Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science. Natural artinya berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam Samatowa, 2011: 3. Senada dengan pengertian di atas, Trianto 2012: 136 memaparkan bahwa IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan alam. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar Susanto, 2013: 165. Ruang lingkup IPA yang diajarkan pada jenjang SD meliputi aspek-aspek berikut 1 makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, 2 bendamateri, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, 3 energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, 4 2 bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya BSNP, 2006: 162. Salah satu Kompetensi Dasar KD yang harus dikuasai adalah mengenal organ tubuh manusia dan hewan serta mendeskripsikan fungsinya Kemendikbud, 2013: 103. Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa berdasarkan KD tersebut adalah organ pencernaan manusia dan fungsinya. Materi dalam pembelajaran IPA khususnya mengenai organ pencernaan manusia merupakan materi yang abstrak karena organ-organ dan proses pencernaan terjadi di dalam tubuh sehingga tidak dapat dilihat secara langsung dan prosesnya sulit dibayangkan oleh siswa. Hal ini menyebabkan materi tersebut sulit dipahami. Media pembelajaran dibutuhkan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang abstrak. Pada kenyataannya, guru jarang menggunakan media pada saat proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi pembelajaran IPA yang dilakukan peneliti pada tanggal 12 Agustus 2016 di SD Kanisius Jetisdepok. Berdasarkan hasil observasi, guru tidak menggunakan media pada saat proses pembelajaran dan hanya menggunakan buku cetak sebagai satu- satunya sumber belajar. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dari awal sampai akhir pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru lebih banyak duduk di kursi dan meminta satu persatu siswa untuk membaca materi pada buku cetak secara bergantian. Selanjutnya, guru menjelaskan dan mendiktekan materi sementara siswa mencatatnya di buku tulis. Siswa menjadi cenderung bersifat pasif, terlihat kurang bersemangat, mengantuk dan bosan selama mengikuti pembelajaran. Selain itu, ketika guru bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah disampaikan, sebagian besar siswa hanya diam dan tidak menjawab. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan 3 dengan guru dan lima orang siswa kelas V. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2016, guru mengatakan jika jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA. Demikian juga berdasarkan hasil wawancara dengan lima orang siswa kelas V yang dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2016, sebagian besar siswa mengatakan bahwa pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini biasa-biasa saja dan dirasa kurang menarik karena guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan juga masih rendah. Rendahnya pemahaman siswa dapat dilihat dari hasil ulangan harian. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, sebanyak 13 dari 19 siswa 68,42 mendapatkan nilai ulangan harian di bawah KKM yaitu 75 untuk materi organ pencernaan manusia. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada lima orang siswa kelas V di SD Kanisius Jetisdepok. Berdasarkan hasil wawancara dengan lima orang siswa kelas V, sebagian besar siswa mengatakan bahwa materi pelajaran IPA sulit karena banyak hafalannya khususnya pada materi yang berhubungan dengan organ dalam tubuh yaitu organ pencernaan manusia. Kebanyakan siswa merasa masih bingung dengan materi organ pencernaan manusia karena bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA yaitu pada materi organ pencernaan manusia karena materinya sulit dan siswa juga tidak dapat melihatnya secara langsung. Oleh karena itu, dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa agar mudah dalam memahami materi dan membuat siswa aktif serta tertarik ketika mengikuti proses pembelajaran. 4 Penggunaan media pembelajaran yang konkret dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang bersifat abstrak. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget yang menyatakan bahwa anak usia Sekolah Dasar SD berada pada tahapan operasional konkret yaitu usia 7-11 tahun Susanto, 2013: 78. Siswa SD sudah dapat berpikir logis mengenai segala sesuatu. Sistem pemikiran yang logis tersebut dapat diterapkan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang konkret. Meskipun demikian, cara berpikir anak tetap terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang kelihatan nyatakonkret bukan yang bersifat abstrak Suparno, 2011: 69-70. Oleh karena itu, penggunaan media yang konkret sangat diperlukan dalam pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Media pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam pendidikan Montessori. Pendidikan Montessori diciptakan oleh dokter Maria Montessori 1870-1952. Montessori menekankan akan pentingnya penggunaan benda-benda konkret yang dapat membantu siswa selama proses belajar. Media pembelajaran yang berdasarkan pada metode Montessori memiliki ciri-ciri yaitu: 1 menarik, 2 bergradasi, 3 auto-correction, dan 4 auto-education Montessori, 2002: 170- 174. Peneliti juga menambahkan unsur kontekstual sebagai ciri tambahan agar media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa. Gutek 2013: 240 mengemukakan bahwa ada beberapa keunggulan media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu: 1 bahan pembelajaran Montessori memungkinkan terjadinya pembelajaran sendiri, 2 material yang digunakan dalam pembelajaran Montessori dapat menghasilkan sebuah pendidikan indra, 3 menyajikan benda-benda yang dapat menarik perhatian 5 spontan dari anak, dan 4 mengandung gradasi rangsangan-rangsangan yang rasional. Selain itu, Gutek 2013: 236 juga menambahkan bahwa pembelajaran Montessori dapat mengontrol kesalahan yang akan membuat anak berproses dan fokus untuk memperbaiki kesalahannya dan melakukan perbaikan dengan berbagai cara. Media pembelajaran berbasis metode Montessori terbukti dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum 2015 mengembangkan alat peraga matematika materi penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori untuk kelas II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam penjumlahan dan pengurangan dengan perbedaan rerata nilai siswa yang diperoleh pada saat pretest dan posttest sebesar 53,74. Penelitian lain dilakukan oleh Hardiyanti 2016. Hardiyanti 2016 mengembangkan alat peraga IPS untuk materi keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori untuk kelas IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi selisih rerata nilai pretest dan posttest sebesar 37,2. Selain itu, Wulandari 2016 juga mengembangkan alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori untuk kelas I. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi perbedaan rerata nilai pretest dan posttest membaca dan menulis yaitu sebesar 26,2 dan 10. Berdasarkan paparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan Research and Development mengenai media pembelajaran IPA materi organ pencernaan manusia pada siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok tahun ajaran 20162017. Media pembelajaran dikembangkan berdasarkan lima ciri 6 media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto- correction, auto-education, dan kontekstual. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe atau bentuk dasar dari produk media pembelajaran IPA yang telah diuji secara ilmiah oleh beberapa ahli dan melalui uji coba lapangan terbatas.

1.2 Rumusan Masalah