Syarat Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

20 pengajar menjalankan fungsi administratif, seperti rekapitulasi data prestasi peserta didik, kuitansi, dan lain-lain. 9. Multimedia Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan media baik yang bersifat visual, audio, dan audio-visual bisa dilakukan secara bersama-sama atau serempak melalui satu alat yang disebut multimedia. 10. Internet Konsep pembelajaran dengan memanfaatkan internet dikenal dengan istilah e-learning. E-learning merupakan jenis kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya materi pembelajaran ke peserta didik dengan memanfaatkan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lainnya.

2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Subbab ini membahas mengenai syarat dan keunggulan media pembelajaran berbasis metode Montessori. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.

2.1.3.1 Syarat Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki empat ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan satu ciri tambahan yaitu kontekstual. Ciri-ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Menarik Media pembelajaran dibuat menarik dengan memperhatikan warna dan bentuknya sehingga anak tertarik untuk menyentuh, meraba, memegang, dan menggunakannya untuk belajar Montessori, 2002: 170-174. Alat Montessori 21 dicat warna yang cerah dan terang sehingga dapat menarik perhatian anak untuk belajar Lillard, 2005: 21. 2. Bergradasi Media pembelajaran Montessori memiliki gradasi bentuk, warna, dan usia anak. Gradasi tersebut tampak pada penggunaannya yang melibatkan beberapa indera. Selain itu, juga dapat digunakan untuk berbagai usia perkembangan anak. Gradasi bentuk dapat dilihat dari permainan pink tower yang terdiri dari 10 kubus. Kubus paling besar memiliki ukuran sisi 10 centimeter, sedangkan kubus yang paling kecil memiliki ukuran sisi 1 centimeter. Kubus yang paling besar diletakkan paling bawah kemudian kubus yang paling kecil diletakkan paling atas Montessori, 2002: 174. 3. Auto-correction Media pembelajaran yang dibuat memiliki pengendali kesalahan. Hal tersebut bertujuan agar anak mengetahui sendiri kesalahan yang dilakukannya dalam menggunakan media pembelajaran tanpa meminta bantuan dari orang lain. Ciri auto-correction dapat dilihat dari penggunaan inkastri silinder. Pengendali kesalahan pada alat tersebut adalah ukuran lubang dan inkastri yang berbeda-beda. Anak akan mengetahui kesalahannya ketika memasangkan inkastri pada lubang yang tidak tepat, kemudian anak akan mencoba mengulanginya kembali sampai dapat memasukkan inkastri pada lubang yang tepat Montessori, 2002: 170-171. 4. Auto-education Anak akan menggunakan media pembelajaran melalui usahanya sendiri. Hal ini berarti bahwa media pembelajaran yang digunakan dapat melatih anak untuk belajar secara mandiri dan meminimalisir campur tangan dari guru. Anak akan 22 fokus pada apa yang dikerjakannya tanpa menghiraukan gangguan dari sekitarnya. Peran guru dalam kelas Montessori adalah mengamati dan mengarahkan aktivitas psikis anak dan perkembangan fisiologisnya. Oleh karena itu, istilah guru dalam Montessori diubah menjadi direktris Montessori, 2002: 172-173. 5. Kontekstual Kontekstual merupakan ciri tambahan dalam pembuatan media pembelajaran berbasis metode Montessori. Liliard 2005: 32 mengemukakan bahwa dalam prinsip pendidikan Montessori, belajar hendaknya disesuaikan dengan konteks. Kontekstual yang dimaksud adalah pembelajarannya disesuaikan dengan keadaan yang ada di lingkungan sekitar anak. Material yang dibuat pun juga dengan menggunakan bahan-bahan di lingkungan sekitar yang sudah dikenal dan mudah ditemui oleh anak. Berdasarkan paparan di atas, peneliti mengembangkan media pembelajaran dengan memperhatikan kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. Media pembelajaran dikembangkan dengan memberikan warna yang menarik dan bergradasi yaitu gradasi dari warna merah tua sampai merah muda. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar lebih bersifat kontekstual yaitu dengan menggunakan warna yang menyerupai warna asli dari organ pencernaan sehingga tidak menimbulkan pemahaman konsep warna yang salah pada anak. Gradasi tersebut juga dapat dilihat dari bentuk media pembelajaran yang mempunyai tekstur dan berbentuk tiga dimensi. Selain itu, media pembelajaran tersebut juga memiliki auto-education yang membuat siswa dapat belajar secara mandiri dan auto-correction sehingga siswa dapat mengetahui kesalahannya sendiri. Ciri auto-education dapat ditunjukkan dengan adanya kartu soal yang 23 berupa kartu gambar organ pencernaan, kartu nama organ pencernaan, dan kartu fungsi organ pencernaan. Siswa dapat belajar secara mandiri dengan cara memasangkan kartu-kartu tersebut sesuai dengan pasangannya. Selain itu, kartu control of error yang memuat penjelasan singkat mengenai masing-masing organ pencernaan juga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. Selanjutnya, ciri auto-correction dapat ditunjukkan dengan adanya kartu control of error yang berisi mengenai gambar, nama, fungsi, dan penjelasan singkat mengenai masing- masing organ pencernaan pada manusia. Kartu control of error digunakan untuk memeriksa kebenaran antara kartu gambar, nama, dan fungsi organ pencernaan yang dipasangkan. Pembuatan media pembelajaran tersebut juga menambahkan ciri kontekstual yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar, misalnya kayu dan kertas.

2.1.3.2 Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori