Pengembangan media pembelajaran IPA SD materi bagian bagian tubuh katak berbasis metode Montessori

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD

MATERI BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS

METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Margareta Aprilia Husadani NIM: 131134137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

iii


(4)

iv PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, menuntun, menolong, dan memberi kemudahan dalam setiap langkah hidupku ini. 2. Orang tuaku, Jaka Warsono dan Lucia Eko Setyani yang telah

memberikan kasih sayang dan dukungan baik material, moral, maupun spiritual.

3. Adikku tersayang, Maria Goretti Rosariningtyas yang selalu memberikan semangat untukku dalam melalui setiap proses ini.

4. Kekasihku, Danang Teleswara yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan penghibur di kala sedih.

5. Andrea Vicky Novianti, teman suka dan duka yang selalu memberikan dukungan sedari kecil.

6. Angela Risma Viani dan Agustinus Nugrahanto, teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

7. Para sahabat dan teman terkasih atas segala tawa canda, kebahagiaan, kesedihan, dan kebersamaan dalam setiap langkah kehidupan ini

8. Teman-teman payung R&D Montessori IPA dan PGSD yang selalu memberikan semangat dan hiburan.

9. Para dosen di PGSD Sanata Dharma. 10.Almamater Universitas Sanata Dharma.

11.Segala pihak yang membantu dan mendukung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.


(5)

v MOTTO

“Setiap hari adalah kesempatanku untuk memperbaiki apa yang kurang, melanjutkan apa yang sudah baik, dan melaksanakan apa yang menjadi

tanggungjawabku”

“Aku akan membuat sisa dari kehidupanku sebagai bagian terbaik dari sejarah perjalananku.”

“Berhentilah merendahkan dirimu. You are created to be different!”


(6)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Juli 2017 Peneliti


(7)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Margareta Aprilia Husadani

Nomor Mahasiswa : 131134137

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI

BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS METODE

MONTESSORI”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 21 Juli 2017 Yang menyatakan


(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS METODE MONTESSORI

Margareta Aprilia Husadani Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian adalah belum adanya media pembelajaran yang konkret dalam proses pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengembangkan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis metode Montessori, (2) mengetahui kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis metode Montessori.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model pengembangan yang digunakan adalah model yang dipaparkan oleh Sugiyono (2015) dan Borg dan Gall (2010) yang kemudian dimodifikasi menjadi lima langkah. Subjek penelitian ini adalah 10 orang siswa kelas II di SD Kanisius Eksperimental Mangunan tahun ajaran 2016/2017.Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran berbasis metode Montessori. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner dan soal tes. Teknik analisis yang digunakan kuantitatif dan kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) lima langkah pengembangan yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Media pembelajaran dikembangkan berdasarkan empat ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori: menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Peneliti juga menambahkan ciri kontekstual dalam pengembangan. (2) Hasil validasi media pembelajaran oleh ahli, menunjukkan kualitas media pembelajaran sangat baik, dengan rerata skor sebesar 3,86. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai posttest lebih tinggi dari pretest, dengan selisih rerata nilai sebesar 35. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan, memiliki kualitas sangat baik dan membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak beserta kegunaannya. Kata kunci: media pembelajaran, metode Montessori, bagian-bagian tubuh


(9)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF ELEMENTARY SCHOOL’S SCIENCE LEARNING MEDIA FOR FROGS BODY PARTS BASED ON MONTESSORI

METHOD

Margareta Aprilia Husadani Sanata Dharma University

2017

The background of this research was there is no a concrete media in the learning process of frog’s body parts and their functions yet. The aims of this research were (1) to developed the learning media of frog’s body parts and their functions based on the Montessori method. (2) to known the quality of the learning media of frog’s body parts and their functions based on the Montessori method.

The method that used in this research was research and development method (R&D). The type of this research was the development type that presented by Sugiyono (2015), and Borg and Gall (2010) which is modified into five steps. The subjects of this research were ten students of 2nd grade in the Academic Year 2016/2017 in Kanisius Experimental Elementary School Mangunan. The object of this research was learning media of animal’s parts of body based on Montessori method. The instruments that used in this research were the observation guide, the interview guide, the questionnare, and the guestion set. The data analysis techniques in this research were quatitative and qualitative technique.

The results of this research was (1) the five steps of development were potential problems, planning, design development, product validation, and limited field trial. That learning media was developed based on four characteristics of Montessori learning media: attractive, have gradation, auto-education, and auto-correction. The writer also added contextual in the development. (2) The results of expert’s validation on the learning media showed that the quality of the learning media was great, with the average score of 3.86. Limited field trials indicate that posttest values was higher than pretest score, with the difference in the average value of 35. Thus, it could be concluded that the frog’s body parts learning media based on Montessori method that has been developed, has an excellent quality and it helps the students to understand the inner and outer parts of frog’s body and their functions.


(10)

x KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti., S.Si., M.T., M.Sc. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi. 6. Khatarina Supatmi, S.Pd. selaku Kepala SD Kanisius Eksperimental

Mangunan yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

7. Antonius Ifnu, S.Pd. selaku guru kelas II dan segenap guru serta karyawan SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu selama proses penelitian.

8. Siswa-siswi SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu dalam uji coba lapangan terbatas.

9. Kedua orang tuaku, Bapak Jaka Warsono dan Ibu Lucia Eko Setyani yang senantiasa mendoakanku, memberikan semangat, dan dukungan baik secara material maupun spiritual.


(11)

xi 10. Adikku tersayang, Maria Goretti Rosariningtyas yang selalu memberikan

semangat.

11. Kekasihku, Danang Teleswara yang menjadi penyemangatku dan penghibur dikala sedih.

12. Andrea Vicky Novianti, teman suka dan duka yang selalu memberikan dukungan sedari kecil.

13. Teman-teman penelitian payung R&D Montessori IPA, Julius, Agnes, Agus, Sigit, Siska, Nunik, Joni, Achichi, Vera, Novi, Yossy, Tika, dan Dita atas kerja sama dari awal sampai akhir dalam penyusunan skripsi ini.

14. Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa bagi kelancaran penyusunan skripsi ini.

15. Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.

16. Angela Risma Viani dan Agustinus Nugrahanto selaku teman-teman PPL SD Eksperimental Mangunan yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama proses penelitian.

17. Bapak Muhibat dan crew yang membantu dalam pembuatan media pembelajaran.

18. Mandiri Copy Center yang membantu dalam pelayanan fotokopi.

19. Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 21 Juli 2017 Peneliti


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Operasional ... 9

1.6 Spesifikasi Produk ... 10

1.6.1 Replika Bagian-Bagian Tubuh Katak ... 10

1.6.2 Puzzle Bagian-Bagian Tubuh Katak ... 11

1.6.3 Kartu Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak ... 13

1.6.4 Kotak Penyimpanan ... 14


(13)

xiii

2.1 Kajian Pustaka ... 16

2.1.1 Perkembangan Anak ... 16

2.1.2 Media Pembelajaran ... 19

2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 25

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 28

2.2 Penelitian yang Relevan ... 32

Pertiwi (2015) ... 34

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Setting Penelitian ... 39

3.2.1 Subjek Penelitian ... 39

3.2.2 Objek Penelitian ... 39

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 40

3.2.4 Waktu Penelitian ... 40

3.3 Prosedur Pengembangan ... 41

3.4 Prosedur Penelitian ... 45

3.4.1 Potensi dan Masalah ... 47

3.4.2 Penyusunan Rencana ... 48

3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 49

3.4.4 Validasi Produk ... 50

3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 50

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51


(14)

