Pengembangan media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis metode Montessori

(1)

i

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD

MATERI SIKLUS AIR

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Agnes Rahmawati

NIM: 131134062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan menyertai dalam setiap langkah menyelesaikan tugas akhir skripsi.

2. Kedua orang tuaku, Bapak Fransiskus Xaverius Mardiyo dan Ibu Elisabeth Erni Setyowati yang selalu memberi doa, dukungan, semangat dalam pendidikanku.

3. Adik-adikku Monica Sulistyowati, Samuel Ardi Kurniawan dan Daniel Raka Siwi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi.

4. Yohanes Bangkit Wantoro yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk mengerjakan tugas akhir skripsi

5. Sahabatku Carla yang selalu menemani dan berjuang bersama dari semester I hingga sekarang bersama-sama menyelesaikan tugas akhir skripsi.

6. Sahabat-sahabat ku sejak SMA Pipit, Rahma, Anggy, Diska, Villa yang sudah jarang bertemu tetapi saling mendoakan untuk kesuksesan bersama.

7. Teman-teman dekat ku Nadia, Erfindo, dan Yoyo yang selalu memberikan dukungan, doa dan penghiburan baik dalam suka maupun duka.

8. Sahabatku Amel, Siska Sugiarti, dan Yudha yang saling memberikan dukungan, semangat, dan hiburan dalam suka maupun duka.

9. Sahabatku Fransisca dan Okta yang selalu memberiku semangat.

10. Teman payung RnD Montessori yang memberikan bantuan, doa, dan semangat untuk mengerjakan tugas akhir skripsi.


(5)

v 11.Almamater Universitas Sanata Dharma.

12.Segala pihak yang mendukung dan membantu dalam setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.


(6)

vi MOTTO

Kamu bukan gagal, hanya saja kamu sedang berjalan menuju kesuksesan yang besar (Agnes: 2017)

Jangan lah kamu mengandalkan kekuatan orang lain, andalkan kekuatan Tuhan mu maka berkuranglah kekecewaan mu (Agnes: 2017)

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, medapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan


(7)

vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 April 2017 Penulis

Agnes Rahmawati


(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agnes Rahmawati

Nomor Mahasiswa : 131134062

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI

SIKLUS AIR BERBASIS METODE MONTESSORI”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 20 April 2017 Yang menyatakan


(9)

ix ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI SIKLUS AIR BERBASIS METODE MONTESSORI

Agnes Rahmawati Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dilatar belakangi karena kurangnya ketersediaan media pembelajaran dan kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran pada materi siklus air. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan prosedur pengembangan media pembelajaran siklus air berbasis metode Montessori. (2) Mendeskripsikan kualitas media pembelajaran siklus air berbasis metode Montessori

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model yang digunakan dalam pengembangan adalah Borg & Gall dan Sugiyono. Subjek pada penelitian ini adalah sepuluh siswa SD Pangudi Luhur 4 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran berbasis metode Montessori. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) prosedur penelitian dan pengembangan media pembelajaran siklus air berbasis metode Montessori untuk siswa kelas V dimodifikasi menjadi lima tahap yaitu (1) potensi dan masalah, (2) perencanaan. (3) pengembangan bentuk awal produk, (4) validasi produk dan (5) uji coba lapangan terbatas: (2) menunjukkan bahwa kualitas media pembelajaran siklus air berbasis metode Montessori yaitu sangat baik. Perolehan skor rerata validasi produk oleh para ahli sebesar 3, 91. Nilai perolehan postest oleh siswa juga lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pretest dengan selisih rerata skor sebanyak 42,4. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran siklus air berkualitas sangat baik dan dapat membantu siswa dalam memahami materi siklus air.

Kata kunci: penelitian dan pengembangan, media pembelajaran, metode Montessori, media, IPA, siklus air, metode Montessori.


(10)

x

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF PRIMARY SCHOOL’S SCIENCE LEARNING MEDIA ON WATER CYCLE MATERIAL BASED ON MONTESSORI METHOD

Agnes Rahmawati Universitas Sanata Dharma

2017

The background of this research was the lack of availability of learning media and the use of learning media which was not optimal in the learning process on water cycle material. The aims of this research were (1) to describe the development procedure of water cycle learning media based on Montessori Method. (2) to know the quality of water cycle learning media based on Montessori Method.

The method used in this research was research and development (R&D).The model use based from Borg & Gall and Sugiyono. The subject of the research are the ten students from the fifth grade of SD Pangudi Luhur 4 Yogyakarta on 2016/2017. The object of this research was learning media based on Montessori Method. Instruments that used in this research were observation guidelines, interview guidelines, questionnaire, and tes question. Data analysis technique that used were quantitative and qualitative.

The result of the research showed that (1) research and development procedure of water cycle learning media based on Montessori Method for 5th grade students modified into five steps which were (1) potential and problems, (2)

planning, (3) development of product’s early form, (4) product validation and (5) limited field trial;(2) the quality of water cycle learning media based on Montessori Method was very good. The average score of product validation by the experts was 3,91. The score of students’ postest were higher that the pretest and with difference score of 42,4. Thus, can be concluded that the water cycle learning media had a very good quality and could help students to understand water cycle material.

Keywords: research and development research, learning media, Motessori Method, media, science, water cycle.


(11)

xi KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatNya, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi Siklus Air Berbasis Metode Montessori” dengan tepat waktu. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang menyertai dan memberkati setiap langkah pengerjaan tugas akhir skripsi.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing I skripsi yang mendampingi selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

6. Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi., M.A selaku dosen pembimbing II skripsi yang mendampingi selama proses penelitian dan penulisan skripsi. 7. Br. Petrus I Wayan Parsa, FIC selaku kepala sekolah SD Pangudi Luhur I


(12)

xii peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD Pangudi Luhur II Yogyakarta.

8. An. Ida Ristiani, S.Si. selaku kepala sekolah SD Pangudi Luhur III & IV Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di Pangudi Luhur 4 Yogyakarta.

9. Ambrosius Sumarga, S,Pd, selaku guru kelas V SD Pangudi Luhur IV Yogyakarta yang telah berkenan memberikan penialian terhadap media pembelajaran serta telah membantu dalam penelitian ini.

10.Angelus Wayan Susanto, S.Pd.selaku guru kelas V SD Pangudi Luhur II Yogyakarta yang telah berkenan memberikan kritik dan saran terhadap media pembelajaran serta membantu selama penelitian.

11.Siswa kelas V SD Pangudi Luhur II dan SD Pangudi Luhur IV Yogyakarta yang bersedia membantu selama penelitian.

12.Kedua orang tua ku, FX. Mardiyo dan Elisabeth Erni Setyowati yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada peneliti. 13.Teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2013 yang selalu membantu

dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

14.Teman-teman PPL SD Pangudi Luhur Yogyakarta Dita, Amel, Siska, Sigit Delang yang selalu menghibur dan mendoakan dalam penyusunan tugas akhir skripsi.

15.Teman-teman cluster dan payung R&D pengembangan media pembelajaran berbasis metode Montessori yang saling membantu dalam suka maupun duka, berjuang bersama dan bekerjasama selama beberapa bulan ini hingga terselesainya laporan skripsi.


(13)

xiii 16.Almamater Universitas Sanata Dharma.

17.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk bantuan dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

Dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kendala. Namun kendala-kendala tersebut tidak menjadi hambatan bagi peneliti, melainkan menjadikan semangat untuk terus maju dan menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Semoga skripsi ini dapat berguna dalam hal isi maupun inspirasi untuk lebih baik lagi. Penyusun meminta maaf apabila dalam penyajian ini ada beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian, isi, dan sebagainya. Penyusun meminta kritik dan saran agar skripsi yang akan datang jauh lebih baik daripada yang sekarang.

Yogyakarta, 20 April 2017 Penulis


(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR BAGAN ... xx

DAFTAR GRAFIK ... xxi

DAFTAR RUMUS ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Definisi Operasional ... 7

1.6 Spesifikasi Produk………..8

1.6.1 Papan Gambar Siklus Air ...8

1.6.2 Puzzle Tahapan Siklus Air ...9

1.6.3 Kartu Tahapan Siklus Air ...9

1.6.4 Kotak Penyimpanan ...11


(15)

xv

2.1. Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Teori perkembangan anak ...12

2.1.2 Media Pembelajaran ...14

2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ...23

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam ...26

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 31

2.3 Kerangka Berpikir ... 33

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Setting Penelitian ... 36

3.2.1 Subyek Penelitian ...36

3.2.2 Objek Penelitian ...37

3.2.3 Lokasi Penelitian ...37

3.2.4 Waktu Penelitian ...38

3.3 Prosedur Pengembangan ... 38

3.4 Prosedur Penelitian... 43

3.4.1 Potensi dan Masalah...45

3.4.2 Penyusunan Rencana ...46

3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk ...47

3.4.4 Validasi Produk ...48

3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ...48

3.5 Pengumpulan Data ... 49

3.5.1 Observasi ...49

3.5.2 Wawancara ...50

3.5.3 Kuesioner ...51

3.5.4 Tes ...52

3.6 Instrumen Penelitian... 52

3.6.1 Pedoman Observasi ...52

3.6.2 Pedoman Wawancara ...54

3.6.3 Kuesioner ...56


(16)

xvi

3.7. Triangulasi…... 63

3.8. Teknik Analisis Data ... 65

3.8.1. Analisis Data Kuantitatif ...66

3.8.2. Analisis Data Kuanlitatif ...72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

4.1 Hasil Penelitian ... 73

4.1.1 Potensi dan Masalah...73

4.1.2 Penyusunan Rencana ...105

4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk ...115

4.1.4 Validasi Produk ...120

4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ...122

4.2 Pembahasan ... 126

4.2.1 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Siklus Air ...126

4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Siklus Air ...130

BAB V PENUTUP ... 132

5.1 Kesimpulan ………132

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 133

5.3 Saran………...133


(17)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA Kelas V ... 53

Tabel 3. 2 Garis Besar/Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 54

Tabel 3. 3 Garis Besar/Rencana Wawancara dengan Guru Kelas V ... 55

Tabel 3. 4 Garis besar/rencana wawancara dengan Siswa ... 55

Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa ... 57

Tabel 3. 6 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan Tanggapan Produk oleh Siswa ... 58

Tabel 3. 7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran ... 59

Tabel 3. 8 Kisi-kisi Soal Tes ... 61

Tabel 3. 9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes ... 61

Tabel 3. 10 Skala dan kiteria instrument validasi pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk ... 67

Tabel 3. 11 Skala dan Kriteria pedoman penilaian pada uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes ... 67

Tabel 3. 12 Skala dan kriteria pedoman penilaian pada uji validitas isi instrumen soal tes ... 68

Tabel 3. 13 Skala dan Kriteria pedoman penilaian pada uji validitas konstruk instrumen soal tes ... 68

Tabel 3. 14 Skala dan Kriteria pedoman penilaian kuesioner validasi produk oleh ahli ... 69

Tabel 3. 15 Skala dan Kriteria Pedoman Penilaian Kuesioner Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran Oleh Siswa ... 69

Tabel 3. 16 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 70

Tabel 3. 17 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ... 70

Tabel 4. 1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli ... 75

Tabel 4. 2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA ... 76

Tabel 4. 3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 78

Tabel 4. 4 Hasil wawancara dengan Wawancara Kepala Sekolah... 79

Tabel 4. 5 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 80

Tabel 4. 6 Hasil Wawancara dengan Guru... 81

Tabel 4. 7 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa... 82

Tabel 4. 8 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 83

Tabel 4. 9 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli ... 87

Tabel 4. 10 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli ... 88

Tabel 4. 11 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 89

Tabel 4. 12 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 90

Tabel 4. 13 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 91

Tabel 4. 14 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 95

Tabel 4. 15 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 97


(18)

xviii

Tabel 4. 16 Hasil uji validasi isi oleh Ahli ... 108

Tabel 4. 17 Hasil Validasi Konstruk oleh Ahli ... 109

Tabel 4. 18 Komentar Ahli dan Keputusan Perbaikan ... 110

Tabel 4. 19 Rekapitulasi Hasil validitas isntrumen tes dengan SPSS ... 111

Tabel 4. 20 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS ... 112

Tabel 4. 21 Kisi-kisi Instrumen pretest dan postest ... 112

Tabel 4. 22 Hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa ... 113

Tabel 4. 23 Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli... 114

Tabel 4. 24 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai produk oleh siswa ... 114

Tabel 4. 25 Hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa ... 115

Tabel 4. 26 Hasil validasi produk media pembelajaran oleh ahli ... 120

Tabel 4. 27 Hasil validasi produk album penggunaan media pembelajaran oleh ahli ... 121

Tabel 4. 28 Perolehan pretest dan postest ... 123

Tabel 4. 29 Tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh guru ... 125

Tabel 4. 30 Tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh siswa. .... 125

Tabel 4. 31 Hasil penilaian ciri media pembelajaran Montessori pada media pembelajaran siklus air ... 130


(19)

xix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Desain Papan Siklus Air ... 9

Gambar 1.2 Kartu Nama Tahapan dan Kartu Penjelasan Tahapan ... 10

Gambar 1.3 Kartu Angka dan Kartu gambar siklus air ... 10

Gambar 1.4 Kartu Control of error ... 10

Gambar 1.5 kotak penyimpanan puzzle ... 11

Gambar 1.6 Kotak Penyimpanan Kartu ... 11

Gambar 4.1 Gambar papan tahapan siklus air ... 117

Gambar 4.2 Kotak Penyimpanan Puzzle ... 118

Gambar 4.3 Tutup Kotak Penyimpanan ... 118

Gambar 4.4 Kartu penjelasan tahapan dan kartu gambar tahapan ... 119


(20)

xx DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literatur Map dari Penelitian-penelitian yang relevan ... 33

Bagan 3.1 Langkah penelitian pengembangan menurut Sugiyono. ... 40

Bagan 3.2 Bagan rancangan penelitian ... 42

Bagan 3.3 Bagan Prosedur Pengembangan………45

Bagan 3.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ... 64

Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 65

Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 84

Bagan 4.2 Bagan Triangulasi Teknik Pengumpulan Data ... 103


(21)

xxi DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Perolehan pretest dan postest... 124 Grafik 4. 2 Grafik selisih rerata pretest dan rerata posttest... 124


(22)

xxii DAFTAR RUMUS

Rumus 3. 1 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert ... 70 Rumus 3. 2 Rumus perhitungan persentase jawaban pada kuesioner ... 71 Rumus 3. 3 Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest ... 71


(23)

xxiii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Lembar Validasi Pedoman Observasi... 136 Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran IPA ... 140 Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

oleh Ahli ... 141 Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara Dengan Kepala Sekolah ... 147 Lampiran 1.5 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli . 149 Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Guru ... 155 Lampiran 1.7 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 157 Lampiran 1.8 Transkrip Wawancara dengan siswa ... 161 Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan

Guru……….162

Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa . 169 Lampiran 2.3 Lembar Hasil Uji Kterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan

Siswa SD Setara ... 177 Lampiran 2. 4 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru 181 Lampiran 2. 5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan

Siswa ... 184 Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Isi Instrumen Tes oleh

Ahli………..187

Lampiran 3.4 Output SPSS untuk Perhitungan Validitas Reliabilitas

Instrumen Tes. ... 195 Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest ... 202 Lampiran 3.7 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest ... 204 Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk Oleh

Ahli………. 205

Lampiran 4.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai media pembelajaran oleh Siswa ... 209 Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan

Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa ... 213 Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Ahli ... 214 Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Album Penggunaan Media

Pembelajaran oleh Ahli ... 220 Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan mengenai Media Pembelajaran

oleh siswa ... 223 Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ………..225 Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 226

Lampiran 6 Dokumentasi………227

Lampiran 7 Album Penggunaan………..228 Lampiran 8 Foto Media Pembelajaran………246 Lampiran 9 Curriculum Vitae………..249


(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Alam yang sering disingkat menjadi IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam pendidikan nasional di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar (Susanto, 2013: 165). IPA diartikan sebagai usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat sasaran serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga memperoleh kesimpulan. Pada pengertian IPA tersebut jelas dikatakan bahwa pembelajaran IPA bukanlah semata-mata menghafal informasi atau mengingat dan menimbun informasi akan tetapi siswa perlu memahami informasi yang diperoleh dan dapat menghubungkan pada kehidupan sehari-hari (Susanto, 2013:166).

