76
“….warga belajar sangat semangat dalam pelaksanaan KUM maupun penerimaan pesanan makanan ”. Catatan wawancara YW 25
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa warga belajar memiliki semangat yang tinggi dalam berwirausaha.
4 Memiliki bekal keterampilan
Bekal keterampilan yang diperoleh selama mengikuti program pendidikan keaksaraan usaha mandiri sangat bermanfaat warga belajar. Dengan keterampilan
yang dimiliki, maka warga belajar memiliki modal untuk membuka suatu usaha. Hal
tersebut sesuai dengan ungkapan Ibu “N” berikut : “pendukungnya ya karena memang dasarnya kebanyakan anggota sudah
memiliki keterampilan memasak mbak, apalagi kita ini kan perempuan yang sudah tiap hari didapur masak”. Catatan wawancara N 21
Ungkapan te rsebut di dudkung oleh Ibu “RS” selaku tutor :
“…memang kelompok katering ini sudah memiliki modal katerampilan memasak, jadi kami tinggal kasih resep dan beberapa teknik memasak
yang mereka belum ketahui itu pun hanya sedikit, selain itu juga ada 2 orang yang sudah ahlinya mbak, mereka sering jadi juru masak ketika ada
hajatan”. Catatan wawancara RS 21 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa warga belajar memiliki
modal keterampilan yang sudah dimiliki.
5 Adanya Potensi Lokal
Ketersediaan potensi lokal dilingkungan kegiatan usaha merupakan dukungan yang tinggi terhadap kegiatan usaha yang dijalankan oleh warga belajar lulusan
keaksaraan usaha mandiri. Potensi lokal yang dimaksud adalah adanya ketersediaan bahan utama olahan yang berlimpah dan mudah didapatkan oleh
warga belajar untuk memenuhi kebutuhan usaha kateringnya. Seperti ubi, singkong, pisang, sayuran dan buah-buahan. Hal tersebut telah mendukung
77
keberlangsungan usaha yang dijalankan oleh warga belajar. Dengan kekayaan yang melimpah tersebut, warga belajar tidak akan mengalami kesulitan untuk
mencari bahan baku. Berikut ungkapan Ibu “ YW” sebagai berikut: “… alasan membuat kelompok nusaha katering ini salah satunya juga
karena kami melihat dari potensi lokal yang ada di lingkungan, selain itu kami membentuk kelompok katering dengan ciri khas makanan tradisional
seperti makanan dari bahan ba ku ubi,singkong, pisang dll”. Catatan
wawancaraYW 23 Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Ibu
“SA” : “…pembelajaran ini akan terbentuk suatu kelompok yang merintis usaha
katering dengan memanfaatkan potensi lokal,…” Catatan wawancara SA 11
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan potensi lokal dilingkungan kegiatan usaha merupakan dukungan yang tinggi terhadap kegiatan
usaha yang dijalankan oleh warga belajar lulusan keaksaraan usaha mandiri.
b. Faktor Penghambat
Didalam mengimplemantasikan hasil penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri tentunya tidak terlepas dari faktor penghambat. Faktor
penghambat dari mengimplementasikan hasil belajar warga belajar sebagai berikut:
1 Modal Terbatas
Modal adalah sesuatu hal yang penting dalam menjalankan usaha. Modal usaha yang terbatas ditambah dengan ketidakmampuan memanajemen keuangan
merupakan penghambat dalam menjalankan usaha. Hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam melakukan perluasan usaha. Sementara itu warga belajar
78
mengalami kesulitan dalam mengakses pinjaman dari perbankan. Berikut
ungkapan Ibu “N” :
“kendalanya ya di modal mbak, modalnya sangat sedikit. Modal yang diberikan dari PKBM tidak banyak mbak, setelah habis ya kami iuran
sendiri mbak, sama pas kalo kumpulan itu kita ada istilah bayar kas. Dari uang itu ya dibelanjakan. Kalua missal permintaannya besar kami minta
DP dulu mbak”. Catatan wawancara N 22 Ungkapan tersebut di dukung
oleh pernyataan Ibu “SA”: “ faktor pengahambatnya yaitu modal mbak untuk memperluas usaha,
tetapi ya sekarang sudah banyak langganan jadi bisa tertutupi”.Catatan wawancara SA 23
Dari pernytaan di atas dapat disimpulkan bahwa Modal usaha yang terbatas ditambah dengan ketidakmampuan memanajemen keuangan merupakan
penghambat dalam menjalankan usaha.