xiv

3.5.2 Wawancara ... 52

3.5.3 Kuesioner ... 53

3.5.4 Tes ... 54

3.6 Instrumen Penelitian ... 55

3.6.1 Pedoman Observasi ... 55

3.6.2 Pedoman Wawancara ... 56

3.6.3 Kuesioner ... 59

3.6.4 Soal Tes ... 63

3.7 Triangulasi ... 66

3.8 Teknik Analisis Data ... 67

3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 68

3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75

4.1 Hasil Penelitian ... 75

4.1.1 Potensi dan Masalah ... 75

4.1.2 Penyusunan Rencana ... 104

4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 116

4.1.4 Validasi Produk ... 123

4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 126

4.2 Pembahasan ... 130

4.2.1 Pengembangan Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori ... 130

4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori ... 136

BAB V PENUTUP ... 138


(15)

xv 5.2 Keterbatasan Penelitian ... 139 5.3 Saran ... 139 DAFTAR PUSTAKA ... 141


(16)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas II ... 56

Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 57

Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas II ... 57

Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas II ... 58

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru Kelas II ... 59

Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan ... 61

Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran ... 61

Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes ... 63

Tabel 3. 9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes ... 64

Tabel 3.10 Skala dan kriteria instrumen validasi pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk ... 69

Tabel 3.11 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes... 69

Tabel 3.12 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen tes ... 70

Tabel 3.13 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian uji validitas konstruk instrumen soal tes ... 70

Tabel 3. 14 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli ... 70

Tabel 3.15 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa ... 71

Tabel 3.16 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 71

Tabel 3. 17 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ... 72

Tabel 4. 1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli ... 77


(17)

xvii

Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 80

Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 80

Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah... 81

Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 82

Tabel 4. 7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli ... 82

Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru... 83

Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa... 84

Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli ... 84

Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 85

Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli 88 Tabel 4.13 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli 89 Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa .. 90

Tabel 4. 15 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 91

Tabel 4.16 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 93

Tabel 4. 17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 96

Tabel 4.18 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 98

Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli ... 109

Tabel 4. 20 Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli ... 110

Tabel 4. 21 Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS ... 112

Tabel 4. 22 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS ... 112

Tabel 4.23 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest ... 113


(18)

xviii

Tabel 4.25 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli... 114

Tabel 4.26 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa 115 Tabel 4.27 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa ... 116

Tabel 4.28 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli ... 124

Tabel 4.29 Rekapitulasi komentar validasi produk media pembelajaran ... 124

Tabel 4.30 Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh Ahli ... 125

Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Album Media Pembelajaran ... 125

Tabel 4.32 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa ... 127

Tabel 4.33 Tanggapan Mengenai Produk Media Pembelajaran oleh Guru ... 129


(19)

xix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 a) Desain replika sisi luar tubuh katak. b) Desain replika sisi dalam

tubuh katak. ... 11

Gambar 1. 2(a) Desain puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. (b) Desain puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak. ... 12

Gambar 1.3 a) Desain kartu gambar bagian-bagian tubuh katak. b) Desain kartu nama bagian-bagian tubuh katak. c) Desain kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak. ... 13

Gambar 1.4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan ... 13

Gambar 1.5 a)Desain Kotak Penyimpanan Replika. b) Desain kotak penyimpanan Puzzle. (c) Desain kotak penyimpanan kartu materi. ... 15

Gambar 4.1 Parts of a frog puzzle ... 105

Gambar 4.2 Papan puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak ... 118

Gambar 4.3 Papan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak ... 119

Gambar 4.4 Replika bagian-bagian tubuh katak ... 120

Gambar 4.5 Kartu pengendali kesalahan bagian-bagian tubuh katak ... 121

Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Kartu Materi... 122


(20)

xx DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Literature map tentang penelitian-penelitian yang relevan ... 34

Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2015: 409) ... 43

Bagan 3.2 Rancangan penelitian ... 45

Bagan 3.3 Prosedur penelitian dan pengembangan... 46

Bagan 3.4 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan ... 66

Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 67

Bagan 4.1 Triangulasi sumber data wawancara ... 85


(21)

xxi DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbedaan nilai pretest dan posttest pada siswa ... 128 Grafik 4.2 Perbedaan rerata nilai pretest dan posttest... 128


(22)

xxii DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Rerata penilaian ... 71 Rumus 3.2 Rumus perhitungan presentasi jawaban pada kuesioner... 72 Rumus 3.3 Perhitungan nilai pretest dan posttest ... 73


(23)

xxiii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Lampiran Validasi Pedoman Observasi ... 145 Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran IPA ... 149 Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli ... 150 Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 156 Lampiran 1.5 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli ... 160 Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Guru ... 166 Lampiran 1.7 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara untuk Siswa... 168 Lampiran 1.8 Transkrip Wawancara dengan Siswa ... 172 Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 173 Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 181 Lampiran 2.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa SD Setara ... 191 Lampiran 2.4 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru .... 196 Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 199 Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Isi Instrumen Tes oleh Ahli ... 202 Lampiran 3.2 Lembar Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes Oleh Ahli ... 205 Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa dalam Uji Empiris ... 210 Lampiran 3.4 Output SPSS untuk Perhitungan Validitas Reliabilitas Instrumen Tes ... 212 Lampiran 3.5 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ... 214 Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest ... 219 Lampiran 3.7 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest ... 220 Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ... 221


(24)

xxiv Lampiran 4.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa... 227 Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa ... 233 Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Ahli ... 235 Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh Ahli ... 239 Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Guru ... 243 Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa ... 245 Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ... 246 Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 247 Lampiran 6.1 Dokumentasi ... 248 Lampiran 7.1 Album Media Bagian-Bagian Tubuh Katak ... 249 Lampiran 8.1 Foto Media Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori ... 268 Lampiran 9.1 Curriculum Vitae ... 269


(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang sistematis, penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Sesuai pengertian IPA, maka pembelajaran IPA di SD selain mengajarkan tentang fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang alam, IPA juga mengajarkan metode memecahkan masalah, melatih berpikir kritis dan mengambil kesimpulan, objektif, bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain (Samatowa dalam Trianto, 2012: 11-12). Pada pengertian tersebut, jelas dikatakan bahwa pembelajaran IPA bukan semata-mata menghafal informasi atau mengingat dan menimbun informasi, akan tetapi siswa juga perlu memahami informasi yang diperoleh dan menghubungkan pada kehidupan sehari-hari (Susanto dalam Trianto, 2012: 166). Selain itu, IPA untuk anak-anak SD dirancang sesuai dengan tahap perkembangan anak supaya anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide serta konsep-konsep harus disederhanakan supaya sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya (Iskandar, 2001: 2). Ruang lingkup belajar IPA di SD meliputi (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi,


(26)

2 panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; dan (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa SD kelas II adalah mengenal bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan. Materi bagian-bagian tubuh hewan dan tumbuhan tersebut meliputi ciri-ciri utama hewan dan tumbuhan serta kegunaan bagian-bagian tubuh hewan dan tumbuhan. Salah satu materi yang diajarkan berdasarkan KD tersebut adalah bagian tubuh hewan dan kegunaan bagian-bagiannya. Peneliti memilih materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya karena hewan merupakan makhluk hidup yang perlu dijaga dan dilestarikan. Dengan mengenalkan bagian-bagian hewan dan kegunaannya diharapkan siswa dapat mencintai dan turut serta melestarikan atau merawat hewan sebagai sesama makhluk hidup. Selain itu, peneliti memilih katak sebagai hewan yang diamati dan dipelajari, karena hewan ini banyak dijumpai di lingkungan sekitar, memiliki keunikan yaitu dapat hidup di air maupun di darat, serta merupakan pengembangan dari parts of a frog puzzle media pembelajaran berbasis metode Montessori. Meskipun katak merupakan hewan yang mudah ditemukan, namun struktur tubuhnya sulit untuk dibayangkan. Selain itu, materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya cukup luas dan cukup rumit apabila hanya dihafalkan. Akan lebih baik apabila siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat-alat atau media belajar yang ada di lingkungannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Samatowa, 2006: 11-12). Maka, dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian


(27)

3 tubuh katak dan kegunaannya agar siswa benar-benar paham dan mengerti bagian-bagian beserta kegunaannya bukan hanya menghafal materi.