Ruang lingkup pembelajaran IPA pada jenjang Sekolah Dasar meliputi 1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, 2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, 3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, 4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP, 2006: 162). Kompetensi dasar yang ada pada kurikulum 2013 salah satunya adalah mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi


(25)

2 serta kelangsungan makhluk hidup. Materi siklus air merupakan salah satu materi yang dipelajari di kelas V SD. Ruang lingkup IPA yang cukup luas seperti yang telah dipaparkan ini tidak semuanya berada di sekitar lingkungan siswa. Peneliti memilih materi siklus air dikarenakan air merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh manusia dan seiring berjalannya waktu, air mulai sulit didapatkan terutama pada saat musim kemarau. Sehingga diharapkan dengan mempelajari materi siklus air anak dapat mengerti dan menghargai arti pentingnya air bagi kehidupan manusia. Materi pada pembelajaran IPA yang jauh dari kehidupan sehari-hari akan sulit dipahami oleh siswa karena materi yang abstrak dan sulit dibayangkan oleh siswa, sehingga penerimaan materi yang disampaikan oleh guru kurang maksimal. Terlebih proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir peserta didik (Susanto, 2013:165). Materi siklus air merupakan salah satu materi yang abstrak dan sulit dipahami oleh siswa karena proses tahapan siklus air yang meskipun terjadi di alam akan tetapi tidak dapat dilihat secara kasat mata. Ditambah lagi materi pada siklus air cukup luas dan tahapannya yang cukup rumit apabila hanya dihapalkan. Untuk itu dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi siklus air agar siswa benar-benar paham dan mengerti tahapan yang terjadi pada siklus bukan hanya menghapal materi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 September 2016 di SD Pangudi Luhur Yogyakarta, meskipun terletak di pusat kota Yogyakarta akan tetapi SD tersebut memiliki halaman yang cukup luas. Pada bagian pinggir halaman terdapat banyak pohon-pohon yang besar. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat digunakan oleh pihak sekolah untuk


(26)

3 membuat media pembelajaran secara mandiri mengingat banyaknya bahan-bahan yang tersedia di sekitar lingkungan sekolah seperti kayu, kertas dan plastik.

Pada kenyataanya, saat peneliti melakukan observasi pada tanggal 2 September 2016 di kelas V SD Pangudi luhur Yogyakarta. Guru belum menggunakan media pembelajaran untuk menyampaikan materi. Pada saat pembelajaran IPA materi siklus air, terlihat jika siswa bingung terhadap materi yang dipelajari. Hal tersebut tampak ketika guru memberi pertanyaan secara lisan, beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan kurang tepat. Ketika peneliti melakukan observasi, guru menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pada saat menerima pembelajaran siswa terlihat kurang bersemangat dalam belajar. Mereka terlihat meletakkan kepala diatas meja, beberapa anak mengerjakan hal lain yang tidak diminta oleh guru. Sehingga pembelajaran yang berlangsung saat itu menjadi sepi karena kurangnya interaksi guru dan siswa.

Berdasarkan hasil wawancara tterhadap guru kelas V, guru membenarkan bahwa penyampaian materi siklus air cukup sulit dikarenakan beberapa anak belum paham terhadap tahapan yang terjadi pada siklus air. Sulitnya penyampaikan materi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak digunakannya media pembelajaran pada saat menyampaikan materi, materi yang rumit atau siswa yang sulit untuk berkonsentrasi. Guru kelas V menyadari bahwa salah satu langkah yang dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi guru maupun siswa adalah penggunaan media pembelajaran. Hal tersebut juga dibuktikan pada analisis kebutuhan baik guru maupun siswa yang mengatakan bahwa diperlukannya media pembelajaran untuk membantu siswa dalam memahami


(27)

4 materi pembelajaran dan membantu guru dalam menyampaikan materi agar siswa lebih mudah menerima materi. Dengan pengalaman langsung yang dialami oleh anak, maka materi yang diajarkan akan lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh anak. Dengan pengalaman langsung pula anak akan mengetahui bagaimana prosesnya dan anak dapat menyimpulkan sendiri materi yang dipelajari. Tetapi karena keterbatasan media pembelajaran dan keterbatasan guru dalam membuat media maka guru belum menggunakan media.

Menurut Piaget (dalam Desmita, 2009:101) pada usia 7-11 tahun atau usia anak pada jenjang sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret yaitu pada tahap tersebut anak sudah mampu berpikir secara logis mengenai segala sesuatu namun belum mampu berpikir secara abstrak. Pada tahap operasional konkret atau pada usia 7-11 tahun (dalam Susanto, 2013:75) perkembangan ini ditandai dengan tiga kemampuan baru yaitu mengklasifikasi (mengelompokkan), mengasosiaasi (menghubungkan), dan menyusun sehingga mereka sudah mampu memecahkan masalah-masalah sederhana. Siswa dapat menyelesaikan permasalahan-permasalah yang dihadapi dengan cara yang bervariasi. Hal ini mengarah pada hal-hal yang konkret sehingga dibutuhkan sebuah media pembelajaran bagi siswa yang sedang pada tahap operasioanal konkret mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang menggunakan media pembelajaran pada pembelajarannya adalah metode Montessori.

Ciri khas pembelajaran berbasis Metode Montessori adalah penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajarannya. Maria Montessori selaku pendiri metode Montessori mengatakan bahwa pentingnya menggunakan media


(28)

5 pembelajaran dan menggunakan benda-benda konkret untuk membantu siswa dalam belajar. Pendidikan Montessori memiliki delapan prinsip yaitu 1) keleluasaan dalam bergerak untuk meningkatkan pembelajaran, 2) kebebasan dalam mempersiapkan lingkungan belajar, 3) ketertarikan dalam belajar, 4) menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) pembelajaran dengan dan dari teman sebaya, 6) pembelajaran dalam konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru dengan siswa, dan 8) keteraturan lingkungan dan pikiran (Liliard, 2005: 29-33)

Ciri-ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correction dan auto-education ini telah didesain sesuai dengan kebutuhan pada setiap jenjangnya (Montessori, 2002: 170-174). Media pembelajaran berbasis metode Montessori telah terbukti dapat membantu siswa dalam proses belajar. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Noi, Wulandari dan Hardiyanti.

Berdasarkan permasalahan mengenai materi siklus air pada mata pelajaran IPA, kebutuhan terhadap media pembelajaran dan hasil penelitian terhadap media pembelajaran berbasis metode Montessori mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada penelitian terdahulu dan belum adanya penelitan pengembangan pada mata pelajaran berbasis metode Montessori, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (research and development). Peneliti tertarik melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran IPA materi siklus air. Media pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pada media pembelajaran berbasis metode Montessori. Pengembangan media pembelajaran yang dilakukan dengan memperhatikan lima ciri media pembelajaran pada metode Montessori yaitu menarik, auto-correction, auto-education, bergradasi dan


(29)

6 kontekstual. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe atau bentuk dasar dari produk media pembelajaran IPA yang diujikan secara ilmiah kepada para ahli dan uji coba terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua rumusan masalah yaitu:

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis metode Montessori untuk siswa kelas V?

1.2.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas V?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan memiliki tujuan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan prosedur pengembangan media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis metode Montessori untuk siswa kelas V.

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis metode Montessori dengan kualitas baik untuk kelas V.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan memperoleh pengetahuan mengenai meateri siklus air dengan menggunakan media pembelajaran berbasis metode Montessori.

1.4.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan pengetahuan baru mengenai media pembelajaran berbasis metode Montessori


(30)

7 1.4.3 Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman yang baru tentang penerapan media berbasis Metode Montessori dalam pembelajaran IPA, sehingga peneliti mendapatkan bekal dalam mengaajar menggunakan media pembelajaran berbasis metode Montessori.

1.4.4 Bagi Sekolah

Menambah pengetahuan mengenai media pembelajaran berbasis metode Montessori dan dapat mengadopsi metode tersebut.

1.5Definisi Operasional

1.5.1 Perkembangan Anak adalah anak pada usia 7-11 tahun berada pada tahapan operasional konkret dimana anak belum mampu berpikir secara abstrak. Anak memerlukan benda-benda konkrit untuk membantunya berfikir secara logis. 1.5.2 Media Pembelajaran adalah suatu alat yang berada disekitar lingkungan siswa yang dapat merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa untuk belajar dan mendukung proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

1.5.3 Media Pembelajaran berbasis Metode Montessori adalah alat yang dapat merangsang minat, pikiran siswa untuk belajar. Alat ini memiliki empat ciri khusus yaitu menarik, auto-correction, auto-education dan bergradasi dan satu ciri tambahan yaitu kontekstual.

1.5.4 Ilmu Pengetahuan Alam adalah kumpulan pengetahuan yang mempelajari alam semesta dan penerapannya menekankan pada metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen untuk membentuk sikap ilmiah seperti rasa, ingin tahu, terbuka dan jujur.


