnya lingkungan sosial ini
menyebabkan anak memperoleh pengaruh-pengaruh dari orang diluar keluarga. Dikarenakan kanak-kanak akhir cenderung berkumpul dengan
teman sebaya, maka teman sebaya berpengaruh besar pada perkembangan anak Monks dkk, 2006: 183; Hurlock, 1978: 26; Izzaty dkk, 2008: 115.
Perkumpulan teman sebaya ini hanya bersifat sementara. Anak cenderung akan berpindah dari satu kelompok ke kelompok lainya sesuai dengan
aktivitas yang diminatinya. Sedangkan angota dipilih berdasarkan pada kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang anak lain
suka melakukanya Hurlock, 1978: 264.
Anak pada usia ini memiliki keinginan untuk diterima dikelompoknya. Anak cenderung memunculkan sikap sportif dan berusaha untuk bekerjasama
dengan orang lain sampai pada tingkat menekan kepribadian individu agar bisa diterima kelompok sosialnya. Anak merasa tidak senang apabila tidak
diterima dalam kelompoknya. Oleh karena itu, Anak akan bermain mengikuti
50 aturan kelompok, saling berbagi dan menjunjung tinggi rasa kebersamaan
dalam kelompok. Sejalan dengan hal ini, anak juga berusaha untuk bertanggung jawab memikul beban teman sebayanya Hurlock, 1978: 269;
Izzaty dkk, 2008: 117; Yusuf, 2007: 180 Akan tetapi, disisi lain anak juga mengembangkan sikap persaingan agar
bisa diterima dalam kelompok sosialnya. Persaingan ini dapat berupa persaingan internal kelompok, persaingan antar kelompok dengan kelompok
sebaya lainya, atau persaingan antara kelompok sebaya dengan lembaga yang terorganisasi dalam masyarakat Hurlock, 1978 :269.
Selain itu, pada masa kanak-kanak akhir, anak akan lebih suka berkumpul atau bermain dengan teman yang berjenis kelamin sama unisex. Hal ini
memunculkan antagonisme jenis kelamin yang membatasi anak laki-laki untuk bermain bersama anak perempuan dan sebaliknya. Lebih jauh
antagosime jenis kelamin memicu munculnya permusuhan antar jenis kelamin. Pengecualian terjadi apabila anak merasa bahwa salah satu jenis
kelamin mampu mengimbangi kecepatan yang ditetapkan masing-masing jenis kelamin, maka anak akan bersedia untuk berkumpul atau bermain
bersama. Antagonisme jenis kelamin muncul akibat adanya tekanan sosial untuk menyesuaikan peran jenis kelamin dalam lingkungan sosial Hurlock,
1978: 271-272 Anak pada usia kanak-kanak akhir cenderung memiliki kepekaan
perasaan yang berlebihan. Kepekaan berkebihan ini muncul akibat adanya penolakan dan penerimaan yang dialami anak dalam kehidupan sosialnya.
51 Kepekaan berlebihan ini selanjutnya menimbulkan sikap mudah tersinggung
terhadap kata-kata dan perbuatan orang lain Hurlock, 1978: 265. Selain itu, periode perkembangan kanak-kanak menjadi masa paling
mudah bagi anak untuk dipengaruhi. Akan tetapi, anak menjadi mudah dipengaruhi dan menurut pada pemikiran orang lain karena berusaha untuk
diterima dilingkungan sosial. Diluar itu, anak akan bersikap memberontak terhadap pengaruh orag yang lebih dewasa yang dianggap anak bersifat
otoriter Hurlock, 1978: 265. Anak pada usia ini lebih besar kemungkinanya menjadi sasaran prasangka
yang mengarah pada diskriminiasi sosial. Prasangka diperoleh anak dari penerimaan nilai-nilai budaya yang tidak kritis dari rumah dan kelompok
sosial. Dikarenakan anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya, maka anak menangkap sebagian prasangka dari kelompok teman
sebaya. Sterotype terhadap kelompok tertentu menjadikan anak cenderung menggolongkan semua hal menjadi tingkatan golongan lebih tinggi atau lebih
rendah yang selanjutnya menimbulkan diskriminasi sosial. Sikap diskriminasi ini dapat berupa perilaku membedakan dan merendahkan orang atau
kelompok lain dan merasa diri atau kelompoknya lebih tinggi atau lebih unggul secara fisik, ras, agama, sosial ekonomi, jenis kelamin dan lain lain
Hurlock, 1978: 269-271. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
siswa kelas V sekolah dasar adalah anak lebih banyak bermain dengan teman sebaya dan membentuk gang, mengembangkan sikap sportif dan bertanggung
52 jawab agar bisa diterima teman sebayanya, mengembangkan sikap
persaingan, bermain hanya dengan teman yang berjenis kelamin sama unisex, memiliki kepekaan berlebihan, mudah dipengaruhi, dan mudah
memunculkan prasangka.
E. Kajian Penelitian Yang Relevan