Pada kenyataannya sering ditemui pembelajaran IPA dengan metode-metode yang kurang menggugah semangat siswa untuk belajar. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya (Muclish dalam Trianto, 2012: 40). Observasi yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2016 di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan menunjukkan bahwa guru belum menggunakan media pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran IPA. Pada saat mempelajari materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya, siswa terlihat bingung saat diminta menyebutkan bagian-bagiannya. Selain itu, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab selama memberikan materi pembelajaran IPA. Pada saat menerima pembelajaran, siswa terlihat kurang aktif dan semangat dalam belajar. Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, ada yang sibuk menggambar sesuatu di kertas dan ada pula yang meletakkan kepala di atas meja. Saat mengerjakan tugas, banyak siswa yang masih bertanya dengan guru maupun melihat dan mencontoh pekerjaan milik teman. Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa belum paham dengan materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya yang disampaikan oleh guru.

Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II pada tanggal 13 November


(28)

4 2016, dari 24 siswa kelas II, sebanyak 65 % mendapatkan nilai harian di bawah 70 pada mata pelajaran IPA. Guru menyampaikan bahwa salah satu materi yang sulit dipahami siswa adalah materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Pada saat melakukan wawancara dengan siswa, siswa juga mengatakan kesulitan dalam mengingat dan memahami materi. Hal ini dikarenakan siswa belum paham betul bentuk dari bagian hewan yang dimaksud. Guru menyadari bahwa dalam menyampaikan materi bagian-bagian tubuh hewan dibutuhkan media konkret yang dapat membantu siswa dalam mengenal bagian. Melalui analisis kebutuhan, baik guru maupun siswa menyadari bahwa hal yang dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi guru maupun siswa adalah penggunaan media pembelajaran yang konkret. Media pembelajaran dinilai dapat membantu siswa memperoleh pengalaman langsung, sehingga memudahkan siswa memahami materi dan menyimpulkan sendiri materi yang dipelajari. Akan tetapi jumlah media pembelajaran yang dimiliki sekolah hanyalah satu, yaitu berupa gambar katak yang berukuran 22 cm x 30 cm dan terlihat sangat kecil apabila diperuntukkan untuk proses belajar mengajar di kelas. Maka, dibutuhkan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya yang konkret yang dapat membantu siswa dalam memahami materi.

Tahapan perkembangan menurut Piaget (Crain, 2007: 17) usia kelas II SD atau pada usia 7 sampai 11 tahun berada pada tahapan operasional konkret. Pada tahapan operasional konkret anak sudah dapat berpikir secara sistematis, namun masih terbatas pada objek-objek atau benda-benda yang konkret dan aktivitas yang nyata. Maria Montessori (Lillard, 1996: 44) juga menyatakan teori


(29)

5 perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun termasuk ke dalam tahap

fanciulezza atau periode sensitif. Pada tahapan ini anak mampu berpikir secara menyeluruh, rasa ingin tahu yang besar, dan lebih bisa menerima informasi dari benda-benda yang konkret atau nyata. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320). Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan media pembelajaran berupa benda-benda konkret sangat diperlukan bagi siswa yang berada pada tahapan operasional konkret. Salah satu metode yang menggunakan media pembelajaran pada pembelajarannya adalah metode Montessori.

Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang diterapkan untuk anak-anak usia SD yang menekankan pembelajaran dengan bermain (Sudono, 2010: 2). Pendidikan Montessori memiliki delapan prinsip yaitu 1) keleluasaan dalam bergerak untuk meningkatkan pembelajaran, 2) kebebasan dalam mempersiapkan lingkungan belajar, 3) ketertarikan dalam belajar, 4) menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) pembelajaran dengan dan dari teman sebaya, 6) pembelajaran dalam konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru dengan siswa, 8) keteraturan lingkungan dan pikiran (Liliard, 2005: 29-33). Media pembelajaran dalam Montessori telah didesain sesuai dengan kebutuhan pada setiap jenjangnya dan memiliki ciri-ciri yaitu, (1) menarik, (2) bergradasi, (3)

auto-correction, (4) auto-education (Montessori, 2002: 170-174). Berdasarkan hal tersebut maka dari penerapan metode Montessori dalam pembelajaran selalu


(30)

6 berkaitan dengan media pembelajaran. Media pembelajaran Montessori dirancang sesuai dengan kebutuhan anak, baik secara kognitif maupun secara fisik. Secara kognitif media pembelajaran dikembangkan untuk membuat materi pembelajaran lebih nyata, sedangkan secara fisik sesuai dengan kondisi fisik anak usia SD (Magini, 2013: 46-50).

Media pembelajaran merupakan peralatan fisik yang berguna untuk menyempurnakan isi pembelajaran atau membawa pesan untuk suatu tujuan pembelajaran (Anitah, 2009: 4-5). Dalam pembelajaran IPA, media pembelajaran juga merupakan komponen yang penting. Tridianto (Trianto, 2012: 143) mengemukakan bahwa penting dikembangkan suatu media pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Media pembelajaran membuat siswa lebih paham dalam memahami suatu materi pembelajaran IPA. Selain itu, media pembelajaran dinilai mampu menarik minat belajar siswa dan pemahaman siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner analisis kebutuhan, bahwa guru setuju bahwa penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami konsep dalam mata pelajaran IPA. Selain itu, lima belas siswa atau 100 % siswa juga menyetujui bahwa media pembelajaran dapat membantu dalam memahami materi IPA. Pendapat guru dan siswa tersebut menjadi pertimbangan peneliti dalam membuat media pembelajaran. Ananti (2014), Pertiwi (2015), dan Hardiyanti (2016) juga pernah melakukan penelitian dan pengembangan sesuai dengan ciri-ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education pada mata pelajaran Matematika


(31)

7 dan IPS. Berdasarkan ketiga penelitian dan pengembangan tersebut, menunjukkan adanya peningkatan pada hasil pretest ke posttest setelah menggunakan media pembelajaran Montessori.

Berdasarkan permasalahan mengenai metode pembelajaran pada mata pelajaran IPA, kebutuhan media pembelajaran dan hasil penelitian mengenai Metode Montessori yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada paparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development) pada mata pelajaran IPA yang sebelumnya penelitian ini belum pernah dilakukan. Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya, khususnya bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya untuk kelas II. Media pembelajaran tersebut dikembangkan berdasarkan media pembelajaran berbasis metode Montessori dengan memperhatikan lima ciri, yaitu menarik bergradasi,

auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan produk media pembelajaran IPA yang diujikan secara ilmiah kepada ahli dan melalui uji coba lapangan terbatas.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?

1.2.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?