(31)

8 1.6 Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah media pembelajaran siklus air beserta album petunjuk penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dikembangkan berfungsi membantu siswa dalam memahami tahapan yang terjadi pada setiap siklusnya. Media pembelajaran siklus air terdiri dari 5 komponen papan gambar siklus air, puzzle tahapan siklus air, kartu siklus air, kotak penyimpanan puzzle tahapan siklus air, dan kotak penyimpanan kartu. 1.6.1 Papan Gambar Siklus Air

Papan gambar siklus air terbuat dari kayu. Papan gambar siklus air ini berbentuk balok dengan ukuran 60cm x 40 cm x 3cm. Pada dalam papan berisi tentang tahapan siklus air. Pada bagian tertentu, dalam papan juga terdapat serbuk kayu untuk membedakan tekstur pada setiap bagian, misalkan membedakan tekstur tanah dan laut agar terlihat seperti aslinya. Pewarnaan pada media pembelajaran yang dikembang, peneliti memilih warna-warna yang sesuai dengan bagian isi bumi. Untuk laut diberi warna biru, bagian tanah coklat, bagian pohon hijau pada daun dan coklat pada batang, bagian langit warna biru muda. Pada bagian dalam papan gambar tiruan isi bumi, diletakkan beberapa magnet hal ini sebagai media kerja bagi para siswa dalam melengkapi tahapan yang terjadi pada siklus air. Papan gambar siklus air juga dilengkap dengan tutup pada bagian atasnya. Tutup dibuat menyerupai selobokan pada laci. Selobokan ini nantinya juga digunakan sebagai tempat kerja saat menggunakan kartu tahapan siklus air. Papan gambar siklus air ini memiliki berat 2 kg.


(32)

9 60 cm

Gambar 1. 1 Desain Papan Siklus Air 1.6.2 Puzzle Tahapan Siklus Air

Selain papan gambar siklus air, peneliti juga membuat puzzle tahapan siklus air. Puzzle tahapan ini meliputi potongan bagian isi bumi seperti hujan, awan, selain puzzle potongan isi bumi, dilengkapi dengan bagian nama pada setiap tahapan dan anak panah yang menunjukkan pergantian pada setiap tahapannya dan juga puzzle angka yang digunakan sebagai urutan pada setiap tahapnya. Puzzle tahapan bagian isi bumi memiliki ukuran yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan berdasarkan tahapan siklus air. Puzzle nama tahapan siklus air berbentuk persegi panjang dengan ukuran 4 cm x1,5 cm. Puzzle angka berbentuk persegi dengan ukuran 2cm x 2cm.

1.6.3 Kartu Tahapan Siklus Air

Peneliti juga membuat kartu tahapan siklus air. Kartu tahapan terdiri dari 3 bagian yaitu kartu gambar tahapan, kartu penjelasan tahapan, kartu nama tahapan dan kartu angka. Kartu gambar berbentuk persegi dengan ukuran 6,5 cm x 6,5 cm. Kartu gambar berisi gambar yang menunjukkan satu tahapan pada siklus air. Kartu penjelasan tahapan siklus air berbentuk persegi dengan ukuran 6,5 cm x 6,5


(33)

10 cm dan kartu nama tahapan berukuran persegi panjang dengn ukuran 6, 5 x 3 cm. dan satu kartu control of error. Pada satu kartu control of error memuat gambar, penjelasan dan nama tahapan pada satu tahapannya.

Gambar 1. 2 Kartu nama tahapan dan kartu penjelasan tahapan

Gambar 1. 3 Kartu Angka dan Kartu gambar siklus air

Proses penguapan air laut yang ada dipermukaan bumi karena adanya energy

panas matahari.

3 cm

6,5 cm 6,5 cm

3 cm

1

Gambar 1. 4 Kartu Control of error

6,5 cm

6.5 cm 6,5 cm

3 cm

15 cm


(34)

11 1.6.4 Kotak Penyimpanan

Puzzle tahapan siklus air disimpan pada kotak berbentuk balok dengan ukuran 25 cm x 13 cm x 5 cm. Kotak ini dibagi menjadi 3 bagian yang berfungsi untuk meletakkan puzzle bagian isi bumi, puzzle nama tahapan, puzzle angka dan puzzle anak panah diletakkan dalam satu kotak yg sama. Kotak penyimpanan puzzle ini juga dilengkap dengan tutup. Kartu disimpan dalam sebuah kotak berbentuk balok dengan ukuran

Gambar 1. 5 kotak penyimpanan puzzle

Gambar 1. 6 Kotak Penyimpanan Kartu 13 cm

25 cm

5 cm

7 cm 23 cm


(35)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini berisi mengenai kajian pustaka, kerangka berfikir. Kajian pustaka membahas mengenai teori yang mendukung penelitian. Kerangka berfikir berisi tentang gambaran hubungan antar konsep.

2.1. Kajian Pustaka

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Peneliti membahas beberapa hal diantaranya adalah perkembangan anak, media pembelajaran, media pembelajaran berbasis metode Montessori dan Ilmu Pengetahuan Alam.

2.1.1 Teori perkembangan anak

Piaget meyakini bahwa pemikiran anak seorang anak berkembang melalui serangkaian tahapan pemikiran mulai dari bayi hingga masa dewasa. Piaget atau Jean Piaget merupakan salah seorang tokoh psikologi asal Swiss ( Desmita, 2009:98). Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahapan yaitu : (1) Tahap sensorimotor (2) Tahap Pra-operasional (3) Tahap operasonal Konkret dan (4) Tahap Operasional Formal ( Desmita, 2009: 101). 2.1.1.1 Tahap Sensorimotor

Tahap sensorimotor berlangsung pada usia 0-2 tahun. Pada masa ini bayi bergerak dari tindakan refleksi instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor atau tindakan fisik.


(36)

13 2.1.1.2 Tahap Pra-Operasional

Tahap Pra-operasional berlangsung pada usia 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata dan gambar ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.

2.1.1.3 Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret berlangsung pada usia 7 – 11 tahun atau anak pada jenjang sekolah dasar. Pada tahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk benda. Menurut Piaget (Desmita, 2009:104) aktivitas anak pada masa ini adalah terfokus pada objek-objek yang nyata atau berbagai kejadian yang dialaminya. Ini berarti bahwa anak pada usia sekolah dasar sudah memiliki kemapuan untuk berpikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengetahui banyak cara untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. 2.1.1.4 Tahap Operasional Formal

Tahap operasional formal berlangsung pada usia 11 tahun ke atas pada tahap ini remaja mulai berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.

Berdasarkan paparan ahli diatas dapat disimpulkan perkembangan anak adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada anak baik kemampuan sikap, pengetahuan maupun keterampilan baik fisik maupun psikis yang berlangsung secara berkesinambungan dan sistematis. Siswa kelas V SD (10-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir logis terhadap peristiwa-peritiwa yang terjadi disekitarnya. Pada tahap ini pula anak


(37)

14 sudah mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari tetapi dengan menggunakan objek-objek nyata atau berdasarkan kejadian yang dialami secara langsung. Sehingga pada tahap ini anak belum mampu berpikir secara abstrak. Dengan demikian, penggunaan benda-benda nyata atau konkret pada anak usia 10-11 tahun yang berada pada tahap operasional konkret memang sangat diperlukan karena sesuai dengan karakteristik anak pada tahap perkembangannya.

2.1.2 Media Pembelajaran

Pada uraian media pembelajaran membahas mengenai pengertian media pembelajaran, manfaat media pembelajaran dan klasifikasi media pembelajaran. 2.1.2.1. Pengertian Media Pembelajaran

Gagne (dalam Sadiman dkk, 2008: 6) mengatakan bahwa media merupakan jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar lebih lanjut Gerlach and Eli (dalam Anitah,2009:5) mengemukakan bahwa media merupakan alat-alat grafis, fotografi atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. H. Malik (1994) mengemukakan bahwa media segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Winkle memaparkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian yang dialami oleh siswa itu sendiri. Gagne (Kuriawan, 2014: 7) mengemukakan pendapat bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan,


(38)

15 mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat pada setiap peristiwa yang dialami oleh siswa. Pengertian pembelajaran juga dikemukakan oleh Miarso yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali.

Berdasarkan pemaparan beberapa ahli mengenai media dan pembelajaran maka Gagne (dalam Karwati, 2014:224) menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru kepada peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat serta perhatian peserta didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efisien. Asosiasi Pendidikan Nasional memberikan pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsnag pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Arief dkk, 2008:7). Sanaky juga menambahkan bahwa media pembelajaran merupakan (1) sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. (2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajaran yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, (4) bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, (5) bentuk-bentuk komunikasi dan metode yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual dan audio-visual (Sanaky, 2013:3-5).


(39)

16 Dari beberapa pendapat yang dikemukan oleh para ahli mengenai media pembelajaran, maka penulis mennyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat yang berada disekitar lingkungan siswa yang dapat merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa untuk belajar dan mendukung proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran, media pembelajaran merupakan aspek penting untuk merangsang minat, pikiran dan perasaan siswa. Oleh karena itu, penelitian ini menghasilkan sebuah media pembelajaran yang mendukung berlangsungnya proses belajar siswa.