2 Keterbatasan Mitra Usaha
Dalam menjalankan suatu usaha, mitra juga merupakan faktor penting setelah
modal dalam
pengembangan dan
perluasan usaha.
Dalam mengimplementasikan hasil program pendidikan keaksaraan usaha mandiri, warga
belajar mengalami keterbatasan dalam menjalin hubungan dengan mitra usaha. Keterbatasan mitra usaha menimbulkan usaha menjadi terlambat. Berikut
ungkapan Ibu “N”: ”….selain itu hambatannya itu wawasannya tidak luas mbak usahanya itu,
jadi ya belum banyak yang tau tentang katering saya, hanya beberapa itu juga dari mulut kemulut”. ”.Catatan wawancara N 22
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu “S” “…kateringnya yang tahu yo warga sekitar dan belum memiliki kerjasama
dengan yang lain ”.Catatan wawancara S 22
79
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keterbatasan mitra usaha menjadi penghambat berlangsungnya usaha.
C. Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil penelitian yang peneliti dapatkan, baik dari data hasil wawancara yang dilakukan peneliti sebagi subjek penelitian dan dari
pengamatan yang peneliti lakukan serta dokumentasi yang peneliti dapatkan, maka peneliti akan keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar di PKBM
Candirejo. Adapun pembahasan dari data hasil penelitian sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri di
PKBM Candirejo
Dalam penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri diadakannya sebuah persiapan dengan tujuan supaya pelaksanaan pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan keaksaraan merupakan suatu pendekatan untuk mengembangkan kemampuan warga belajar dalam
menguasai dan mengembangkan kemampuan calistung, berfikir, mengamati, mendengar, dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan Sudjana, 2004: 43.
Untuk melaksanakan program KUM yang tersebut maka diperlukan sebuah persiapan, yaitu:
1 Penyelenggara melakukan verifikasi calon tutor dan pelatih serta peserta
didik, tutor bersama penyelenggara melakukan identifikasi kebutuhan berdasarkan minat potensi peserta didik serta potensi lokal yang
berpeluang untuk dikembangkan sebagai usaha.
80
2 Tutor menyusun silabus dan Rencana pelaksanaan Pembelajaran sesuai
dengan jenis usaha yang diajarkan dengan mengacu pada standar kompetensi keaksaraan usaha mandiri yang berbasis lokal.
3 Tutor menyiapkan bahan ajarmodulmedia yang diperlukan untuk
pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran akan tertata rapi sesui dengan jadwal pembelajaran.
4 Diadakan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan oleh
penyelenggara KUM yang dihadiri oleh warga belajar beserta tokoh masyarakat.
Setelah dilakukan persiapan, maka dirumuskanlah kegiatan pelaksanaan program KUM. Tahap pelaksanaan merupakan tahapan kegiatan tersebut
dilakukan. Dalam tahap pelaksanaan hal yang dilakukan oleh penyelenggara, sebagai berikut: 1 mengacu pada Standar Kompetensi KUM. 2 Penyelenggara
bersama tutor menentukan kelompok belajar minimal 10 warga belajar setiap kelompok. 3 Penyelenggara bersama tutor atau narasumber teknis dan warga
belajar membuat kontrak belajar. 4 Tutor atau narasumber teknis dan warga belajar melaksanakan kegiatan pembelajaran atau keterampilan dasar usaha. 5
Kegiatan pembelajaran dilakukan menggunakan metode dan pendekatan belajar orang dewasa serta memanfaatkan potensi lokal Kemendikbut, 2009: 9-10.
Pelaksanaan program keaksaraan usaha mandiri meliputi: 1
Waktu pembelajaran dilakukan seminggu 2 kali atau 4 jam 60 menit setiap hari selasa dan hari jum’at pukul 20.00 WIB dengan rincian