(32)

8 1.3Tujuan

1.3.1 Mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan untuk siswa kelas II.

1.3.2 Mengetahui kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan untuk siswa kelas II.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Siswa

Mendapatkan pengalaman belajar tentang bagian-bagian tubuh hewan menggunakan media pembelajaran berbasis Metode Montessori. Siswa juga dapat mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan bagian-bagian tubuh hewan melalui pembelajaran yang menyenangkan menggunakan media pembelajaran.

1.4.2 Bagi Guru

Mendapatkan wawasan mengenai pengembangan media pembelajaran tentang bagian-bagian tubuh hewan berbasis Metode Montessori, sehingga dapat membuat atau mengembangkan sendiri media pembelajaran untuk mendukung pembelajaran yang inovatif.

1.4.3 Bagi Sekolah

Mendapatkan wawasan mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis metode Montessori untuk mata pelajaran IPA sehingga dapat


(33)

9 mempertimbangkan untuk membuat atau mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis Metode Montessori.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

Prodi PGSD memiliki media pembelajaran berbasis metode Montessori untuk pelajaran IPA yang sudah dikembangkan melalui penelitian dengan metode research and development dengan melibatkan mahasiswa, dosen guru, dan siswa di SD mitra.

1.4.5 Bagi Mahasiswa

Memberikan pengalaman mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis Metode Montessori yang dapat membantu siswa memahami materi IPA tentang bagian-bagian tubuh hewan serta memberikan wawasan bagaimana menciptakan pembelajaran yang inovatif melalui media pembelajaran.

1.5Definisi Operasional

1.5.1 Perkembangan anak usia 7-11 tahun adalah berada pada tahapan operasional konkret dimana anak belum mampu berpikir secara abstrak dan memerlukan benda-benda konkret untuk membantunya berpikir secara logis.

1.5.2 Media pembelajaran adalah penghubung atau alat yang digunakan untuk belajar yang membantu merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam memahami suatu materi.


(34)

10 1.5.3 Media pembelajaran berbasis metode Montessori adalah alat yang merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa serta memiliki ciri menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education.

1.5.4 IPA adalah cara atau metode untuk memahami gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam yang penerapannya menekankan pada metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen.

1.6Spesifikasi Produk

Peneliti mengembangkan produk berupa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak beserta kegunaannya dan album petunjuk penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran ini berfungsi membantu siswa memahami nama-nama bagian tubuh katak beserta kegunaan dari masing-masing bagian. Produk media pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari 6 komponen, yaitu replika katak, puzzle dua lapis yang terdiri dari bagian-bagian luar tubuh katak dan bagian-bagian dalam tubuh katak, kartu materi yang terdiri dari kartu gambar bagian, nama bagian, kegunaan bagian dan kartu pengendali kesalahan, serta kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle dan kotak penyimpanan kartu materi.

1.6.1 Replika Bagian-Bagian Tubuh Katak

Replika terbuat dari kayu. Replika katak dibuat dengan dua sisi yang menunjukkan bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak. Organ dalam katak dibuat menonjol atau berbentuk tiga dimensi dengan pemberian warna-warna yang menarik seperti merah, merah bata, merah hati, biru, kuning, coklat, dan hijau, sedangkan bagian luar tubuh katak juga dibuat sesuai dengan


(35)

11 warna asli katak yaitu warna hijau dengan sedikit bercak warna hitam dan kuning. Fungsi dari replika bagian-bagian tubuh katak ini adalah untuk menjelaskan dan memberi gambaran kepada siswa mengenai materi bagian-bagian dalam dan luar tubuh katak. Replika bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna dan bentuk yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna, bentuk, dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-education yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa.

a) b)

26 cm

13 cm

37 cm 37 cm

Gambar 1.1 a) Desain replika sisi luar tubuh katak. b) Desain replika sisi dalam tubuh katak.

1.6.2 Puzzle Bagian-Bagian Tubuh Katak

Papan puzzle bagian-bagian dalam dan luar tubuh katak berukuran 30cm x 40cm. Papan puzzle tersebut terbuat dari kayu. Pada satu papan, terdapat dua

puzzle yaitu puzzle bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak yang letaknya tersusun atas dan bawah. Puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak terdiri dari 8 bagian, yaitu esofagus, paru-paru, jantung, hati, lambung, usus halus, usus


(36)

12 besar, dan paru-paru. Bagian-bagian dalam tubuh katak tersebut sebelumnya telah disederhanakan untuk mempermudah siswa dalam mempelajarinya. Sedangkan

puzzle bagian-bagian luar tubuh katak dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian kepala, tubuh, kaki depan, dan kaki belakang. Pada setiap bagian dalam tubuh katak terdapat unpin untuk pegangan saat hendak menyusun puzzle atau hendak mengambil bagian-bagian puzzle. Puzzle bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna dan bentuk yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna, bentuk, dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-correction yaitu terdapat pengendali kesalahan pada masing-masing bentuk bagian puzzle yang dibuat dengan ukuran berbeda, auto-education

yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa.

a) b)

30 cm 30 cm

40 cm 40 cm

Gambar 1. 2(a) Desain puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. (b) Desain puzzle


(37)

13 1.6.3 Kartu Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak

a) b)

2,5 cm 7 cm c)

2,5 cm

9,5 cm 9,5 cm

Gambar 1.3 a) Desain kartu gambar bagian-bagian tubuh katak. b) Desain kartu nama bagian-bagian tubuh katak. c) Desain kartu kegunaan bagian-bagian tubuh

katak.

7 cm

10 cm

Gambar 1.4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan

Kartu materi bagian-bagian tubuh katak dicetak secara terpisah. Terdapat empat jenis kartu, yaitu kartu gambar bagian, kartu nama bagian, kartu kegunaan bagian, dan kartu pengendali kesalahan. Kartu gambar dicetak dengan ukuran 7cm

badan

melindungi bagian-bagian dalam tubuh katak

badan

melindungi bagian-bagian


(38)

14 x 9,5cm. Kartu nama dan kartu kegunaan dicetak secara terpisah dengan ukuran 2,5cm x 7cm. Ketiga jenis kartu tersebut dibuat dengan warna yang berbeda pada bagian tepi, sehingga saat menyusun siswa harus memperhatikan kelengkapan kartu materi berdasarkan warna. Sedangkan kartu pengendali kesalahan berukuran 7cm x 10cm. Kartu pengendali kesalahan membantu siswa dalam menemukan jawaban maupun menemukan letak kesalahan saat menyusun ketiga kartu materi di atas. Kartu materi bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna kartu yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna pada kartu dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-correction yaitu terdapat pembedaan warna pada masing-masing kartu nama, kartu gambar, dan kartu kegunaan dan juga terdapat kartu pengendali kesalahan untuk mencocokkan hasil penyusunan kartu nama, kartu gambar, dan kartu kegunaan, auto-education yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa.

1.6.4 Kotak Penyimpanan

Desain kotak penyimpanan replika maupun puzzle sama. Kedua kotak ini juga dilengkapi dengan desain tutup supaya media pembelajaran lebih awet. Selanjutnya adalah kotak penyimpanan kartu materi bagian-bagian tubuh katak. Kotak ini terbuat dari kayu dan terdapat 4 ruang, yaitu tempat menyimpan kartu gambar bagian, kartu nama bagian, kartu kegunaan bagian, dan kartu pengendali kesalahan.


(39)

15 a) c)

27 cm 10 cm

38 cm b) 28 cm

7,5 cm

42 cm

Gambar 1.5 a)Desain Kotak Penyimpanan Replika. b) Desain kotak penyimpanan

Puzzle. (c) Desain kotak penyimpanan kartu materi.