2.1.2.2. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki sejumlah manfaat penting baik untuk guru, maupun bagi siswa. Menurut Karwati manfaat media pembelajaran yaitu : (1) Mengatasi perbedaan pengalaman. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman setiap peserta didik yang satu dengan yang lain pasti berbeda baik latar belakang keluarganya maupun lingkungannya. Media pembelajaran mampu mengatasi perbedaan pengalaman tersebut. (2) Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih abstrakdan sulit dijelaskan secara langsung kepada peserta didik, dapat dikonkretkan atau disederhanakan peserta didik itu sendiri melalui media pembelajaran. Misalkan untuk menjelaskan mengenai siklus air dapat menggunakan video atau gambar. (3) Mengatasi keterbatasan, media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsunng di dalam kelas oleh peserta didik. Misalnya menjelaskan mengenai hewan singa, tidak mungkin guru untuk membawa singa secara langsung ke dalam kelas. Guru dapat


(40)

17 menggunakan gambar singa atau video mengenai singa. (4) Interaksi langsung, media pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. (5) Menghasilkan keseragaman pengamatan. Persepsi yang dimiliki setiap peserta didik pasti berbeda, apabila mereka hanya mendengarkan saja, belum pernah melihat sendiri, bahkan belum pernah memegang, meraba dan merasakannya. Untuk itu, media pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memiliki persepsi yang sama. (6) Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistis. Seringkali sesuatu yang disampaikan oleh guru dipahami secara berbeda oleh peserta didik. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran seperti gambar, film, grafik dll dapat memberikan konsep dasar yang benar pada materi yang hendak disampaikan. (7) Merangsang dan membangkitkan motivasi untuk belajar. Pemasangan gambar-gambar di papan temple, pemutaran film, mendengarkan rekaman, merupakan rangsangan-rangsangan tertentu yang memunculkan motivasi peserta didik untuk belajar. (8) Memberikan pengalaman integral. Media pemebelajaran memberikan pengalaman yang integral dan konkret sampai pada hal yang bersifat abstrak (Karwati,2014:226).

Selain itu, AH. Sanaky (Sanaky,2013:7) mengungkapkan bahwa media pembelajaran sangat bermanfaat untuk pembelajar maupun pengajar. Manfaat media pembelajaran untk pengajar yaitu:

a. Memberikan pedoman, arah untuk mecapai tujuan pembelajaran. b. Menjelaskan struktur dan urutan pembelajaran secara baik. c. Memberikan kerangka sistematis mengajar yang baik. d. Memudahkan kendali pengajar trehadap materi pelajaran.


(41)

18 e. Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran. f. Menciptakan kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan.

Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar adalah : a. Meningkatkan motivasi belajar pembelajar.

b. Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis. c. Pembelajar dapat memahami materi secara sistematis

d. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar.

Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh para ahli. Menurut Kempt dan Dayton (dalam Arsyad, 2014:25). Banyak manfaat yang didapat dalam penggunaan media pembelajaran. Dampak positif penggunaan media pembelajaran menurut Kempt and Dayton pada penelitian yang mereka lakukan sebagai berikut.

a. Penyampaian pelajaran lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian media pembelajaran maka akan menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda dengan penggunaan media pembelajaran akan mengurangi tafsiran yang berbeda apabila diterima oleh pelajar.

b. Pembelajaran lebih menarik. Media pembelajaran digunakan sebagai penarik perhatian sehingga membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikkan. Kejelasan, keruntutan pesan, daya tarik yang berubah-ubah dan efek khusus yang digunakan dalam media pembelajaran menimbulkan rasa keingintahuan yang menyebabkan siswa berpikir dan beranalisis yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.


(42)

19 c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori-teori belajar dan prinsip-prinsip psikologi dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.

d. Sikap positif siswa mengenai apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli mengenai manfaat media pembelajaran, maka peneliti menyimpulkan beberapa manfaat media pembelajaran terhadap guru, siswa maupun proses pembelajaran yaitu (1) media pembelajaran menarik minat dan keingintahuan siswa sehingga menjaga siswa untuk tetap memperhatikan (2) media pembelajaran membantu siswa mempermudah memahami materi yang abstrak menjadi lebih nyata. (3) meningkatkan dan menggali kreatifitas guru dalam menciptakan berbagai media pembelajaran dalam berbagai materi (4) pemebalajaran lebih menarik, sehingga siswa tidak dalam tekanan ketika mengikuti pembelajaran.

2.1.2.3 Klasifikasi Media Pembelajaran

Terdapat banyak sekali media pembelajaran yang dapat digunakan, untuk memudahkan, Karwati mengklasifikasikan media pembelajaran untuk menyederhanakan pengelompokan media pembelajaran. Berikut merupakan klasifikasi media pembelajaran :

a. Media Visual

Media visual adalah media yang penyampaian pesannya terfokus melalui indera penglihatan. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual), dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual).


(43)

20 1.) Media visual Diproyeksikan (Projected Visual)

Media ini pada dasarnya merupakan media menggunakan alat proyeksi (projector) sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam dan media proyeksi gerek. Beberapa alat yang masuk kedalam media proyeksi diam seperti Opaque Projection, Overhead Projection, Slide Projection. Media proyeksi bergerak seperti filmstrips dan film projection.

2.) Media Visual Tidak Diproyeksikan ( Non Projected Visual )

Jenis media visual ini adalah gambar fotografik dan media grafis yang meliputi sketsa, gambar, grafik, bagan, poster. Kartun dan karikatur. b. Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar.

c. Media Audio Visual

Media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut dengan media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual maka penyaji materi pembelajaran bagi peserta didik semakin lengkap dan optimal.


(44)

21

d. Media Cetak

Jenis-jenis media cetak anatara lain : 1. Buku pelajaran

Buku pelajaran disebut juga buku teks. Buku pelajaran adalah suatu kumpulan bahan pelajaran yang disusun secara sistematis dengan berpedoman kepada kaidah-kaidah keilmiahan.

2. Surat Kabar dan Majalah

Surat kabar dan majalah merupakan media komunikasi masa dalam bentuk cetakyang beisi informasi actual tentang peristiwa tertentu. 3. Ensiklopedi

Ensiklopedi disebut juga dengan kamus besar yang memuat berbagai istilah ilmu pengetahuan terbaru. Ensiklopedi merupakan sumber bacaan penunjuang.

4. Buku Suplemen

Buku ini berfungsi sebagai bahan pengayaan bagi peserta didik, baik yang berhubungan dengan pelajaran maupun tidak.

5. Pengajaran berprogram

Media ini merupakan salah satu sistem penyampaian pengajaran dengan media cetak yag memungkinkan siswa belajar secara individu sesuai dengan kemapuan dan kesempatan belajarnya serta memperoleh hasil sesuai dengan kemampuannya juga.


(45)

22 e. Media Model

Media model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, atau objek yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya.

f. Media realita

Media realita merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada peserta didik. Realita ini merupakan benda yang sesungguhnya seperti mata uang, tumbuhan,

g. Belajar Benda Sebenarnya melalui Specimen

Specimen adalah benda-benda asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh. Namun ada juga benda asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh specimen benda yang masih hidup akuarium, terrarium, kebun binatang. Contoh specimen benda yang sudah mati herbarium, awetan dalam botol.

h. Komputer

Komputer merupakan produk yang dihasilkan perkembangan jaman modern. Saat ini computer mendapat perhatian besar karena kemampuannya untuk mempermudah proses pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik terlebih lagi ditambahkan dengan teknologi dan jaringan internet.


(46)

23 i. Multimedia

Seiring dengan perkembangaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka penggunaan media baik yang bersifat visual, audio, audia-visual, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama-sama atau serempak melalui satu alat yaitu multimedia.

j. Internet

Pembelajaran melalui internet saat ini menjadi focus perhatian para ahli pendidikan. Konsep pembelajaran dengan memanfaatkan internet disebut juga pembelajaran berbasis ICT atau disebut juga dengan e-learning. E-learning merupakan jenis kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan tersampainya materi pembelajaran kepada peserta didik melalui internet. Berdasarkan pemaparan beberapa ahli mengenai klasifikasi media pembelajaran, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran siklus air berbasis metode Montessori termasuk pada klasifikasi media model. Hal tersebut dikarenakan, media yang dibuat berdasarkan bentuk nyatanya yaitu papan siklus air.