Penggunaan media pembelajaran berbasis metode Montessori ini, pertama guru mengenalkan nama-nama bagian luar dan bagian dalam tubuh katak. Siswa mengamati dan meraba bentuk bagian-bagian tubuh katak dengan replika. Kedua, guru memperkenalkan kegunaan bagian-bagian tubuh katak menggunakan media pembelajaran puzzle dan memberikan contoh cara memasang

puzzle. Ketiga, siswa diberikan kesempatan untuk mencoba media pembelajaran puzzle. Keempat, guru memberikan penjelasan dan contoh cara menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak. Kelima, siswa mencoba menyusun kartu materi. Keenam, siswa mencocokkan komponen kartu materi yang telah disusun dengan kartu pengendali kesalahan.

33 cm 14 cm


(40)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Peneliti membahas beberapa hal diantaranya perkembangan anak, media pembelajaran, pembelajaran IPA, dan metode Montessori.

2.1.1 Perkembangan Anak

Perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis (Yusuf, 2011: 1). Setiap individu mengalami perkembangan intelektual. Perkembangan kognitif anak menurut Jean Piaget (dalam Sumantri, 2011: 14) menyatakan bahwa berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kercerdasan peserta didik. Tahap-tahap perkembangan oleh Jean Piaget (dalam Suparno, 2001: 25-88) terbagi dalam masa-masa perkembangan sebagai berikut.

2.1.1.1Tahap Sensorimotorik (Lahir sampai 2 Tahun)

Pada tahap ini, masa ketika dimana bayi mulai mempergunakan sistem penginderaan dan aktivitas-aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya dan mengenal obyek. Sejak seorang bayi dilahirkan, sebagian alat-alat inderanya sudah langsung bisa berfungsi.


(41)

17 2.1.1.2Tahap Praoperasional (Usia 2 sampai 7 Tahun)

Pada tahap ini, anak sudah mulai meningkatkan kosa kata, membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual, mengelompokkan benda-benda berdasarkan sifat-sifat, mulai memiliki pengetahuan unik mengenai sifat-sifat benda dan mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam lingkungannya, tidak berpikir tentang bagian-bagian dan keseluruhan secara serentak, mempunyai pandangan subyektif dan egosentrik.

2.1.1.3Tahap Operasional Konkret (Usia 7 sampai 11 Tahun)

Pada tahap ini, anak sudah dapat memandang dunia secara obyektif. Anak juga mulai berpikir secara operasional, mempergunakan cara berfikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, serta mempergunakan hubungan sebab akibat dalam memahami suatu konsep. Pada tahap ini anak dapat berpikir logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk benda-benda. Piaget (Desmita, 2009: 104) juga mengemukakan bahwa aktivitas anak pada masa ini adalah terfokus pada objek-objek yang nyata atau berbagai kejadian yang dialaminya. Selain itu, Maria Montessori (dalam Lillard, 1996: 44) juga mengemukakan bahwa perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun berada pada periode sensitif. Periode sensitif yang dimaksud meliputi (1) logika bertanya, (2) imajinasi melalui benda nyata, (3) perkembangan mental, (4) perkembangan rasa berkelompok, (5) pengenalan budaya, dan (6) kekuatan fisik. Hal ini berarti bahwa anak usia sekolah dasar berada dalam tahap berpikir intuitif dan tahap


(42)

18 berpikir konkret harus bekerja dengan benda-benda konkret dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal yang bersifat abstrak (Iskandar, 2001: 30). Berdasarkan pernyataan-pernyataan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahapan operasional konkret anak lebih bisa menerima informasi dari benda-benda yang konkret dan nyata.

2.1.1.4Tahap Operasional Formal (Usia 11 Tahun ke Atas)

Pada tahap ini, anak remaja bisa menata pikiran hanya di dalam pikiran mereka saja. Meskipun kebanyakan riset Piaget tentang masa remaja hanya dikaitkan dengan penalaran matematis dan ilmiah namun dia sungguh-sungguh berspekulasi tentang peranan operasi-operasi formal di dalam kehidupan remaja.

Montessori (dalam Gutek, 2004: 49) membagi tahap perkembangan menjadi tiga periode, yaitu (1) usia 0-6 tahun, (2) usia 7-12 tahun, dan (3) usia 13-18 tahun. Pada periode pertama anak mulai menyerap informasi, menggunakan bahasa, dan mulai bereksplorasi dengan lingkungan. Pada periode kedua, keterampilan-keterampilan dan kemampuan yang telah muncul pada periode pertama semakin berkembang. Pada periode ketiga, muncul perkembangan fisik yang diiringi dengan kematangan keterampilan-keterampilan secara penuh. Maria Montessori (Lillard, 1996: 44) menyatakan bahwa teori perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun termasuk ke dalam tahap fanciulezza atau periode sensitif. Periode sensitif yang dimaksud meliputi (1) logika bertanya, (2) imajinasi melalui benda nyata, (3) perkembangan mental, (4) perkembangan rasa berkelompok, (5) pengenalan budaya, dan (6) kekuatan fisik. Pada tahapan ini anak mampu berpikir secara menyeluruh, rasa ingin tahu yang besar, dan lebih bisa menerima informasi


(43)

19 dari benda-benda yang konkret atau nyata. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320).

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri anak baik secara fisik maupun psikis yang berlangsung secara berkesinambungan, sesuai dengan tahapan usia anak. Siswa kelas II SD termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret yaitu usia 7 sampai 12 tahun. Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Jadi, anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak. Dengan demikian, menanamkan konsep menggunakan media pembelajaran berupa benda-benda konkret dalam pembelajaran untuk anak usia SD sangat diperlukan, karena sesuai dengan karakteristik tahap perkembangan anak.

2.1.2 Media Pembelajaran

2.1.2.1Pengertian Media Pembelajaran

Kata media pembelajaran berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” atau sesuatu yang di tengah (Anitah, 2009: 4). Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai penghubung atau sesuatu yang menghantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan dan penerima pesan. Gagne (dalam Sadiman, 2008: 6) menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.


(44)

20 Adapun tujuan dari media pembelajaran adalah 1) untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, 3) menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan pembelajaran, dan 4) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran (Yusuf, 2011: 5). Berdasarkan beberapa pengertian media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Briggs (dalam Anitah, 2009: 4) mengemukakan bahwa media merupakan peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan pembelajaran. Gerlach dan Ely (dalam Anitah, 2009: 5) juga mengemukakan bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan maupun visual. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis bagi siswa (Arsyad, 2014: 19).

Berdasarkan hakikat media pembelajaran yang dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang merangsang minat, pikiran dan perasaan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pembelajaran, media pembelajaran merupakan aspek yang penting untuk merangsang minat, pikiran dan perasaan siswa. Oleh karena itu, penelitian ini


(45)

21 menghasilkan sebuah media pembelajaran yang mendukung berlangsungnya proses belajar siswa.

2.1.2.2Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran ada dua, yaitu bagi pengajar dan pembelajar (Sanaky, 2013: 6). Bagi pengajar, media pembelajaran dapat 1) memberikan pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran, 2) menjelaskan struktur dan urutan pengajaran dengan baik, 3) memberikan kerangka sistematis mengajar dengan baik, 4) memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran, 5) membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran, 6) membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar, 7) meningkatkan kualitas pengajaran, 8) memberikan dan meningkatkan variasi belajar, 9) menyajikan informasi sehingga memudahkan penyampaian isi materi, dan 10) menciptakan kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan. Manfaat media bagi pembelajar dapat 1) meningkatkan motivasi belajar pembelajar, 2) memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar, 3) memudahkan pembelajar untuk berfikir dan beranalisis, 4) pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tekanan, serta 5) pembelajar dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran pada proses pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Bagi guru media pembelajaran bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran guru dan memudahkan guru dalam penyampaian materi. Bagi siswa, media pembelajaran bermanfaat untuk membantu siswa dalam menganalisis suatu materi.


(46)

22 Selain itu, penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian isi pelajaran. Media pembelajaran membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik (Arsyad, 2010: 15-16). Kempt dan Dayton (dalam Arsyad, 2014: 25) mengemukakan dampak positif penggunaan media pembelajaran sebagai berikut.

a. Penyampaian pelajaran lebih baku. Melalui penggunaan media pembelajaran, setiap pelajar yang melihat atau mendengar akan menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media pembelajaran maka akan mengurangi tafsiran yang berbeda apabila diterima oleh pelajar.

b. Pembelajaran lebih menarik. Kejelasan, keruntutan pesan, daya tarik yang berubah-ubah dan efek khusus yang digunakan dalam media pembelajaran menimbulkan rasa keingintahuan yang menyebabkan siswa berpikir dan beranalisis yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori-teori belajar dan prinsip-prinsip psikologi dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.

d. Sikap positif siswa mengenai apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.


(47)

23 Berdasarkan pendapat para ahli tentang manfaat media pembelajaran, maka peneliti menyimpulkan beberapa manfaat media pembelajaran terhadap siswa, guru maupun proses pembelajaran yaitu 1) media pembelajaran mempermudah siswa dalam memahami materi yang abstrak, 2) pembelajaran menjadi lebih menarik, 3) media pembelajaran menarik minat dan keingintahuan siswa, serta 4) media pembelajaran membantu meningkatkan kreatifitas guru dalam menciptakan media pembelajaran dalam berbagai materi.

2.1.2.3Klasifikasi Media Pembelajaran

Prinsip dan pengembangan media pembelajaran adalah media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audio-visual dan media berbasis komputer (Arsyad 2010: 81-104). Macam-macam prinsip dan pengembangan media pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Media berbasis manusia

Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan guru adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dalam pemantauan pembelajaran siswa. Misalnya media manusia dapat mengarahkan mempengaruhi proses belajar melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkungan belajar.

b. Media berbasis cetakan

Media berbasis cetakan berupa buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu


(48)

24 diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

c. Media berbasis visual

Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Media visual dapat menumbuhkan minat siswa dan memberikan hubungan antara isi mata pelajaran dengan dunia nyata.

Bentuk visual dapat berupa (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda; (b)

diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi material; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/ kecenderungan data atau antarhubungan seperangkat gambar atau angka-angka. Media pembelajaran visual yang juga disebut media pandang karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Media visual memiliki empat fungsi, yaitu fungsi atensi, afektif, kognitif, dan kompensatoris (Arsyad, 2014: 21). Fungsi atensi media visual menarik siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran yang ditampilkan. Fungsi afektif media visual dapat dilihat saat siswa belajar menggunakan gambar yang dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar dapat memperlancar pemahaman dan daya ingat siswa akan


(49)

25 suatu informasi. Sedangkan fungsi kompensatoris media visual berdasarkan penelitian dapat membantu siswa yang lemah atau lamban menerima isi pelajaran untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. d. Media berbasis audio-visual

Media audio-visual adalah media visual yang menggabungkan penggunaan suara dalam memproduksinya. Dalam media audio-visual hal yang penting adalah naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan dan penelitian.

e. Media berbasis komputer

Peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi materi pelajaran, latihan atau kedua-duanya. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti proses instruksional, yaitu 1) merencanakan, mengatur dan mengorganisasikan, dan menjadwalkan pengajaran, 2) mengevaluasi siswa (tes), 3) mengumpulkan data mengenai siswa, 4) melakukan analisis statistik mengenai data pembelajaran, serta 5) membuat catatan perkembangan pembelajaran (kelompok atau perseorangan).

2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori 2.1.3.1Syarat Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Media pembelajaran berbasis metode Montessori mempunyai empat ciri khusus yaitu, (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-correction, dan (4) auto-education (Montessori, 2002:171-175). Peneliti juga menambahkan satu ciri


(50)

26 tambahan yaitu kontekstual. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing ciri media pembelajaran Montessori.

A. Menarik

Ciri yang pertama adalah menarik, dari segi warna maupun bentuk. Pewarnaan media yang menarik dapat mengaktifkan sensorial anak dalam menyentuh, meraba, bahkan mendengarkan bunyi yang ditumbulkan oleh media pembelajaran (Montessori, 2002: 174).

B. Bergradasi

Ciri yang kedua adalah bergradasi, hal tersebut dapat dilihat dari warna, bentuk, maupun usia anak dengan melibatkan pengoptimalan fungsi panca indra. Media pembelajaran berbasis metode Montessori tidak hanya bergradasi dalam arti dapat melibatkan sebanyak mungkin penggunaan panca indera, tetapi juga pada gradasi penggunaaan untuk berbagai usia perkembangan anak maupun materi yang dapat diperoleh dari media pembelajaran yang sama (Montessori, 2002: 174). Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak warna yang memiliki beberapa warna atau dengan gradasi ukuran tinggi ke rendah dapat diperkenalkan dalam penggunaan media pembelajaran Montessori (Montessori, 2002: 175).

C. Auto-correction

Ciri yang ketiga adalah auto-correction, yang berarti media pembelajaran mempunyai pengendali kesalahan sehingga saat melakukan kesalahan dalam penggunaan media pembelajaran, anak akan mengetahui kesalahannya sendiri (Montessori, 2002: 171).


(51)

27 D. Auto-education

Ciri yang keempat adalah auto-education, artinya dirancang untuk menumbuhkan kemandirian anak yaitu pengembangan kemampuan secara mandiri, tanpa ada campur tangan dari orang dewasa (Montessori, 2002: 172). E. Kontekstual

Ciri yang kelima adalah kontekstual. Montessori meyakini bahwa belajar hendaknya juga disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005: 32). Oleh karena itu. Montessori menyediakan peralatan untuk belajar anak dengan memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar anak.

Media pembelajaran berbasis metode Montessori memberi kontrol pada siswa dalam menggunakannya, meningkatkan kemandirian, kehendak, serta bahasanya (Lillard, 1996: 80-85). Selain itu, siswa juga mampu melihat, menggunakan, menemukan konsep, dan berpikir kreatif melalui media pembelajaran Montessori. Berdasarkan teori di atas, media pembelajaran berbasis metode Montessori membantu anak dalam meningkatkan keterampilan dan kemandirian. Maka, peneliti mengembangkan media pembelajaran dengan memperhatikan kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. 2.1.3.2Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Media pembelajaran Montessori dapat melatih keterampilan anak dan mendorong perkembangan anak secara intelektual (Hainstock, 1997: 82). Media pembelajaran Montessori mengarah pada kemampuan sensorial anak-anak (Magini, 2013: 31-32). Montessori (dalam Magini, 2013: 39-40) mengemukakan bahwa melalui pendidikan indra untuk anak-anak berkebutuhan khusus maupun


(52)

28 anak-anak normal, dapat mengembangkan dan membentuk kepribadian mental dan intelektual anak, yaitu membentuk anak memiliki minat yang spontan dalam belajar dan memiliki rasa disiplin pribadi secara spontan pula. Tujuan dari pendidikan indra adalah untuk menyempurnakan persepsi terhadap rangsang, melalui latihan-latihan yang berulang-ulang (Gutek, 2013: 238).