2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

2.1.3.1. Syarat Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Media pembelajaran Montessori mempunyai 4 ciri khusus (Montessori, 2002:171-175).

a. Menarik. Media pembelajaran Montessori dirancang semenarik mungkin mulai dari segi warna, bentuk, dan sebagainya agar dapat menambah minat siswa dalam belajar. Pewarnaan, media yang menarik dapat mengaktifkan


(47)

24 sensorial anak dalam menyentuh, meraba, bahkan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh media pembelajaran (Montessori, 2002:174). b. Bergradasi. Media pembelajaran Montessori mempunyai gradasi

rangsangan warna, bentuk, maupun usia anak. Media pembelajaran Montessori tidak hanya bergradasi dalam arti dapat melibatkan sebanyak mungkin penggunaan panca indera, tetapi juga pada gradasi penggunaaan untuk berbagai usia perkembangan anak maupun materi yang dapat diperoleh dari media pembelajaran yang sama (Montessori, 2002:174). Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak warna yang memiliki beberapa warna, misalnya warna biru tua hingga biru muda. Gradasi ukuran tinggi ke rendah dapat diperkenalkan dengan menggunakan media pembelajaran Montessori (Montessori, 2002:175). c. Auto-correction. Media pembelajaran Montessori mempunyai pengendali

kesalahan pada setiap media pembelajaran itu sendiri. Hal tersebut bertujuan agar anak dapat mengetahui secara mandiri benar atau salah aktivitas yang dilakukannya tanpa ada orang lain yang mengoreksi. (Montessori, 2002:171).

d. Auto-education. Media pembelajaran Montessori dibuat untuk menumbuhkan kemandirian anak serta pengembangan kemampuan secara mandiri tanpa ada campur tangan dari orang dewasa. Lingkungan belajar dirancang sedemikan rupa agar tidak ada orang dewasa yang mengintervensi hal-hal yang dilakukan anak. Hal tersebut dikarenakan setiap alat sudah mempunyai pengendali kesalahan (Montessori, 2002:172-173).


(48)

25 e. Kontekstual. Peneliti menambahkan satu ciri tambahan yaitu kontekstual. Montessori meyakini bahwa belajar hendaknya juga disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005:32). Oleh karena itu, Montessori menyediakan peralatan untuk belajar anak dengan memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar anak. Dengan demikian, anak mengalami sendiri tentang apa yang ada di lingkungan sekitarnya, bukan karena orang lain (Hainstock, 1997:83).

Dari 5 ciri khas media pembelajaran Montessori yang telah dipaparkan, disimpulkan bahwa 5 ciri khas tersebut dapat dijadikan sebagai syarat atau acuan dalam pembuatan media pembelajaran berbasis Metode Montessori.

2.1.3.1 Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Media pembelajaran Montessori dapat melatih keterampilan anak dan mendorong perkembangan anak secara intelektual (Hainstock, 1997:82). Lillard (1996:80-85) menambahkan bahwa siswa mampu melihat, menggunakan, dan menemukan konsep dan berpikir kreatif melalui media pembelajaran Montessori. Selain itu, bahan pembelajaran dari metode Montessori memungkinkan terjadinya pembelajaran yang mandiri sehingga pengajar tidak perlu turut ikut campur dalam latihan-latihannya. Pada pembelajaran berbasis metode Montessori ini anak dapat mendidik dan melatih dirinya sendiri, Anak dapat berproses untuk memperbaiki kesalahan dan melakukan perbaikan ini secara mandiri karena bahan pembelajaran memiliki pengendali kesalahan (Gutex, 2013:233).

Pada pembelajaran berbasis metode Montessori ini menciptakan pembelajaran yang mandiri karena bahan pembelajarannya. Hal ini menyebabkan munculnya pendidikan indra. Pendidikan indra ini melatih


(49)

keterampilan-26 keterampilan indra seperti menata, mengelompokkan, membandingkan dengan melihat, menyentuh, melihat, membaumerasa, mendengar, dan meraba benda-benda yang ada di sekitarnya. Tujuan dari pendidikan indra ini adalah untuk menyempurnakan persepsi terhadap rangsang melalui latihan-latihan yang berulang-ulang (Gutex, 2013:238)

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran siklus air berbasis metode Montessori memiliki keunggulan yaitu memungkinkan siswa belajar secara mandiri dengan adanya pengendali kesalahan yang terdapat pada media tersebut.

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam

Pembelajaran IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dalam pelaksanaan proses ilmiah. Proses ilmiah antara lain: pengamatan, analisis atau eksperimen (Yusuf, 2007). Menurut Fowler (dalam Trianto,2010:135) pembelajaran IPA adalah ilmu yang sistematis yang dirumuskan berhubungan dengan gejala kebendaan dan terutama didasarkan pada pengamatan dan induksi. Lebih lanjut Kardi dan Nur ( dalam Trianto, 2010:136) mengungkapkan bahwa IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera.

Dari penjelasan beberapa ahli mengenai pengertian Ilmu Pengetahuan Alam, maka peneliti menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah kumpulan pengetahuan yang mempelajari alam semesta dan penerapannya


(50)

27 menekankan pada metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen untuk membentuk sikap ilmiah seperti rasa, ingin tahu, terbuka dan jujur.

2.1.4.1 Hakikat IPA

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Laksmi Prihantoro (dalam Trianto,2010:137) pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk IPA merupakan sekumpulan pengetahuan, sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains. Dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi-teknologi yang dapat memberi kemudahan dalam kehidupan.

Pada hakikatnya, Marsetio Donosepoetro (dalam Trianto,2010:137) menjelaskan bahwa IPA dipandang pula sebagai proses, produk dan prosedur. IPA dipandang sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk, diartikan sebagai hasil proses berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah maupun luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. IPA sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang disebut dengan metode ilmiah. Selain proses dan produk, Daud Joesef (dalam Trianto, 2010 : 137) menambahkan hakikat IPA juga sebagai suatu kebudayaan atau suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi, nilai, aspirasi maupun inspirasi.

Sebagai salah satu mata pelajaran pokok di sekolah dasar, pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin


(51)

28 tahu anak secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah (Samatowa, 2010:2). Berdasarkan pemaparan para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang bersifat abstrak hendaknya memberikan pengalaman langsung untuk siswa dengan menggunakan hal-hal yang bersifat konkret seperti media pembelajaran untuk membantu siswa dalam belajar.

2.1.4.2Siklus Air

Daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), dan kondensasi (pengembunan). Berikut proses daur air yaitu:

a. Evaporasi

Air di laut, sungai, dan danau menguap karena pengaruh panas dari sinar matahari. Tumbuhan juga mengeluarkan uap air ke udara. Proses penguapan ini disebut evaporasi.

b. Presipitasi

Uap air naik dan berkumpul di udara. Lama-kelamaan, udara tidak dapat lagi menampung uap air (jenuh). Proses ini disebut presipitasi (pengendapan)

c. Kondensasi

Jika suhunya turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Titik-titik air ini membentuk awan. Proses ini disebut kondensasi (pengembunan).


(52)

29 Titik-titik air di awan kemudian akan turun menjadi hujan. Air hujan akan turun di darat maupun di laut. Air hujan itu akan jatuh ke tanah atau perairan. Air hujan yang jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah (infiltrasi). Selanjutnya, air tanah akan keluar melalui sumur. Air tanah juga akan mengalir ke danau atau sungai. Air hujan juga ada yang jatuh ke perairan, misalnya sungai atau danau. Kondisi ini akan menambah jumlah air di tempat tersebut (Run 0ff). Air di sungai akan mengalir ke laut. Di lain pihak sebagian air di sungai dapat menguap kembali. Air sungai yang menguap membentuk awan bersama dengan uap dari air laut dan tumbuhan. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam daur air. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah air di Bumi secara keseluruhan cenderung tetap. Hanya wujud dan tempatnya yang berubah. Secara sederhana daur air dapat digambarkan seperti di samping ini.

Selama dalam perjalanan siklus air, air ada yang tertahan di berbagai tubuh perairan, ada pula yang langsung kembali masuk pada siklus air. Berdasarkan lama peredaran air, siklus air dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu siklus pendek, sedang, dan panjang.

a.Siklus Pendek

Siklus pendek merupakan suatu proses peredaran air dengan jangka waktu yang relatif cepat. Proses ini biasanya terjadi di laut. Air laut mengalami evaporasi (penguapan), karena adanya panas dari sinar matahari. Uap air dari evaporasi naik ke atas sampai pada ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi sehingga terbentuk awan. Awan semakin lama semakin besar, maka turunlah sebagai hujan di atas laut. Air yang turun ini kembali menjadi air laut yang akan mengalami evaporasi lagi.


(53)

30 b. Siklus Sedang

Air laut mengalami evaporasi menuju atmosfer, dalam bentuk uap air karena panas sinar matahari. Angin yang bertiup membawa uap air laut ke arah daratan. Pada ketinggian tertentu, uap air yang berasal dari evaporasi air laut, sungai, dan danau terkumpul makin banyak di udara. Suatu saat uap air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi, kemudian menjadi hujan. Air hujan yang jatuh di daratan selanjutnya mengalir ke parit, selokan, sungai, danau, dan menuju ke laut lagi. c.Siklus Panjang

Panas sinar matahari menyebabkan evaporasi air laut. Angin membawa uap air laut ke arah daratan dan bergabung bersama dengan uap air yang berasal dari danau, sungai, dan tubuh perairan lainnya, serta hasil transpirasi dari tumbuhan. Uap air ini berubah menjadi awan dan turun sebagai presipitasi (hujan). Air hujan yang jatuh, sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) menjadi air tanah. Adakalanya presipitasi tidak berbentuk hujan, tetapi berbentuk salju atau es. Sebagian air hujan diserap oleh tumbuhan serta sebagian lagi mengalir di permukaan tanah menuju parit, selokan, sungai, danau, dan selanjutnya ke laut. Aliran air tanah ini disebut perkolasi dan berakhir menuju ke laut. Air tanah juga dapat muncul ke permukaan menjadi mata air. Siklus panjang merupakan siklus yang berlangsung paling lama dan prosesnya paling lengkap.


(54)

31 2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian mengenai metode Montessori telah dilakukan oleh Noi (2015), Wulandari (2016) dan Hadiyanti (2016) yang mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori.

Noi (2015) mengembangakan alat peraga berbasis metode Montessori materi penjumlahan dan pengurangan di kelas III. Jenis penelitian yang digunakan oleh Noi adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian ini menunjukan bahwa alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori yang dikembangkan memiliki kualitas yang sangat baik dilihat dari perolehan skor validasi ahli yaitu 3,73. Alat peraga yang dikembangkan juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor rerata pretes dan posttes yang meningkat dari 58,21 menjadi 97,82.

Wulandari (2016) juga mengembangkan media pembelajaran materi membaca dan menulis permulaan untuk kelas I. Jenis penelitian yang digunakan oleh Wulandari adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari menunjukkan bahwa alat peraga membaca dan menulis permulaan memiliki kualitas yang sangat baik. Hal tersebut terlihat dari perolehan hasil validasi oleh para ahli sebesar 3,82. Dengan perolehan skor selisih pretest dan postest sebesar 26,2 sehingga alat peraga berbasis metode Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memiliki kualitas yang sangat baik.

Senada dengan Noi (2015) dan Wulandari (2016), Hardiyanti (2016) juga melakukan penelitian alat peraga berbasis metode Montessori materi Keragaman


(55)

32 Budaya Indonesia. Hasil dari penelitian yang dilakukan Hardiyanti diperoleh skor rerata 3,9 untuk validasi alat peraga berbasis metode Montessori materi Keragaman Budaya Indonesia. Hasil penelitian tersebut terjadi selisih postest dan pretest sebesar 3,7 atau terjadi peningkatan skor rerata pretest 35,6 menjadi 72,8. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti menemukan hubungan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian media pembelajaran berbasis metode Montessori menunjukkan bahwa media pembelajaran berbasis metode Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi mebaca dan menulis permulaan serta pada mata pelajaran IPS materi keragaman budaya Indonesia. Pada penelitian sebelumnya, metode Montessori telah dikembangkan dalam mata pelajaran Matematika dan IPS. Oleh sebab itu peneliti mencoba melakukan penelitian media pembelajaran berbasis metode Montessori pada mata pelajaran IPA materi mengenai proses siklus air yang terjadi di bumi yang belum dikembangkan pada penelitian terdahulu. Kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat di literature map pada bagan2.1


(56)

33 Bagan 2. 1 Literatur Map dari Penelitian-penelitian yang relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Materi siklus air merupakan salah satu materi yang yang dipelajari oleh siswa kelas V. Materi siklus air berisi mengenai pengertian siklus air dan penjelasan pada setiap tahapan pada siklus air. Apabila materi siklus air disampaikan menggunakan metode ceramah saja tanpa menggunakan media lain dalam penjelasannuya, tentu saja siswa akan kesulitan dalam memahami bagaiaman tahapan ada siklus air sebenernya. Hal ini terjadi karena materi siklus air merupakan materi yang abtrak sehingga jika dalam penyampainnya menggunakan metode ceramah tanpa didukung dengan media pembelajaran maka siswa hanya mengerti tahapan siklus air buka memahami setiap tahapannya.

Penelitian tentang Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Noi (2015) Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD

Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode

Montessori

Wulandari (2016) Pengembangan Alat Peraga

Membaca dan Menulis Permulaan Materi Penjumlahan

Berbasis Metode Montessori.

Hardiyanti (2016)

Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran IPS SD Materi Keragaman Budaya Indonesia berbasis Metode Montessori

Rahmawati (2017)

Pengembangan Media pembelajaran IPA SD Materi Siklus Air Berbasis


(57)

34 Ditambah dengan menurut Piaget pada tahapan operasional konkret anak pada umur 7-11 tahun atau jenjang sekolah dasar hanya mampu mengolah pikiran dan berpikir dengan mengunakan benda-benda konkret untuk mempelajari hal baru. Untuk dapat memahami materi siklus air siswa perlu secara mandiri mempelajari tahapan siklus air menggunakan media pembelajaran. ketika siswa belajar secara mandiri dan mengalami secara langsung dalam usaha memperoleh pengetahun maka, pengetahuan yang didapat dapat dipahami dan bertahan lama dalam pikiran siswa daripada siswa mendengarkan mengenai sebuah teori pengetahuan.

Metode Montessori merupakan salah satu metode yang mengembangkan berbagai media pembelajaran untuk menunjang sebuah pembelajaran yang berlangsung. Metode Montessori ini menekankan pada kemandirian siswa dalam belajar untuk menemukan sebuah pengetahuan baru. Media pembelajaran yang dikembangkan pada metode Montessori telah di desain sedemikian rupa untuk memberikan ruang bagi siswa untuk mngembangkan kemapuannya. Media pembelajaran dalam metode Montessori juga telah disesuaikan dengan kebutuhan anak mulai dari tekstur, berat, ukuran dan warna media pembelajaran itu sendiri. Ciri media pembelajaran metode Montessori yang bergradasi, memiiliki pengendali kesalahn dalam belajar sehingga menarik siswa untuk belajar dan memungkinkan siswa belajar secara mandiri. Ditambah lagi media pembelajaran pada metode Montessori dibuat nyata dan disesuaikan dengan lingkungan anak sehingga semakin mendukung siswa dalam belajar materi siklus air dalam mata pelajaran IPA.


(58)

35 Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA yang dapat membantu siswa untuk memahami materi siklus air. Penelitian ini difokuskan pada kompetensi dasar „‟Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumu serta kelangsungan makhluk hidup„‟. Dengan menggunakan media pembelajaran berbasis metode Montessori. Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Apabila media pembelajaran berbasis metode Montessori diterapkan dalam pembelajaran IPA materi siklus air siswa akan lebih mudah memahami dalam belajar materi siklus air.

2.4 Pertanyaan Penelitian

2.4.1 Bagaimana prosedur pengembangan media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis metode Montessori di kelas V?

2.4.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis Metode Montessori menurut Guru?

2.4.3 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis Metode Montessori menurut para ahli?

2.4.4 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi siklus air berbasis Metode Montessori menurut siswa?


(59)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau yang disebut dengan research and development. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses dalam mengembangkan dan memvaliadasi suatu prototipe produk yang dilakukan melalui serangkaian riset dengan menggunakan metode dalam suatu siklus yang melewati berbagai tahapan (Ali & Asrori, 2014: 105). Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis metode Montessori ada materi siklus air. Penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan alat peraga oleh siswa dalam memahami materi siklus air di kelas V. Selain itu, hasil dari penelitian ini hasil dari penelitian ini berupa prototipe alat peraga siklus air berbasis Metode Montessori.

3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas V PL 4 tahun ajaran 2016/2017 di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Sekelompok siswa tersebut berjumlah sepuluh anak yang terdiri dari tiga siswa putra dan tujuh siswi putri.


(60)

37 Pemilihan siswa tersebut berdasarkan hasil konsultasi kepada guru kelas. pertimbangan guru kelas memilih kesepuluh siswa tersebut berdasarkan nilai ulangan harian yang memiliki nilai tinggi, sedang dan rendah. Pemilihan kesepuluh siswa dengan memperhatikan karakteristik siswa seperti siswa yang tidak banyak bicara di kelas, siswa yang sering berbicara dengan teman pada saat pembelajaran, siswa yang pendiam, dan siswa yang sering membuat gaduh kelas. 3.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah media pembelajaran IPA berbasis metode Montessori. Media pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa dalam memahami tahapan siklus air yang terjadi di bumi. Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran tersebut untuk mempelajari tahapan siklus air dalam mata pelajaran IPA kelas V pada semester I. Media pembelajaran ini terdiri dari papan tiruan isi bumi syang terbuat dari papan kayu dan serbuk gergaji. Papan tahapan memuat setiap proses yang terjadi pada siklus air dan kartu siklus yang berfungsi sebagai pengendali kesalahan ketika siswa menggunakan alat peraga tersebut serta kotak kartu dan kotak papan yang berfungsi untuk menyimpan papan tahapan dan kartu siklus.