Lillard (1996: 80-85) menambahkan bahwa siswa mampu melihat, menggunakan, dan menemukan konsep dan berpikir kreatif melalui media pembelajaran Montessori. Selain itu, media pembelajaran Montessori yang didesain memiliki unsur pengendali kesalahan (Magini, 2013: 54). Berdasarkan peryataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki keunggulan yaitu mengajarkan keterampilan dan kemandirian anak dalam belajar melalui lima ciri khusus yang dimiliki oleh media pembelajaran tersebut. Maka, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori memiliki keunggulan yaitu memungkinkan siswa belajar secara mandiri dengan adanya pengendali kesalahan yang terdapat pada media tersebut.

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.4.1Hakikat IPA

IPA dipandang sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran


(53)

29 pengetahuan. Sebagai prosedur diartikan metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (Bonoseopoetro dalam Trianto, 2012: 6).

Pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan (Prihantoro, dalam Trianto, 2012 ).

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Berdasarkan pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan kealaman yang tersusun secara sistematis berupa fakta disertai metode ilmiah dan sikap ilmiah. Kegiatan ilmiah pada pembelajaran IPA membantu menemukan sebuah konsep dari suatu materi IPA yang melahirkan produk maupun teknologi.

Tujuan mata pelajaran IPA adalah : (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi dan


(54)

30 masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Mulyasa dalam Trianto, 2012: 111).

Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Selain itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi di dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan (Laksmi dalam Trianto, 2012). Siswa juga diberi kesempatan untuk menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Samatowa, 2006: 11-12).

2.1.4.2Materi IPA Bagian-Bagian Tubuh Hewan dan Kegunaannya

Pada pembelajaran IPA kelas II, penggolongan hewan pada materi bagian-bagian tubuh hewan sangat banyak dan beragam, seperti hewan berkaki dua, hewan berkaki empat, hewan yang hidup di darat, hewan yang hidup di air, hewan


(55)

31

bertanduk maupun hewan berbelalai (Purwanti, 2008: 4-6). Pada penelitian dan pengembangan ini, dibatasi pada mempelajari tentang bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak, sebagai hewan yang memiliki keunikan yaitu dapat hidup di air dan di darat.

Tubuh hewan memiliki bagian-bagian. Terdapat tiga bagian utama pada tubuh hewan, yaitu ada kepala, badan, dan alat gerak (Purwanti, 2008: 14). Pada bagian kepala, terdapat mulut dan mata, terdapat juga telinga dan hidung. Pada bagian badan, terdapat dada perut dan ekor. Selain itu, terdapat berbagai alat gerak hewan, antara lain kaki, sayap, sirip, dan perut.

Banyak jenis hewan yang ada di lingkungan sekitar kita (Purwanti, 2008: 15-16). Setiap hewan memiliki tubuh yang berbeda. Pertama, hewan berkaki dua, contohnya burung ayam dan itik. Hewan tersebut memiliki paruh dan sayap. Kedua, terdapat berbagai jenis ikan contohnya ikan emas dan ikan lele yang memiliki sirip dan ekor, dan juga memiliki insang yang terletak pada bagian kepala. Ketiga, terdapat hewan berkaki empat, misalnya kucing, anjing, dan katak. Setiap bagian tubuh hewan memiliki kegunaan yang berbeda-beda.

Katak alias bangkong adalah hewan amfibia yang dapat hidup di air maupun di darat (Arzy, 2010: 9). Bagian-bagian tubuh katak terdiri dari bagian-bagian luar dan bagian-bagian-bagian-bagian dalam. Bagian-bagian-bagian luar katak terdiri dari kepala, badan, kaki depan, dan kaki belakang (Arzy, 2010: 9). Pertama, pada kepala katak terdapat mulut, mata, selaput pendengaran, dan lubang hidung yang dilengkapi dengan katub. Kedua, badan, Aryulina (2002: 52) mengemukakan bahwa katak mempunyai struktur tubuh atau badan yang terdiri dari badan yang kulitnya tipis,


(56)

32 licin, berlendir, dan banyak mengandung darah. Pada badan terdapat dua pasang anggota badan, depan belakang. Kulitnya berwarna hijau kuning dengan bercak-bercak hitam, lembut dan berlendir. Badan katak berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian di dalamnya, selain itu kulit pada anak katak juga berfungsi sebagai alat untuk bernapas. Ketiga, kaki katak merupakan anggota gerak yang berjumlah dua pasang. Kaki katak digunakan untuk melompat dan berenang.

Bagian-bagian dalam tubuh katak terdiri dari esofagus, lambung, hati, usus halus, usus besar, jantung, dan paru-paru (Meryandini, 2007). Esofagus bertugas membawa makanan ke perut. Lambung bertugas menerima makanan. Usus halus bertugas menyerap makanan. Hati berfungsi untuk membantu proses pencernaan makanan. Usus besar berfungsi untuk menyerap air dan feses. Jantung berfungsi untuk membantu peredaran darah. Paru-paru berfungsi sebagai alat pernapasan katak saat hidup di darat.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang media pembelajaran berbasis metode Montessori dilakukan oleh Ananti (2014), Pertiwi (2015), dan Hardiyanti (2016). Ananti (2014) mengembangkan alat peraga Matematika untuk penjumlahan dan pengurangan pecahan berbasis metode Montessori. Penelitian dilakukan di SD Kanisius Jomegatan Yogyakarta pada siswa kelas IV tahun ajaran 2013/2014. Hasil validasi produk menunjukkan rerata skor 3,7 dan masuk kategori sangat baik. Hasil tes siswa menunjukkan peningkatan sebesar 27% dari pretest ke


(57)

33 Pertiwi (2015) mengembangkan alat peraga pelajaran Matematika SD materi perkalian berbasis Montessori. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil validasi produk menunjukkan bahwa (1) alat peraga memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction,

auto-education, dan kontekstual; (2) memiliki rerata skor 3,55 dan masuk kategori “sangat baik”dengan demikian, alat peraga papan perkalian sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas.

Hardiyanti (2016) mengembangkan alat peraga IPS materi keragaman budaya Indonesia pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 tahun ajaran 2015/2016. Model yang digunakan adalah model pengembangan yang dipaparkan Ali dan Asrori (2014) dan Sugiyono (2015) yang dimodifikasi ke dalam lima langkah pengembangan, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji lapangan terbatas. Hasil validasi alat peraga oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata penilaian sebesar 3,9. Pada uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada posttest lebih tinggi daripada pretest

dengan selisih rerata nilai sebesar 37,2.

Berdasarkan beberapa studi literatur, peneliti menemukan relevansi dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis metode Montessori menunjukkan bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan, perkalian, dan pada materi pembelajaran IPS


(58)

34 materi keragaman budaya Indonesia. Pada penelitian sebelumnya media pembelajaran berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan adalah pada pembelajaran Matematika dan IPS. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori pada pembelajaran IPA materi tentang bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya yang belum pernah dikembangkan pada penelitian terdahulu. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pad bagan Gambar 2.1.

Bagan 2. 1 Literature map tentang penelitian-penelitian yang relevan 2.3 Kerangka Berpikir

Siswa kelas II SD termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak, serta mampu

Ananti (2014) Pengembangan Alat Peraga Matematika SD Materi Penjumlahan dan

Pengurangan Pecahan Berbasis Metode Montessori. Pertiwi (2015) Pengembangan Alat Peraga Pelajaran Matematika SD Materi

Perkalian Berbasis Montessori.