3.2.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SD Pangudi Luhur 4 Yogyakarta yang terletak di Jalan Panembahan Senopati No.18, Prawirodirjan, Gondomanan, Yogyakarta. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada saat melaksanakan PPL baik kepada siswa maupun guru mata pelajaran menunjukkan hasil bahwa sekolah tersebut walau terletak di pusat kota Yogyakarta dalam penggunaan alat peraga pada pembelajaran


(61)

38 khususnya IPA khususnya masih minim. Penggunaan alat peraga yang masih minim tersebut ternyata berdampak pada nilai ulangan harian IPA pada salah satu kelas yang cukup rendah dan tidak memenuhi KKM dibandingkan kelas parallel lainnya sehingga sering diadakannya remidi. Berada pada pusat kota Yogyakarta tentunya lebih mudah untuk menemukan bahan-bahan pembuat alat peraga yang beraneka ragam.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan dari bulan Juli 2016 sampai bulan April 2017. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama sembilan bulan. Mulai dari penentuan judul penelitian, pembuatan proposal penelitian, pengambilan data, ujian akhir tugas skripsi dan revisi setelah ujian tugas skripsi.

3.3 Prosedur Pengembangan

Penelitian dan pengembangan ini mengadopsi model Borg & Gall (dalam Arifin, 2011: 129-132) & model yang dipaparkan oleh Sugiyono (Sugiyono, 2015: 407-408). Borg & Gall (dalam Arifin, 2011: 129-132) memerinci langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan ke dalam sepuluh langah yakni:

(1) Penelitian dan pengumpulan informasi dan observasi kelas. (2) Perencanaan. (3) Pengembangan produk awal. (4) Uji lapangan produk awal. (5) Revisi produk awal. (6) Uji lapangan. (7) Revisi produk. (8) Uji pelaksanaan lapangan. (9) Revisi akhir produk. (10) Desiminasi. Borg & Gall memaparkan kesepuluh langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan melakukan penelitian dan pengumpulan informasi dengan observasi kelas, studi literature.


(62)

39 b. Perencanaan yang meliputi perumusan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian dan produk yang dihasilkan, serta kemungkinan melakukan uji terbatas.

c. Pengembangan produk awal yang meliputi persiapan bahan-bahan pelajaran, buku pegangan dan perangkat pembelajaran.

d. Uji lapangan produk awal yang melibatkan satu sampai tiga sekolah dengan mengikutsertakan enam hingga dua belas subjek dan menggunakan teknik teknik wawancara, observasi, dan angket yang hasilnya dianalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahannya.

e. Berdasarkan hasil analisis, produk awal tersebut direvisi berdasarkan hasil dari uji coba produk awal sehingga dapat menhasilkan produk yang lebih baik.

f. Uji lapangan. Data kuantitatif berupa pretes dan posttes untuk mengukur ketercapain dari tujuan pembelajaran.

g. Perbaikan produk berdasarkan hasil uji produk yang dilakukan sebelum diujikan kembali pada tahapan selanjutnya.

h. Uji coba lapangan pada skala yang lebih luas meliputi sepuluh hingga tiga puluh sekolah yang terdiri dari empat puluh sampai 200 subyek dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan kuesioner untuk dianalisis.

i. Revisi produk akhir berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan terakhir.

j. Desiminasi (menyebarluaskan) produk dan melaporkan produk akhir hasil penelitian dan pengembangan (dalam arifin, 2011: 129-132).


(1)

243 41. Guru bertanya kepada siswa „‟ tahapan yang pertama pada proses siklus

air disebut?‟‟

42. Guru bertanya kepada siswa „‟ tahapan yang kedua pada proses siklus air disebut?‟‟

43. Guru bertanya kepada siswa „‟ tahapan yang ketiga pada proses siklus air disebut?‟‟

44. Guru bertanya kepada siswa „‟ tahapan yang keempat pada proses siklus air disebut?‟‟

45. Guru bertanya kepada siswa „‟ tahapan yang kelima pada proses siklus air disebut?‟‟

Latihan ketujuh

46. Guru kemudian melepas seluruh puzzle dan meletakkan kembali ke dalam kotak penyimpanan.

47. Guru mengajak siswa untuk mencoba menggunakan media pembelajaran siklus air seperti yang telah guru contohkan dengan berkata „‟ bisakah kamu menyusun kembali kembali agar menjadi proses siklus air yang tepat?‟‟


(2)

244 49. Setelah siswa selesai menyusun puzzle siklus air, guru memeriksa

pekerjaan siswa.

50. Guru memberikan kartu control of error kepada siswa.

51. Kemudian guru bertanya kepada siswa‟‟ apakah kamu telah menyusun dengan benar‟‟.

52. Jika siswa telah mengerjakan dengan belajar, guru berkata „‟ hari ini kita telah belajar siklus air‟‟. Jika siswa belum tepat dalam menyusun siklus air maka guru berkata „‟ kita bisa mencoba menyusun proses siklus air pada pembelajaran selanjutnya‟‟.

53. Guru kemudian mengajak siswa untuk merapikan kembali media pembelajaran siklus air seperti keadaan semula.

54. Guru kemudian menunjukkan kartu tahapan siklus air kepada siswa dan berkata‟‟ anak-anak sudah mempelajari proses siklus air dengan menggunakan papan tiruan isi bumi dan menyusun puzzle, kemudia ibu memiliki 3 buah kartu‟‟

55. Guru menunjukkan kartu pertama yaitu kartu gambar dengan berkata‟‟ ada beberapa kartu gambar yang menunjukkan setiap tahapan siklus air‟‟.


(3)

245 56. Guru menunjukkan kartu kedua yaitu kartu nama tahapan siklus air dari

tahapan satu sampai terakhir.

57. Guru menunjukkan kartu ketiga yaitu kartu penjelasan pada setiap tahapannya.


(4)

246 58. Guru mengajak siswa untuk bekerja bersama dengan berkata „‟ bisakah kamu menyusun kartu sesuai dengan tahapannya dimulai dari kartu gambar, kartu nama tahapan dan kartu penjelasan‟‟

59. Siswa menyusun kartu tahapan proses siklus air.

60. Setelah selesai, guru memberikan kartu control of error dan meminta siswa untuk meneliti hasil pekerjaannya secara mandiri. Apabila masih terdapat bagian yang kurang tepat guru meminta siswa untuk menyusun kartu kembali.

61. Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan berkata „‟ Hari ini kita telah belajar proses siklus air yang terjadi di bumi, apabila masih ada yang belum jelas dapat belajar lagi pada kesempatan selanjutnya.

62. Guru meminta siswa untuk merapikan kembali kartu tahapan siklus air.


(5)

247 Lampiran 8 Gambar Media Pembelajaran IPA Berbasis Metode Montessori Materi Siklus Air


(6)

248 Lampiran 9 Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selama menjadi mahasiswa PGSD, peneliti mengikuti berbagai kegatan untuk mengembangkan soft skill. Pada tahun 2014 peneliti mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I & II. Peneliti telah mengikuti Kursus Mahir Tingkat Dasar (KMD) dan Week-End Moral pada tahun yang sama. Peneliti mengikuti seminar yang diadakan oleh Universitas Sanata Dharma bekerja sama dengan HAN University dengan tema „‟Reinventing Childhood Education. Selanjutnya, peneliti menjadi pengisi acara pada acara „‟ The 4 th International Montessori Conference‟‟ dengan mempresentasikan media pembelajaran berbasis metode Montessori yang dikembangkan oleh peneliti. Peneliti juga terlibat aktif dalam berbagai kepanitiaan, diantarannya sebagai anggota divisi dampok dalam acara Parade Gamelan Anak Se-Jawa pada tahun 2013. Anggota divisi konsumsi dalam acara Inisiasi Prodi PGSD pada tahun 2014 dan koordinator divisi konsumsi Insisasi Prodi PGSD pada tahun 2015. Peneliti mengikuti kegiatan English Club yang diadakan oleh PGSD USD salama empat semester untuk melatih kemampuan berbahasa inggris, Masa Pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul „‟Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi Siklus Air Berbasis Metode Montessori‟‟

Agnes Rahmawati adalah anak pertama dari empat bersaudara. Lahir di Sleman pada tanggal 19 Februari 1995. Pendidikan dasar diperoleh di SD Kanisius Minggir dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama di peroleh di SMP N 1 Minggir dan lulus pada tahun 2010. Pendidikan menengah lanjutan diperoleh di SMA N I Seyegan dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, peneliti tercatat sebagai mahasiswa