Hardiyanti (2016) Pengembangan Alat Peraga IPS SD Materi

Keragaman Budaya Indonesia berbasis Metode Montessori

Yang akan diteliti Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi

Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori


(59)

35 menyelesaikan permasalahan secara konkret dan tidak abstrak. Bagian-bagian tubuh hewan merupakan salah satu materi pada mata pelajaran IPA kelas II SD. Pada materi tersebut memuat tentang bagian-bagian tubuh hewan dan juga kegunaannya. Apabila materi tersebut disajikan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas II, tentu saja siswa akan bingung karena mereka mampu menyelesaikan masalah yang konkret. Oleh karena itu, dibutuhkan hal-hal yang bersifat konkret dan dapat dilihat secara langsung oleh siswa, supaya tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

Media pembelajaran berbasis metode Montessori mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut. Sebelumnya, media pembelajaran berbasis metode Montessori telah digunakan dalam praktik pembelajaran Matematika dan IPS. Namun, media pembelajaran berbasis metode Montessori dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correction¸ auto-education, dan kontekstual dinilai mampu melatih keterampilan dan kemandirian siswa. Siswa mampu melihat, menggunakan, dan menemukan konsep melalui media pembelajaran Montessori disesuaikan dengan kondisi siswa, baik secara ukuran, warna, maupun tekstur permukaannya. Selain itu, pengendali kesalahan sebagai ciri khas media pembelajaran berbasis metode Montessori dapat melatih siswa dalam bekerja secara mandiri dan teliti. Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori dengan memperhatikan kelima ciri


(60)

36 media pembelajaran tersebut pada materi yang difokuskan pada bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak beserta kegunaannya.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan tentang kebutuhan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini difokuskan pada kompetensi dasar “Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan” dengan menggunakan media pembelajaran berbasis metode Montessori. Penelitian ini dilakukan di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan, Berbah, Sleman tahun ajaran 2016/2017. Media pembelajaran berbasis metode Montessori yang dikembangkan dengan memperhatikan kelima ciri dasar diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak beserta kegunaanya.

2.4 Pertanyaan Penelitian

2.4.1 Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?

2.4.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II menurut ahli pembelajaran IPA dan ahli Montessori?

2.4.3 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II menurut guru?


(61)

37 2.4.4 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II menurut siswa?


(62)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau sering disebut dengan research and development. Penelitian dan pengembangan merupakan proses pengembangan dan validasi produk pendidikan (Sanjaya, 2013: 129). Penelitian dan pengembangan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan atau penemuan baru, metode, produk dan/ atau jasa baru dan menggunakan pengetahuan yang baru ditemukan (Putra, 2015: 77). Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian dan pengembangan merupakan proses pengembangan dan validasi produk pendidikan yang didasarkan pada penemuan atau pengetahuan baru. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis metode Montessori materi bagian-bagian tubuh hewan. Penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran oleh siswa dalam memahami materi bagian-bagian tubuh hewan di kelas II SD, khususnya katak. Selain itu, hasil dari penelitian ini berupa sebuah produk media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori.


(63)

39 3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas II tahun ajaran 2016/ 2017 di SD Kanisius Ekperimental Mangunan. Sekelompok siswa tersebut berjumlah sepuluh anak, yang terdiri dari tiga siswa putra dan tujuh siswa putri. Peneliti memilih sepuluh anak tersebut berdasarkan hasil diskusi dan rekomendasi dari wali kelas. Pertimbangan guru kelas memilih kesepuluh siswa tersebut berdasarkan nilai ulangan harian yang memiliki nilai tinggi, sedang dan rendah. Peneliti juga memilih berdasarkan hasil pengamatan dengan memperhatikan karakteristik siswa, seperti siswa yang memperhatikan tetapi pasif, siswa yang memperhatikan dan aktif, siswa yang tidak memperhatikan tetapi aktif, siswa yang tidak memperhatikan dan pasif. Aktif dan pasif yang dimaksudkan oleh peneliti adalah keterlibatan siswa dalam tanya-jawab dan diskusi di dalam pembelajaran IPA.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan berbasis metode Montessori. Media pembelajaran ini berupa replika dan

puzzle bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak. Media pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa mengenal bagian-bagian tubuh katak, baik bagian-bagian luar maupun bagian-bagian dalam tubuh katak. Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran replika dan puzzle untuk mempelajari


(1)

264 43. Guru meletakkan salah satu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak yang

sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi.

44. Guru mencari salah satu kartu nama bagian-bagian tubuh katak berdasarkan kartu gambar bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil dengan berkata, “ini adalah kartu nama badan katak”.

45. Guru meletakkan salah satu kartu nama bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi. Kartu nama tersebut diletakkan di bawah kartu gambar salah satu bagian-bagian tubuh katak yang sudah diletakkan sebelumnya.


(2)

265 46. Guru mencari salah satu kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak berdasarkan kartu gambar dan kartu nama bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil dengan berkata, “ini adalah kartu kegunaan badan katak”.

47. Guru meletakkan salah satu kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi. Kartu nama tersebut diletakkan di bawah kartu gambar dan kartu nama salah satu bagian-bagian tubuh katak yang sudah diletakkan sebelumnya.

48. Guru kemudian memeriksa kebenaran kartu materi yang telah disusun menggunakan kartu pengendali kesalahan.


(3)

266 49. Apabila salah satu kartu gambar, kartu nama, dan kartu kegunaan yang disusun sudah cocok, kartu materi tersebut diletakkan di kotak penyimpanan dan dilanjutkan untuk menyusun kartu materi yang lain.

50. Apabila salah satu kartu materi yang disusun tidak cocok, maka kartu materi disusun ulang lagi dan diganti sesuai dengan pasangannya.

51. Guru menawarkan kepada siswa untuk menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak dengan berkata, “apakah kamu mau mencoba?”.

52. Siswa melanjutkan menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak. Penutup

53. Guru memberikan kesimpulan dengan berkata, “ hari ini, kita telah belajar mengenai bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak”. Jika kamu ingin belajar, kamu bisa mengambil media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak pada rak/lemari penyimpanan.

54. Guru meminta siswa untuk mengembalikan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dengan berkata, “mari bantu ibu mengembalikan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak!”.


(4)

267 55. Siswa mengembalikan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak ke

rak/lemari penyimpanan.


(5)

268 Lampiran 8.1 Foto Media Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori

Replika bagian-bagian tubuh katak (tampak samping kiri dan kanan)

Puzzle bagian-bagian tubuh katak


(6)

269 Lampiran 9.1 Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

Margareta Aprilia Husadani merupakan anak pertama dari pasangan Jaka Warsono dan Lucia Eko Setyani. Lahir di kabupaten Wonogiri pada tanggal 23 April 1995. Pendidikan awal dimulai dari SD Kanisius Serenan I Giriwoyo pada tahun 2001-2007. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma. Berikut ini daftar kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

No. Nama Kegiatan Tahun Peran

1. Inisiasi Universitas Sanata Dharma 2013 Peserta 2. English Club Program 2013-2015 Peserta 3. Inisiasi Fakultas (INFISA) 2013 Peserta 4. Pelatihan Pengembangan

Kepribadian Mahasiswa I dan II

2013 Peserta

5. Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD)

2014 Peserta

6. Week-end Moral 2014 Peserta

7. Story Telling and Writing Contest PGSD

2015 Panitia

8. Festival Paduan Suara Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah V Yogyakarta

2015 Peserta

9. Pesparawi Mahasiswa Tingkat Nasional X